Jangan Girang BBM Belum Naik, Jokowi Sedang Nyogok Kelas Menengah
Jakarta, FNN – Masyarakat jangan girang kalau harga BBM jenis pertalite tidak naik. Ini hanya soal waktu, apalagi menghadapi Lebaran, penaikan harga BBM perlu ditunda karena Jokowi ingin terlihat peduli terhadap kesulitan rakyat.
Demikian perbincangan pengamat politik dan akademisi Rocky Gerung bersama wartawan senior FNN, Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Rocky Gerung Officials, Sabtu, 30 April 2022.
“Ini soalnya, Presiden Jokowi mau menyogok kelas menengah dengan BBM,” kata Rocky.
Rocky melihat upaya Jokowi menyogok rakyat membuahkan hasil yang baik. Rakyat jadi mafhum apapun yang dilakukan Jokowi, meski gagal, selalu dianggap sebagai prestasi. Ini yang kemudian dimanfaatkan para pembisik Jokowi.
“Kalau kemarin CPO itu buat nyogok rakyat. Seolah nasionalisme. Sekaligus menyogok PDIP supaya paham bahwa PDIP tahu bahwa dia masih bisa kendalikan oligarki. Jadi, wong cilik kemarin mau disihir, padahal sebetulnya berbahaya buat ekonomi para petani sawit. Walaupun kedudukan petani sawit terhadap petani Indonesia cuma nol koma sekian persen. Tapi presiden mau ambil isu itu bahwa dia populis karena dia itu anti-eksport, memproteksi permintaan dalam negeri, yang sebenarnya konyol karena permintaan dalam negeri musti dipenuhi dengan cara melarang seluruh ekspor. Itu upaya untuk menyogok kelas bawah,” paparnya.
Sekarang, kata Rocky, Presiden Jokowi mau menyogok kelas menengah dengan BBM. Seolah-olah nanti tidak akan ada kenaikan BBM. Padahal, lanjut Rocky hitungan ekonominya pasti akan meledak harga BBM itu.
“Jadi, wanti-wanti dari Pak Luhut memang masuk akal. Sekarang kita maupun orang, tahu kalau misalnya BBM itu dinaikkan dampaknya langsung terjadi,” paparnya.
Jika pilihannya tidak dinaikkan, kata Rocky, artinya harus disubsidi oleh pemerinah yang akibatnya Pertamina pasti bangkrut, karena Pertamina minta supaya piutang pemerintah sebesar Rp 90 triliun itu dibayar.
Rocky memprediksi kekacauan pemerimtah saat ini akan berujung pada konflik di kabinet. “Kan sekarang yang berkonflik sudah mulai terjadi, Airlangga versus Lutfi; Lutfi mungkin di-back up oleh Erik Tohir. Dan Erick Tohir dibackup oleh Boy Thohir,” paparnya.
Atas kekacauan ini, Rocky ingin melihat reaksi Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang jadi korban atas ekspor CPO.
“Sekarang tinggal kita tunggu sebetulnya kenekatan dari Pak Airlangga Hartarto untuk Fight Back bahwa dia sebetulnya justru mengajukan proposal rasional tentang CPO, tapi kenapa dia yang disalahkan karena ada menteri lain yang iri pada dia,’ paparnya.
Pertikian antar-menteri, kata Rocky juga akan terlihat saat kenaikan harga BBM kelak.
“Demikian juga nanti soal BBM, kita lihat antara siapa dan siapa di kabinet yang berkelahi itu. Jadi sekali lagi kekacauan di kabinet memang memungkinkan end game itu dipercepat,” tegasnya.
“Apakah situasi itu berbahaya? Ya kalau kita bisa atur dengan cara saksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya, pasti nggak berbahaya,” pungkasnya. (ida, sws)