Kemerdekaan Hadiah dari Jepang?
Oleh Ridwan Saidi, Budayawan
SEJAK April 1945 Jepang memasang papan maklumat di sejumlah kota besar Indonesia (foto atas) yang bertuliskan kata-kata.
Bangsa Indonesia diperkenankan merdeka.
Maklumat ini menimbulkan penafsiran kemerdekaan hadiah Jepang. Baik Syahrir yang bekerja underground di masa Jepang, maupun Wikana kelompok Menteng Raya 31, berkesan serupa.
Jepang lanjut dengan membentuk Dokoritsu Zyunbi Tsosakai atau Badan Penyelidik Usaha2 Persiapan Kemerdekaan, pada bulan Mei 1945.
Ketidak-sukaan dengan sugesti kemerdekaan hadiah dari Jepang mendorong penculikan Sukarno-Hatta ke Rengas Dengklok sehari sebelum proklamasi. Move yang tak berarah ini akhirnya diselesaikan Ahmad Subardjo yang membawa balik ke Jakarta Dwi Tunggal.
Maklunat Jepang lebih mengarah pada pembiaran. Urusan merdeka, urusan bangsa Indonesia. Jepang tak menghalangi, bahkan memfasilitasi dengan membentuk BPUPKI.
Tetapi persiapan proklamasi dilakukan bangsa Indonesia sendiri, bahkan pembacaan proklamasi pada 17 Agustus 1945.
Rapat PPKI Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia 18 Agustus 1945 tak ada campur tangan Jepang. Rapat menyetujui dan mengesahkan UUD 45, yang kelak diketok magic sebanyak empat kali perubahan pada tahun 2002.
Tapi pada rapat raksasa 19 September 1945 di Gambir, serdadu Jepang muncul lagi untuk jaga keamanan. Setelah ini tak tercatat kemunculan serdadu Jepang lagi.
Kedatangan suku Ainu, Jepang, diliput relief Borobudur yang berdiri pada XI M. Orang Melayu menyebut Jepang itu Jepun. Toponim Kembang Jepun masih bertahan di Surabaya, tapi tidak di Jakarta. Bendungan Ilir sebelumnya bernama Kembang Jepun. Dalam logat Betawi sekali2 atau sebentar disebut jeleng jepun.
Jepang jeleng jepun di Indonesia. (*)