Kepemimpinan dan Dunia Global
Pemimpin yang diharapkan dalam pandangan Islam adalah yang tidak mudah diintimidasi oleh keadaan apapun. Pemimpin Islam itu punya “izzah” (rasa mulia) dan tidak minder di hadapan kekuatan apapun.
Oleh: Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation/Chaplain for NYChh Bellevue Hospital
SERING saya sampaikan bahwa dunia kita saat ini tak dapat disangkal lagi adalah dunia yang “deeply globalized”. Dunia yang sangat mengglobal dengan segala sophistikasi aspek positif dan aspek negatifnya.
Dan siapapun yang hidup dalam dunia global kita saat ini akan terseret ke dalam pergerakan global yang maha dahsyat dan beyond our conventional expectations (di luar ekspektasi normal kita).
Yang menggembirakan bagi Umat ini adalah bahwa Islam sebagai ajaran/acuan hidup yang baku tidaklah asing dengan keadaan dunia yang demikian. Segala sesuatu yang menjadi indikasi bahkan karakter penting dari dunia global terantisipasi dengan rapi oleh ajaran agama hanif ini.
Dari berbagai karakter dunia global itu, ambillah misalnya tiga hal yang sering saya sampaikan di mana-mana. Satu, berkarakter universal. Islam juga adalah ajaran universal (Rahmatan lil-alamin/hudan linnaas/Rabbal ‘alamin, dst). Dua, berkarakter cepat yang ditandai oleh kecepatan transportasi dan informasi. Islam itu berkarakter “kecepatan” (dan bergegaslah kepada ampunan Tuhanmu dan syurga).
Tiga, dan saya kira ini yang terpenting untuk menjadi catatan Umat kali ini. Yaitu bahwa dunia global kita ditandai oleh keterikatan tapi sekaligus kompetisi yang tinggi (interconnectedness and high competition). Ternyata dari dulu Islam telah mengingatkan itu. Ayat-ayat yang memerintahkan berlomba-lomba seperti “dan berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan” itu mengindikasikan keduanya.
Bahwa di satu sisi manusia itu saling terikat/tergantung, namun juga berkarakter kompetitif. Dan karenanya kompetisi dalam Islam itu bersifat “saling tergantung” (mutual in nature). Perhatikan kata: فاستبقوا (Fastabiqul Khoirot dan saling berlombalah kalian). Kata ini mengindikasikan kompetisi tapi dalam semangat kebersamaan. Berkompetisi tidak harus diartikan menjatuhkan, apalagi dengan ragam manipulasi dan ketidak jujuran.
Kepemimpinan dan Dunia Global
Saya pernah membaca bahwa kepemimpinan yang efektif itu minimal memiliki 10 karakter yang mendasar.
Kesepuluh itu adalah kejujuran (Honesty), kemampuan mendelegasikan (Ability to delegate), komunikasi (Communication), ada rasa humor (Sense of humor), percaya diri (Confidence), komitmen (Commitment), Karakter positif (Positive attitude), kreatifitas (Creativity, saya lebih menyebut inivatif), kemampuan menginspirasi (Ability to inspire), dan intuisi (Intuition).
Keseluruhan karakter itu sebenarnya tersimpulkan secara sederhana dalam sebuah ayat Al-Quran di Surah As-Sajadah ayat 24:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.”
Secara global ada tiga kesimpulan penting dari Karakter kepemimpinan atau Pemimpin dalam pandangan Islam.
Pertama, “yahduuna bi amrina” (memberikan petunjuk dengan perintah Kami (Allah). Makna dari potongan ayat ini adalah bahwa Pemimpin ideal itu adalah yang paham petunjuk Allah, sehingga mampu memberikan perintah, instruksi, atau kebijakan secara umum “bi amrina” (dengan atau sesuai perintah/ajaran Allah SWT).
Masalahnya kemudian ketika Pemimpin itu tidak paham ajaran Allah, apalagi memang anti atau phobia dengan ajaran itu. Atau boleh jadi paham tapi tidak peduli bahkan juga anti dan phobia dengan petunjuk/ajaran Allah.
Kedua, “lamma shobaru” (seraya bersabar). Hal ini dipahami bahwa memberikan petunjuk/kebijakan yang sesuai perintah Allah itu tidak mudah. Penuh tantangan dan pastinya memerlukan “mental yang solid”.
Sabar itu adalah “a state of mentality” (keadaan mental) yang membaja di hadapan tantangan dan/atau sebaliknya godaan. Pemimpin yang sabar tidak mudah patah semangat karena tantangan yang ada. Tapi juga tidak mudah terjatuh ke dalam jebakan godaan.
Ketiga, “bi ayaatina yuuqinun” (yakin dengan ayatKu/tanda-tanda kekuasanKu). Keyakinan itu menghasilkan ketetapan hati. Ketetapan hati itu yang sederhananya disebut “self confidence” (percaya diri).
Pemimpin yang diharapkan dalam pandangan Islam adalah yang tidak mudah diintimidasi oleh keadaan apapun. Pemimpin Islam itu punya “izzah” (rasa mulia) dan tidak minder di hadapan kekuatan apapun.
Merujuk kepada sepuluh karakter kepemimpin tadi yang tersimpulkan secara gamblang dalam ayat Al-Quran itu, tentu implikasi teknisnya ada pada wawasan yang luas (broaden mindset), berintegritas tinggi (punya Karakter dan akhlak), serta berkapabilitas (termasuk inovatif/kreatif dan memiliki kemampuan komunikasi yang tinggi.
Dari semua itu, menurut anda siapa calon yang layak? Saya tidak memerlukan jawaban anda. Yang saya inginkan adalah “consult your heart” atau dalam bahasa hadits: استفت قلبك (minta Fatwa pada kata hatimu) Semoga!
NYC Subway, 8 Nopember 2022. (*)