Magic is The Moonlight
Oleh Ridwan Saidi, Budayawan
Ini lagu 1950-an oleh Dean Martin. Akhir-akhir ini saya suka menyanyikannya di rumah dengan lirik yang saya ubah-ubah:
Magic is a dreamer
Like a sprinkle water
They thougt they're thinking
But they're dreaming
Foto di atas adalah relief Borobudur, di mana seseorang, kiri, sedang menghipnotis dua orang kanan.
Saya terseret ke dalam dua fenomenon dari abad-abad yang jauh berbeda karena mengikuti pernyataan dan tulisan yang unik:
1. Saya doakan kesebelasan Indonesia kalah dalam final bola di Singapura.
Ini pernyataan seorang presenter TV yang kesal dengan komentar-komentar dan rupa-rupa behaviour atas kemenangan Indonesia terhadap Singapura.
2. Pidato ketua panitia Formula E yang mengatakan Formula E akan angkat Jakarta setara New York.
3. Rencana pengembangan aerotropolis di sejumlah bandara tanpa mempertimbangkan faktor sosiologi dan ekonomi rakyat
4. Klaim sejarah bahwa Pharao dan kaisar-kaisar Romawi, Persia, dan Tiongkok berasal dari Indonesia.
Apa yang terjadi dengan sebagian kita, karena model-model omongan seperti di atas mengalir secara vertikal dalam social structure.
Maksudnya mulia untuk membangkitkan kebanggaan kebangsaan, tapi presentasi tekstual dan pemikiran perencanaan pembangunan tidak faktual dan realistis.
Reformasi menggiring kita berjalan kejauhan menggapai kesejahteraan, kita letih dan tidur lelap.
Dream dream dream.
Kata the Everly Brothers. (*)