Mampukah Kamala Harris Kalahkan Trump Menjadi Presiden Pertama Wanita AS?
Oleh Jon A. Masli, MBA | Diaspora USA, Corporate & Capital Market Advisor
Mungkin kepagian kita menganalisa hal ini. Tapi ada dua peristiwa politik AS penting yang terjadi dalam sebulan ini. Pertama adalah percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump. Yang kedua adalah keputusan Joe Biden tidak ikut kontes pemilu 2024 dan mengendorse Kamala Harris sebagai Capres dari Partai Demokrat.
Sejak keputusan impromptu Joe Biden ataupun Partai Demokrat tersebut, dukungan kepada Partai Demokrat berubah naik total terutama di negara - negara bagian yang tadinya Joe Biden kurang mendapat dukungan suara. Fenomena ini boleh jadi adalah indikator bahwa Kamala Harris diharapkan oleh rakyat AS sebagai The Game Changer yang akan membawa AS keluar dari permasalahan-permasalahan pelik sekarang ini. Sementara Donald Trump masih berlanjut berkampanye dengan JD.Vance, cawa presnya, Senator di Ohio, yang berparas macho ganteng eks perwira US Marine. Vance ikut Trump mengkritik Kamala di Minesota mempertanyakan apa yang sudah Kamala buat AS? Sedangkan dia sudah bertempur di Irak.
Mereka dengan percaya diri memakai selogan lamanya, tapi masih ampuh “Let’s make America great again” mengatakan Kamala akan merusak AS dan berpotensi membawa AS ke perang dunia ketiga.
Kamala Harris di Massachusetspun merespons kecaman mereka dengan santai bahwa Trump dan Vance berperilaku aneh dengan kecaman bohong dan weir/aneh. Simpati manusiawipun spontan datang lagi terhadap Kamala. Jika dia dapat mempertahankan harapan rakyat AS sebagai The Game Changer, besar kemungkinan Kamala akan mengalahkan Donald Trump, “si mulut besar seperti koh Ahok” cetus seorang ibu diaspora yang bersuamikan red neck American m, ex karyawan perusahaan minyak di Balikpapan. Tapi inipun tergantung siapa running matenya Kamala nanti yang belum ditetapkan.
George Clooney, bintang film Hollywood kondang dalam hitungan hari memobilisasi fund raising untuk Kamala dengan 81 juta dolar dari sumbangan grass root Americans yang mendukung Kamala Harris. Untuk sementara Kamala Harris masih unggul tipis dari Trump dalam poling 47,9% VS 46%. karena dukungan pemilih wanita yang selama ini menganggap Donald Trump womanizer.
Namun memang tidaklah mudah mengalahkan Donald Trump mengingat sejak percobaan pembunuhan terhadap nya, simpatisannyapun meningkat drastis. Apalagi dalam poling yang dominan pemilih pria, Donald Trump masih leading 56% VS 39%. Sementara di komunitas pemilih yang berkulit hitam, Kamala Harris masih leading mutlak 72% VS 19%.
Kamala Harris juga mendapat dukungan generasi Z dan melenial dengan poling 59% VS 38% mengungguli Donald Trump. Kamala beribu orang India dengan ayah orang Jamaika berkulit hitam. Hal ini juga membantu membuatnya menjadi populer di antara orang-orang kulit berwarna dan imigran Asia terutama etnis India di AS.
Betul banyak orang masih meragukan Kamala mengingat latar belakangnya sebagai procecutor di California, yang jarang mengkomunikasikan pemikiran atau kebijakan-kebijakannya ke publik ketika Joe Biden presiden. Namun tokoh 2 wanita influencer banyak yang menilai dia mampu menjadi wanita hebat seperti Margaret Thacher. Istri Bill Gates Melinda muncul di TV nasional menyumbang 52 juta dolar tanpa ragu mendukung Kamala.
Tagline kampanye Donald Trump yang Let’s America great again sudah tidak populer lagi, terutama oleh persepsi pemilih gen Z dan milenial. Lebih miris lagi netizen-netizen sudah mulai menyerangnya sebagai tokoh peleceh seksual terutama kaum perempuan yang selama ini mengecam perilakunya. Tuntutan hukum oleh beberapa wanita yang konon pernah dia kencanipun muncul lagi.
Kamala Harris juga dengan cerdik mengkritik Donald Trump dengan komen-komen keras seperti Supreme Court yang tidak berdaya mengambil tindakan hukum kepada Donald Trump karena dia sebagai mantan presiden tidak dapat dihukum oleh tuduhan-tuduhan seperti yang dijatuhkan kepadanya. The battle of sexes, Donald Trump & Kamala Harris is now on! Kalau Donald Trump menang : AS ekonominya akan membaik interest rate bakal turun; bantuan ke NATO akan berkurang ; perang Ukraine dan Gaza mungkin berhenti ; Korea Utara dan Rusia akan dia jinakin.
Tapi the nightmarenya adalah negara-negara Islam akan tetap disentimen, juga orang-orang Amerika Latin dan apalagi negara Cina, Trade War akan berlanjut. Kalau Kamala yang menang ekonomi AS akan lebih lama pulih/membaik ; perang Ukraina akan berlanjut tapi mereda, bansos ke rakyat Amerika bertambah terutama kepada lansia dan mahasiswa serta masyarakat yang kurang mampu.
Untuk Indonesia, mungkin Kamala pilihan yang bisa lebih akrab, seperti presiden Obama, Kamala Harris ada darah Asianya.
Ini hanya pendapat sementara yang mungkin bermanfaat untuk kita simak. (*)