Mateyari dalam Egypt, di Kita Matahari
Oleh Ridwan Saidi, Budayawan
Tinggi-tinggi si mateyari
Gambang karang di
batang temu
Berapa hari saya mencari
Baru sekarang saya ketemu
Dalam gambang kromong klasik (dalem), kata matahari dibaca mateyeri. Mateyari di sini jadi matahari yang maknanya sama.
Toponim dan diksi, akulturasi Egypt- Andunisi:
1. Pulau Wéh, Aceh. We kata peyedap yang mengexpresikan rasa kagum, bajuku cakep 'kan, we.
2. Ngarai si Anok, Sumbar, si Anok = gadis.
3. Masir arti sesungguhnya orang Mesir. Di Betawi manis
4. Gunung Salak, Bogor. Salak = perak
5. Dalam kepercayaan Egypt era Pharao, Kunti jenis makhluk halus yang cegah orang jahat ke surga. Di Betawi kuntil anak.
6. Pharao artinya periode, dibaca paro.
Pharao Akhenaton = periode Akhenaton. Paro dalam Betawi artinya sebagian. Dimoderenkan jadi separuh atau paruh artinya bisa lain.
Sejak Pharao Rameses IX SM dikenal pembalseman mayat, ramuannya a.l kapur barus, kamfer, mereka mendapatkannya di Barus, Sumut.
Pada saat ini mereka belum migrasi. Migran Egypt baru ke Andunisi saat Egypt dikuasai Alexender the Great pada IV SM.
Tempat-tempat yang dihuni Egyptian dtandai adanya sarcopagus, peti jenasah dari batu dan atau toponim
Tempat-tempat yang ditemukan sarcopagus:
1. Tapnuli, 1 buah
2. Mentawai, 1 buah
3. Serang, photo atas, 1 buah
4. Gianyar, Bal, 37 buah
5. Kalimantan, 5 buah
Toponim:
1. Samosir, Tapanuli
2. Kaero, Toraja
Itulah sejarah peradaban Andunisi. Bermula dengan kedatangan bangsa Maya: Che La Maya, Cilamaya, pada abad X SM, kemudian Egypt sebagai migran pada IV SM.
Dalam tradisi Egypt pada hari berkumpul yang disebut Jumahat, dimana mereka melagukan hymn, sekarang ditulis hymne, ratapan dalam bernyanyi. Dalam bahasa kita Tangerang, dari kata ini muncul mengerang. Tangerang dilakukan di Poris, aslinya Polis, bahasa Greek, kota. Gambaran paling sempurna wajah sejarah peradaban Andunisi pada toponim Poris Gaga di Tangerang. Poris atau Polis itu Greek, Gaga itu Carribea, unggul.
Ingat Lady Gaga? (*)