Membaca Filosofi Tanah “Kampung Akuarium” untuk IKN Nusantara

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

“Tanah yang dicangkul oleh para Ibu ini diantarkan ke lahan yang kelak akan dibangun kota baru, yang kelak menjadi ibu kota, yang diharapkan jadi kota yang mencerminkan cita-cita mendasar atas republik ini,” ujarnya.

Oleh: Mochamad Toha, Wartawan FNN

SENIN Wage, 14 Maret 2024, menjadi moment penting bagi Presiden Joko Widodo. Para Gubernur se-Indonesia berkumpul di Titik Nol, wilayah yang akan dijadikan lokasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

Di wilayah Kabupaten Penajam Pasir Utara, Kalimantan Timur, itulah IKN bernama Nusantara ini para gubernur mengumpulkan tanah dan air dari daerah masing-masing digabung dalam Kendi Nusantara.

Rata-rata gubernur membawa tanah dan air dari tempat bersejarah yang dikeramatkan. Bahkan, untuk mengambilnya dibutuhkan ritual khusus.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa telah melakukan prosesi Mendhet Tirto lan Siti di Kawasan Sumur Upas Candi Kedaton, Trowulan, Mojokerto, Sabtu (12/3/2022) demi mengambil tanah dan airnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membawa tanah-air yang berasal dari sejumlah gunung yang diyakininya menjadi puser bumi atau pusatnya dunia. Lokasi pengambilan tanah-air itu pun dikonsultasikan Ganjar pada para sesepuh Jawa.

Sedangkan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengumpulkan tanah dari  27 kota/kabupaten yang ada di Jabar yang dipilih menurut kearifan lokal.

Dan, banyak lagi gubernur lainnya yang membawa tanah dan air dari lokasi yang dikeramatkan di daerahnya.

Yang agak berbeda adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Mantan Menteri Pendidikan Nasional ini membawa tanah dari Kampung Akuarium, Jakarta Utara, untuk IKN Nusantara.

Anies menambahkan narasi yang sebenarnya sebuah satire yang menampar pejabat yang sewenang-wenang menindas rakyatnya, seperti pernah dialami warga Kampung Akuarium semasa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Nama Kampung Akuarium di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, tidak begitu asing di telinga warga Ibu Kota. Terutama sejak digusur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta era Ahok pada 2016 silam.

Alasannya kampung tersebut merupakan kawasan Cagar Budaya. Bentrok pun tidak terelakkan saat penggusuran dilakukan. Meski bangunan sudah rata dengan tanah, warga Kampung Akuarium tetap bersikeras bertahan.

Mereka tak mau pindah dan memilih bertahan dengan mendirikan tenda-tenda.

Pada 2017, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno yang saat itu maju sebagai calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur DKI Jakarta berjanji akan merevitalisasi Kampung Akuarium.

Janji kampanye tersebut dibayar dengan pembangunan Kampung Susun Akuarium. Lewat akun instagramnya @aniesbaswesan, Anies membeberkan fase-fase penting Kampung Susun Akuarium berdiri.

Pada 2017 adalah tahun terjadinya pengosongan lahan. Kemudian pada 2018, dimulai penataan kembali dengan pembangunan 90 unit shelter.

Pada 2019, perencanaan kampung susun oleh warga dan pembahasan kajian arkeologi oleh Tim Cagar Budaya DKI.

“Tahun 2020, konstruksi gedung. Tahun 2021, dua blok hunian terbangun. Target 2022, serah terima 100 persen hunian terbangun atau 3 blok hunian dan kawasan selesai,” tulis keterangan dalam grafik @aniesbaswedan, Rabu (18/8/2021).

Tepat pada HUT ke-76 RI, Anies meresmikan pembangunan tahap pertama Kampung Susun Akuarium. Ada 107 unit hunian tipe 36 yang diresmikan. Kampung Susun Akuarium berdiri di lahan seluas 10.575 m2.

“Tanah dari Kampung Akuarium ini menghadirkan harapan, pembangunan kota baru yang akan dijadikan ibu kota ini hendaknya tidak memarjinalkan rakyat kecil dan justru nyata-nyata akan memberikan kemajuan dan (juga) kebahagiaan bagi semua, khususnya rakyat kebanyakan,” ungkap Anies melalui akun Facebook-nya, Ahad (13/3/2022).

Bukan hanya itu, disertai juga video sejumlah warga sedang mencangkul tanah berlatar Kampung Susun Akuarium. Mereka mengumpulkan tanah dan dimasukkan ke dalam keranjang.

Bayangkan, sementara gubernur yang lain memakai ritual khusus, Anies mengerahkan warganya berpartisipasi mengumpulkan tanah dan air.

“Pagi ini, rakyat kebanyakan, yaitu ibu-ibu warga Kampung Akuarium, di pesisir Jakarta Utara mencangkul dan mengumpulkan tanah untuk dibawa oleh Gubernur DKI Jakarta ke IKN,” ujarnya. “Setiap gubernur ditugaskan untuk membawa tanah dan air dari provinsinya. Pada hari Minggu siang ini semua, bersama-sama ke Kalimantan Timur," lanjut Anies.

“Tanah yang dicangkul oleh para Ibu ini diantarkan ke lahan yang kelak akan dibangun kota baru, yang kelak menjadi ibu kota, yang diharapkan jadi kota yang mencerminkan cita-cita mendasar atas republik ini,” ujarnya.

Satire Anies Baswedan ini layaknya jurus tendangan tanpa bayangan milik Wong Fei Hung, legenda kungfu asal China. Sangking cepat dan tepatnya, yang terkena jurus ini pun sampai tak sadar. Tiba-tiba meninggalkan bumi perkemahan Nusantara.

“Kembalinya kehidupan masyarakat di Kampung Akuarium menjadi simbol atas kembalinya cita-cita dasar pendirian Republik Indonesia: melindungi setiap tumpah darah dan untuk menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Anies.

Langkah Anies Basewedan yang membawa tanah dari Kampung Akuarium itu direspon Anggota DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono.

Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta ini menilai, tanah yang tepat dibawa ke IKN oleh Gubernur Anies adalah tanah yang diambil dari kawasan Kota Tua, karena merupakan pusat peradaban Jakarta.

“Saya kira akan jauh lebih membawa makna yang kuat (diambil) dari Kota Tua dibandingkan dengan Kampung Akuarium yang notabene Kampung Akuarium itu dulu mau dikembalikan oleh pemerintahan sebelumnya kepada peruntukan yang sebenarnya,” kata ​​​​Gembong di Jakarta, Senin.

Seperti dilansir Antara, Senin (14 Maret 2022 11:32 WIB), lanjut Gembong, pemerintahan provinsi sebelumnya hendak merelokasi permukiman warga di Kampung Akuarium ke rumah susun.

Alasannya, kata dia, karena kawasan tersebut akan dikembalikan ke fungsi semula yang berada kawasan cagar budaya.

Sekarang disulap kembali dijadikan hunian dengan harapan keberpihakan Anies ke rakyat, seolah-olah kan begitu. “Padahal berpihak, tapi melanggar hukum,” katanya.

Dia mengharapkan pembangunan di IKN Nusantara di Kalimantan Timur tidak seperti kasus di Kampung Akuarium, Jakarta Utara, karena ingin menunjukkan keberpihakan namun melanggar aturan.

“Jangan sampai nanti IKN terbawa kepada psikologi seperti itu, seolah-olah berpihak tapi melanggar aturan. IKN Nusantara jangan sampai bawa-bawa faktor psikologis seperti itu,” tegas Gembong.

Yang jelas, Presiden Jokowi sudah melakukan prosesi ritual di Titik Nol IKN pada Senin (14/3/2024). Bagaimana kelanjutannya, waktulah yang bakal menjawabnya.

Apalagi, secara yuridis, masih ada pewaris Kerajaan Kutai Kartanegara yang menyoal status lahan IKN tersebut. (*)

359

Related Post