Mengenang 2 Oktober 1965
Oleh Ridwan Saidi, Budayawan
PERTEMUAN Presiden Sukarno dan Jenderal Suharto terjadi tanggal 2 Oktober 1965. Tidak ada keterangan pers yang muncul di akhir pertemuan, tapi pers dan pengamat berspekulasi bahwa pertemuan mencari kesepakatan cara yang harus ditempuh menghadapi Gestapu/PKI. Dari gambar yang disiarkan, foto atas, tampaknya tak tercapai mufakat. Senyum Bung Karno tak biasanya.
Banyak orang yakin pertemuan 2 Oktober gagal setelah Bung Karno mengatakan di ruang publik, Suharto kopig. Itu bahasa Belanda yang maksudnya Suharto keras kepala. Banyak orang membaca kopig seperti keripik. Mestinya kopekh.
BK sudah dalam proses powerless, senyumnya yang tidak biasa itu menggambarkan suasana hatinya bahwa, no more power. Padahal berdasar kalender konstitusi BK Presiden seumur hidup.
PM Canada Trudeu menghilang karena demo rakyat siang malam soal Covid-19 dan aturan turunannya. Kalender konstitusi Trudeu dari negara demokrasi barat. Berpegang pada calender tak ada perlunya Trudeu sembunyi. Harusnya. Jadi artinya, di sementara kalangan masyarakat barat sendiri kalender konstitusi tidak mutlak. Nixon jatuh karena impeachment.
Mereka yang gunakan pendekatan demokrasi tentang kalender konstitusi khusus masa jabatan penguasa akan berkata kalender konstitusi di tangan rakyat. Yang gunakan pendekatan teologi akan berkata di tangan Tuhan. Sering juga kedua pendekatan ini diparalelkan.
Kita berharap se-baik-baik solusi yang diridhai Tuhan untuk menyelesaikan kesulitan hidup yang dihadapi rakyat Indonesia. Seperti dikatakan World Bank, Indonesia, juga yang lain, karena Covid-19 yang berkepanjangan menghadapi luka yang dalam dan tak mudah disembuhkan terutama soal pengangguran.
Karena itu segala perencanaan pembangunan proyek tancap gas mau pun perlombaan mobil/motor sepatutnya merujuk pada ananat World Bank yang intinya econ Indonesia parah. Inilah variable paling deterninant kini dan esok. (*)