Misteri Wafatnya Ustadz Maaher, Mengapa Polri Bersifat “Defensif”?
by Mochamad Toha
Surabaya, FNN - Ada pernyataan menarik dari Polri yang tidak mengungkap secara gamblang penyakit yang diderita Soni Eranata atau Ustadz Maaher At-Thuwailibi sebelum meninggal. Penyakitnya disebut sensitif.
“Yang jadi pertanyaan itu, kenapa Saudara Soni Ernata meninggal? Ini karena sakit. Saya tak bisa sampaikan sakitnya apa karena sakit yang sensitif,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Argo Yuwono dalam jumpa pers, Selasa (9/2/2021).
Seperti dilansir Detik.com, Selasa (09 Feb 2021 12:50 WIB), Argo menegaskan, pihaknya tidak akan mengungkap penyakit yang diderita oleh Ustadz Maaher. Pertimbangannya adalah terkait keluarga Maaher.
“Ini bisa berkaitan dengan nama baik keluarga almarhum. Jadi, kita tidak bisa sampaikan ini secara jelas dan gamblang sakitnya apa karena penyakitnya adalah sensitif, ini masalahnya,” ujarnya. “Bisa membuat nama baik keluarga juga tercoreng,” tambah Argo.
Diberitakan, Maaher berstatus tahanan kejaksaan yang dititipkan di Rutan Bareskrim Polri. Sewaktu menjadi tahanan Dittipidsiber Bareskrim, Maaher sempat dibantarkan karena sakit.
Maaher meninggal dunia pada Senin (8/1/2021) malam. Kini jenazahnya dimakamkan di Ponpes Daarul Quran, Cipondoh, Tangerang. Pihak pengacara dan keluarga sebelumnya menyebut bahwa Ustadz Maaher sempat sakit terkait usus.
Beberapa kali Maaher sudah mengeluhkan hal itu. “Awal beliau dioperasi ususnya itu, kira-kira 3 bulan yang lalu, nampaknya penyakit itu masih menjadi keluhan juga,” ujar pengacaranya, Djudju Purwantoro, kepada wartawan di RS Polri, Senin (8/2/2021).
Keluarga mengatakan hal yang sama. “Beliau kan punya TB usus. Dulu sebelumnya sempat sakit parah kan, drop, terus kemudian sudah membaik,” kata adik Maaher, Jamal, ditemui di rumah duka, di Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (9/2/2021).
Sebelumnya, seperti ditulis Suara.com, Selasa (9 Februari 2021 pukul 06.54), pengacaranya mencium ada keanehan kematian Maaher yang meninggal dunia di Rutan Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (8/2/2021).
“Kami sebagai kuasa hukumnya meminta keterangan terbuka dari tim medis setempat untuk mengklarifikasi sebab kematian tersebut,” kata Novel Bakmumin kepada Suara.com, Senin (8/2/2021).
Penangguhan penahanan yang tak pernah dikabulkan Polri disayangkan kuasa hukum. “Saya sangat menyesalkan upaya yang sudah tidak menimbang unsur kemanusiaan,” tuturnya. Istri Maaher, Iqlima Ayu, sempat mengajukan penangguhan penahanan atas suaminya.
Dia berharap Maaher bisa dibebaskan setelah pihaknya menjaminkan dirinya sebagai upaya penangguhan penahanan kepada penyidik Bareskrim Polri. Namun, pengajuan tersebut tidak dikabulkan.
Belakangan ini, meninggalnya Maaher di rutan Bareskrim Polri ternyata berbuntut panjang. Kuasa hukumnya menduga dia sengaja 'dihabisi'. Hal ini disampaikan Novel Bamukmin di Bang Edy Channel di YouTube.
Menurut Novel, penguasa sengaja “mengirim pesan” kepada para ulama dan aktivis kritis lainnya. Caranya, mereka sengaja “menghabisi” Ustadz Maheer.
“Rezim ingin menegaskan, jika kalian tetap berseberangan dan kritis terhadap kekuasan, lihat yang terjadi pada Ustadz Maaher. Ini pesan yang ingin penguasa sampaikan,” kata Novel.
Terlepas dari dugaan yang disampaikan kuasa hukum Maaher itu, tidak kalah penting adalah enggannya polisi mengatakan penyakit Maaher sebenarnya dengan alasan karena “sakit yang sensitif”, meski pihak keluarganya telah membuat pernyataan, “tahu” penyakitnya.
Apa itu? Covid-19, HIV/AIDS, atau Racun?
Fakta Medis
Maaher meninggal dalam kondisi sangat mengenaskan. Dari foto wajahnya yang beredar di WAG, kayak gabakan hitam-hitam semua, lemas, dan gatal-gatal (mirip herpes). Jika melihat pemeriksaan luar pada tubuh Maaher, coba kita lihat apa penyebabnya.
Saturasi oksigen. Yaitu suatu komplikasi umum dapat terjadi ketika virus menghalangi aliran darah membawa oksigen dalam tubuh, kondisi seperti hipoksia, disorientasi, kebingungan, bibir atau wajah kebiruan.
Jika ini terjadi, artinya bisa jadi merupakan sinyal adanya gangguan pada jantung. Gangguan apa pun pada aliran darah dapat menyebabkan penggumpalan, meningkatkan peradangan, dan mempersulit jantung untuk melakukan tugasnya.
Pada umumnya, ini bisa terjadi saat virus menghalangi aliran darah membawa oksigen dalam tubuh, kondisi seperti hipoksia, disorientasi, kebingungan, bibir atau wajah kebiruan. Jika hal ini terjadi, artinya bisa jadi merupakan sinyal adanya gangguan pada jantung.
Gangguan apa pun pada aliran darah itu dapat menyebabkan penggumpalan, meningkatkan peradangan, dan mempersulit jantung untuk melakukan tugasnya. Saturasi oksigen ini salah satu dari 6 gejala dan tanda Covid-19 mulai mempengaruhi kesehatan jantung.
Gejala dan tanda Covid-19 lainnya, dilansir Kompas.com, Rabu (20 Januari 2021 | 05:55 WIB), yaitu Sindrom takikardia. Peneliti percaya, pasien Covid-19, yang melakukan perjalanan jauh bisa menghadapi kondisi seperti POTS atau sindrom takikardia ortostatik postural.
Sindrom ini merusak sistem saraf, menyebabkan ketidakseimbangan detak jantung, tingkat tekanan darah yang tidak biasa.
Selain itu, yang perlu diwaspadai yakni tanda takikardia juga dapat bermanifestasi menjadi gejala seperti pusing, sirkulasi darah menurun, menyebabkan jantung berdebar-debar, pusing, kekebalan tubuh yang terganggu.
Itu semuanya dapat dianggap sebagai tanda awal gangguan jantung. Apakah penyakit Ustadz Maaher masuk dalam 2 dari 6 gejala dan tanda Covid-19 tersebut, hanya dokter dan pihak RS Polri yang tahu. Di sinilah perlu keterbukaan pihak Polri.
Ruam kulit bisa menjadi petunjuk dan bukti adanya infeksi Virus Corona (Covid-19). Hal ini dialami Dewi Persik yang mengaku menderita ruam kulit akibat terinfeksi Covid-19. Ruam kulit juga termasuk gejala terinfeksi virus corona.
Tapi, tak banyak yang tahu kalau perubahan di kulit itu bisa menjadi salah satu tanda gejala Covid-19. Munculnya ruam kulit, terutama di tangan dan kaki seringkali merupakan tanda pertama infeksi virus corona pada orang yang tidak memiliki gejala penyakit lain.
Seperti dilansir Kompas.com, Jumat (25 Desember 2020 | 17:55 WIB), diterbitkan di dalam American Journal of Clinical Dermatology, ulasan berbasis bukti ilmiah menunjukkan kalau ruam kulit ternyata memengaruhi satu dari lima pasien Covid-19.
“Dokter harus menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasi pasien dengan Covid-19 yang tidak memiliki gejala lain,” kata penulis studi dan dokter ahli bedah di Keck School of Medicine University of Southern California di Los Angeles, Daniel Gould, MD, PhD.
“Dokter juga harus menggunakan informasi tersebut agar lebih agresif dalam menguji virus,” sambung dia. Apakah Ustadz Maaher terinfeksi Covid-19? Untuk mengetahui itu semua bisa saja melihat perlakukan dokter saat Maaher dirawat di RS Polri.
Apakah dokter dan nakes yang merawat Maaher memakai alat pelindung diri (APD) lengkap atau tidak? Sesuai dengan SOP penanganan pasien Covid-19, jika mereka memakai APD, itu bisa menjadi petunjuk bahwa Maaher terkena Covid-19 atau tidak.
Jika bukan Covid, apa mungkin Maaher terkena Sindrom Stevens Johnson (SSJ)? Ini adalah kelainan langka yang menyerang pada kulit dan selaput lendir sebagai jaringan lunak pelapis sistem pencernaan dari mulut ke anus, organ reproduksi (saluran genital), serta bola mata.
SSJ jarang terjadi, tapi dapat menimbulkan kondisi yang serius bahkan fatal. Sindrom ini biasanya disebabkan karena reaksi terhadap obat-obatan tertentu, maupun terkadang oleh infeksi.
Awalnya, gejala SSJ menyerupai flu, diikuti dengan ruam merah keunguan yang menyebar dan membentuk lepuhan. Selanjutnya, kulit akan mati dan mengelupas. SSJ adalah kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Penyebab SSJ belum diketahui secara pasti. Namun secara umum, kondisi ini terjadi sebagai reaksi tubuh atas obat-obatan tertentu dan juga infeksi. Pada anak-anak, SSJ biasanya dipicu oleh infeksi virus.
Pada orang dewasa, SSJ seringkali muncul sebagai bentuk reaksi yang merugikan pada obat (adverse reaction). Apakah Maaher kena SSJ, penyidik tidak juga mau menyebutnya. Atau, karena terkena racun sehingga dia “keracunan”?
Jika menyimak foto Maaher yang beredar, wajahnya nyaris sama dengan foto jenazah mantan Ketua KPU Husni Kamil Malik. Pasalnya, di foto wajah Husni Kamil penuh dengan bintik merah. Hal itu menandakan jika pembuluh darah Husni Kamil pecah.
Berbagai spekulasi pun mncul. Sebagian berpendapat, Husni Kamil meninggal mendadak “terkena” racun. Sayangnya, jenazah Husni Kamil saat itu tidak diotopsi.
Penulis Wartawan Senior FNN.co.id.