Musuhnya Musuh adalah Teman, kata Rusia dan China

Oleh Ridwan Saidi, Budayawan

Itu logika matematik (- x - = +). Ini dikabarkan menjadi pendirian Xin Ping dan Putin. Dalam kehidupan sosial apalagi politik yang diberlakukan kaidah tak ada teman abadi, juga musuh yang abadi melainkan interes saja yang abadi 

Tapi interes tidak parameter mutlak. Kenapa saat Hamas versus Israel Mei 2021 tak ada yang bantu Israel? Kenapa China yang sedang hadapi ha cancut tali wondho kepung wakul buaya mangap juga tidak ada yang bantu. Mengapa Iran yang musuhan dengan USA lebih 40 tahun juga tak ada yang bantu. China dan Rusia cuma tidak musuhi Iran. Bantu? Tidaklah.

Korut musuhan dengan USA, USA teman Israel. Israel musuh Palestina. Tapi pas pecah konflik tahun lalu Israel versus Hamas, Korut cuma keluarkan statemen mau bantu Hamas. No action.

Resolusi UN stop perang Rusia versus Ukraine yang dukung resolusi 134 negara, penentang 5 negara, blanco 37 negara.

Apakah 134 negara semua pro USA? Tidak. Di Indonesia lumayanlah bilangan yang suka Putin,  di antaranya orang yang pernah berkedudukan. Pemerintah Indonesia juga dianggap dekat dengan China temennya Rusia, tapi pemerintah Indonesia berseru stop perang sebelum resolusi UN.

Ukraine bukan anggota NATO, tapi di medan diplomatik negara-negara barat dukung Ukraine. Ini bukan lagi situasi perang dingin negara-negara dibelah duren menjadi blok barat dan komunis. Itu pun masih lahir non-blok.

Ukraine bertahan tidak sendirian. Tapi siapa bantu Ukraine, tak dapat dibuktikan.  Fakta perang Hamas vs Israel dipastikan tak lebih 10 hari, dan fakta perang Rusia vs Ukraine dipastikan cuma 4 hari, ini buktikan keunggulan intelejen.   

Rusia, apalagi China, kalah di bidang ini.

China sangat yakin Rusia kuat,  peristiwa perang ini pukul psycho motoric China yang berakibat China mental fatique.

Sikap yang diambil Indonesia di UN sudah benar. Cuma lain kali jangan berteman sembarangan. (*)

291

Related Post