Nefertiti, Egypt, dan Kita
Oleh Ridwan Saidi, Budayawan
Nefertiti permaisuri Pharao Akhenaton 1351-1334 BC. Nefertiti asli Numbia. Ia dinikah setelah Akhenaton bertahta di Egypt. Nefertiti ratu jelita. Kecantikannya next to next dengan Cleopatra.
Power system Egypt tertua di dunia. Tak ada nomenclatur pemangku kekuasaan. Pharao artinya periode.
Di zaman Akhenaton panglima perangnya Moses, atau Musa.
Musa yang menaklukan Numbia.
Pharao tidak berhak memilih penggantinya. Yang memilih Pharao baru adalah dewan agamawan.
Power system Egypt tertua, tapi dalam peradaban Egypt banyak didahului Maya. Pyramid, baik istilah mau pun arsitektur, itu Maya.
Kedua bangsa yang berperadaban tinggi itu migrasi ke Andunusi. Maya pada X SM, Egypt sebagai.migran IV SM ke Andunisi.
Pada tahun1887 M di delta sungai Nil di ditemukan 1000 lembar papyrus berisi risalah percakapan Akhenaton dan Moses tentang theisme.
Ahli psikologi Sigmund Freud tertarik mempelajarinya dan rampung pada tahun 1935. Freud menuangkan dalam bukunya Moses and Monotheism, terbit tahun 1937. Tetapi selama setahun sebelumnya Freud dilanda bimbang terbitkan atau tidak. Tokék, terbitkan. Tokék, jangan. Akhirnya ia terbitkan.
Moses dan Akhenaton punya keyakinan sama tentang monotheisme, tapi ada perbedaan dalam memahami keberadaan Tuhan.
Bangsa Maya punya keyakinan Ahu Aviki. Aku tau Tuhan, tapi aku tak tau apa- apa tentang Dia.
Bumi Andunisi sejak X SM kedatangan bangsa-bangsa bertuhan. Kemudian pada II M datang pula Queen of Sheba dari Axumite Afro menyebarkan paham ketuhanan yang diajarkan Nabi Musa. Missi Sheba awalnya mencari emas.
Itulah sebabnya Pancasila dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki akar peradaban yang kuat. Biarlah Pancasila dengan kelima silanya menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan di-peras2. (*)