Penggumpalan Darah, Akibat Covid atau Vaksinasi?
Jakarta, FNN - The British Medical Journal merilis sebuah temuan menarik tentang reaksi yang tidak diharapkan dari vaksin mRNA dan viral vector, dibandingkan dengan mereka yang pernah mengalami infeksi alamiah Covid-19.
Studi yang melibatkan data lebih dari 30 juta orang itu menunjukkan, kasus penggumpalan darah atau stroke yang langka ternyata jauh lebih tinggi terjadi pada mereka yang terinfeksi Covid-19 dibandingkan yang diakibatkan oleh vaksinasi.
Data tersebut mencakup:
- Sudah divaksinasi 1 kali: 29,1 juta orang
- AstraZeneca: 19,6 juta
- Pfizer: 9,5 juta orang
- Pernah terinfeksi Covid: 1,7 juta orang.
Menurut Arie Karimah, Pharma-Excellent alumni ITB, dari data tersebut dibuat estimasi: jika 10 juta orang divaksinasi dan 10 juta orang terinfeksi Covid-19 secara alamiah, berapa kira-kira orang yang akan mengalami reaksi yang tidak diharapkan atau komplikasi?
Hasilnya:
ASTRAZENECA:
- 107 orang mengalami thrombocytopenia (kadar trombosit rendah), yang bisa mengarah pada pendarahan internal.
- 66 orang mengalami penggumpalan darah di vena, DVT (Deep Vein Thrombosis)
PFIZER:
- 143 orang mengalami stroke
Infeksi alamiah Covid-19:
- 934 orang mengalami thrombocytopenia
- 12.614 orang mengalami penggumpalan darah
- 1.699 mengalami stroke.
“Studi juga menemukan sedikit peningkatan risiko penggumpalan darah pada vaksin Pfizer, dan stroke pada vaksin AstraZeneca,” ungkap Arie Karimah.
Menurutnya, data tersebut sekaligus mengkonfirmasi manfaat vaksinasi Covid-19, serta risiko morbiditas dan mortalitas pada penderita Covid-19. (mth)