Pengunjung Pameran "Sejarah Maluku" Museum Siwalima Capai 665 Orang

Ambon, FNN - Jumlah pengunjung pameran "Sejarah Maluku dari Masa ke Masa" yang digelar oleh Museum Siwalima Provinsi Maluku pada 19-27 Agustus 2021 untuk merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-76 Republik Indonesia, mencapai 665 orang.

"Hingga penutupan kemarin jumlah pengunjung pameran kita sebanyak 665 orang, pengunjung daring ada 516 orang, sedangkan luring sebanyak 149 orang ," kata Kepala Museum Siwalima Provinsi Maluku Jean Esther Saiya di Ambon, Sabtu.

Pameran "Sejarah Maluku dari Masa ke Masa" merupakan kerja sama Museum Siwalima dan Museum Maluku (MuMa) di Belanda untuk merayakan HUT Indonesia dan Provinsi Maluku yang sama-sama berusia ke-76.

Pameran yang dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku Insun Sangadji pada 19 Agustus 2021 itu, memamerkan sejumlah benda dan potret yang mengisahkan Maluku sebelum masa penjajahan, era penjajahan, kemerdekaan Indonesia hingga periode imigrasi orang Maluku ke Belanda pada 1950.

Jean mengatakan pameran tersebut digelar untuk meningkatkan wawasan kebangsaan generasi muda dan rasa cinta tanah air, karena dari sana mereka bisa belajar bagaimana perubahan yang terjadi dalam sejarah dan menghargai perjuangan para pahlawan.

Tingginya angka pengunjung pameran hingga mencapai 665 orang, jauh dari ekspektasi pihak Museum Siwalima karena pameran digelar saat masih pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level tiga oleh Pemerintah Kota Ambon.

"Karena masih pandemi COVID-19 dan ada PPKM, kami tidak menargetkan angka kunjungan harus banyak, tapi ternyata jumlah pengunjung selama sepekan cukup banyak, terutama via daring," kata Jean.

Dikatakannya lagi, pameran "Sejarah Maluku dari Masa ke Masa" ditutup pada 27 Agustus 2021 dengan konser mini kolaborasi 30 anak Muslim dan Kristen dari Kelurahan Waihaong, Desa Amahusu dan Kelurahan Benteng (Kecamatan Nusaniwe) yang dilatih selama 23 hari oleh Museum Siwalima dalam kegiatan "Belajar Bersama Alat Musik Tradisional di Museum".

Mereka membawakan sejumlah lagu daerah, yakni Hio-hio, Maluku Tanah Pusaka, Nusaniwe dan Rayuan Pulau Kelapa dengan iringan instrumen musik tradisional Maluku seperti ukulele, suling, tifa, totobuang, gong, rebana dan toleng-toleng. Penampilan kolaborasi seni musik dari komunitas agama yang berbeda itu menjadi simbol keberagaman di Maluku.

Selain kolaborasi anak-anak Muslim dan Kristen, penutupan pameran juga dimeriahkan oleh dua penyanyi pop Ambon, Olda Soselissa yang menyanyikan lagu berjudul Martha Christina dan Lola Abraham dengan lagu Bhineka Tunggal Ika.

"Awalnya anak-anak ini tidak saling mengenal dan tidak sepaham, tapi harmonis alat musik yang dihasilkan oleh mereka terjalin selama 23 hari harus harus terus dibangun dalam harmonisasi hidup," ucap Jean Esther Saiya. (mth)

197

Related Post