Revolusi, Jalan Lain Perubahan Indonesia
Jakarta, FNN - Para aktivis Pro Demokrasi (Prodem) mengadakan diskusi publik yang bertema "Pemilu 2024 di Simpang Jalan, Pembaharuan Demokrasi atau Perebutkan Kekuasaan Belaka" di Sekretariat Prodem, Jakarta Pusat, Selasa (22/11/2022).
Menghadirkan tiga pembicara utama dalam diskusi, Paulus Januar (Pengamat Sosial), Desyana Zainudin (Senator Prodem), dan Joni Sujarman (Aktivis 98).
Sebagai pembicara pertama, Desyana mengatakan bahwa yang berada di simpang jalan bukanlah pemilunya, melainkan kegalauan rakyat terhadap situasi saat ini.
"Kegalauan kita inilah yang berada di persimpangan jalan," ungkap Desyana.
Desyana menjelaskan bahwa dengan sistem dan rezim saat ini sebagai penyelenggara pemilu, maka akan membawa pemilu yang lebih buruk dari pada sebelumnya.
"Pemilu cuma dijadikan pergantian kekuasaan belaka, tanpa melihat representasi kita ke depan," jelasnya.
Ucapan Desyana pun didukung oleh Joni yang mengatakan bahwa pemerintah yang demokratis adalah yang kedaulatan dari rakyat, dan dapat dinikmati serta bermanfaat untuk rakyat. Bila tidak dapat dinikmati oleh rakyat, itu berarti hanya ilusi.
Joni berpendapat bahwa pemilu tidak menyelesaikan masalah. Hal itu karena sistem yang menyokong orang kaya yang berserikat.
"Mereka membuat Undang-undang, peraturan dan lain-lainnya berpihak untuk kepentingan mereka. Jadi, bisa dipastikan hasilnya bahwa pemerintahan yang akan terbentuk itu tidak akan mampu untuk memajukan penghidupan rakyat, tetapi memajukan penghidupan mereka para kapitalis ini,
Oleh sebab itu Joni merasa pesimis dengan pemilu yang dia nilai menjadi jalan masuk oligarki untuk mencengkram kekuasaan, hingga dirinya tidak mendukung adanya pemilu.
"Saya salah satu orang yang tidak sepakat dengan pemilu karena itu jalan masuk Indonesia tidak akan mencapai apa yang seperti dicita-citakan kemerdekaan ini," tukasnya.
Aktivis 98 itu juga menyampaikan untuk mencari jalan keluar di luar pemilu dengan mendorong perubahan dan kehendak bersama, serta tidak berkompromi dengan rezim yang berkuasa.
Sedangkan Pengamat Sosial, Paulus masih optimis dengan pemilu. Tetapi, bila perubahan itu tidak terjadi, dia berpendapat cara lainnya adalah revolusi.
"Jadi, perubahannya bagaimana? Secara teoritis adalah dengan menumbuhkan kesadaran rakyat," ujarnya. (Rac)