Rocky Gerung: Jokowi Dipermalukan di Ritual Kendi Nusantara

Jakarta, FNN – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan sengaja memilih air yang bukan dari wilayah dia. Ganjar mengambil air dari wilayah Jawa Timur untuk dibawa ke lokasi calon ibu kota baru di Penajam Passer Utara, Balikpapan, Kalimantan Timur.

“Ini sebenarnya Pak Jokowi akhirnya dipermalukan. Itu justru yang bikin Pak Jokowi tidak nyenyak tidur di tenda,” kata Rocky Gerung dalam perbincangan dengan wartawan senior Hersubeno Arief dari FNN dalam kanal Rocky Gerung Official, Selasa (15/03/2022).

Dengan adanya kejadian tersebut Rocky menilai bahwa akhirnya masyarakat tahu siapa sebenarmya Jokowi.  

“Jadi, keadaan kita akhirnya masyarakat menonton kelucuan, juncto kedunguan, itu yang dipertontonkan. Bahkan, alam semesta tidak merestui. Kan ini sesungguhnya pertanda yang paling buruk bahwa di awal sudah ada satu upacara untuk memulai sesuatu agar supaya direstui,” paparnya. 

Segala sesuatu yang menjadi proyek ambisius kata Rocky sebenarnya tidak dari hati nurani. Rakyat Indonesia tidak ada yang mengelu-elukan peristiwa itu. Bahkan, media massa menganggap ini hanya lelucon yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Jadi, presiden hanya akan diingat lagi sebagai orang yang hanya lucu-lucuan walupun dipersiapkan dengan sangat serius.

“Kalau dulu orang bikin simbol pakai pewayangan dan segala macam tentang politik yang tidak bermoral, sekarang itu terjadi. Ngirim tanah yang sebetulnya tanah sengketa atau sesuatu yang sengaja dibocorkan pada pers bahwa ini tanah dari akuarium. Atau Ganjar dengan sengaja memilih air yang bukan dari wilayah dia. Ini sebenarnya Pak Jokowi akhirnya dipermalukan. Itu justru yang bikin Pak Jokowi tidak nyenyak tidur di tenda sehingga sebaiknya pulang saja,” tegasnya.

Rocky menyebut bahwa olok-olok terhadap Presiden Jokowi makin masif. “Di media sosial betul-betul mengolok-olok peristiwa itu. Dan ini yang perlu diperhatikan bahwa legitimasi itu kadangkala tidak diucapkan. Legitimasi diungkapkan dengan cara-cara simbolis,” katanya.

Perihal elektabilitas Jokowi, Rocky mengatakan bahwa kalau disurvei berapa orang yang tidak setuju dengan IKN. Jangan dikatakan lagi bahwa sebetulnya yang setuju 92 persen. Yang nggak setuju adalah mereka yang membawa tanah yang tidak pada tempatnya dan air yang salah ambil. Jadi poin kita selalu adalah simbolisasi. Indonesia dikenal melalui politik simbolisasi. Presiden jokowi mau menyogok masyarakat dengan simbolisasi seolah semua tanah akan dibawa ke situ,” paparnya.

Rocky melanjutkan seandainya secara supranatural dibuka secara terang-terangan, itu menunjukkan bahwa di dalam proyek ini ada ketidakjujuran hingga tidak ada orang yang berupaya menghitung risiko. Kalau dari awal proyek ini didesain dengan hati yang bersih maka risiko pasti bisa diantisipasi.

Minta tolong aja pada anak-anak Mapala UI di Kalimantan yang ngerti cara memanfaatkan lahan terbatas, bagaimana mengatur arah matahari supaya tidak kepanasan di dalam tenda sehingga jadi pingsan dan segala macam, arah angin di mana. Itu tidak dihitung sehingga seolah-olah hanya yang penting Pak Jokowi senang dengan membuat tenda yang kuat. Tenda itu bukan sekadar kuat, tapi harus memperhitungkan variabel-variabel ekologi di situ.

“Jadi jangan membuat tenda dempet-dempetan shingga ventilasinya tidak jalan sehingga membuat orang pingsan. Jadi kalkulasi itu yang juga dianggap sebagai kekacauan koordinasi. Sekali lagi, poin saya adalah Pak Jokowi selalu hanya ingin mendapat headline, tapi sekarang headline nya buruk. Itulah nggak enaknya. Bagaimanapun dia adalah kepala negara yang akhirnya dipermalukan karena nggak lengkap. Ini peletakan niat pertama itu mustinya sempurna. Seperti orang mau membuat rumah itu mustinya ada bubur merah putih dulu. Tokoh-tokoh sekitarnya musti dihadirkan, tapi itu yang tidak terjadi,” paparnya.

“Tenda yang berjejer-jejer itu kelihatannya bagus, apalagi dari laptop Pak Jokowi. Tapi ini memerlukan kepekaan ekologi. Saya setiap bulan tiga kali bikin tenda, jadi musti paham soal itu. Jadi sekali lagi, bukan hanya masalah membangun infrastruktur tetapi harus dilihat di dalamnya ada value atau tidak,” katanya.

Tenda itu bukan sekadar didirikan dan tidak berkoordinasi dengan lingkungan sekitarnya yang tahu arah angin, kapan matahari posisinya 60 derajat, di mana mustinya pintu harus dipasang. Itu keahlian yang hanya bisa diperoleh kalau ada ketelitian dan datang dari niat yang baik.

“Jadi kalau sekadar bikin tenda dengan niat secara teknis, ya hanya asal pasang aja dan kokoh, tapi tidak ekologis. Tenda-tenda itu susunannya tidak ekologis dan itu yang membuat salah satu orang pingsan,” papar Rocky. (ida, sws)

466

Related Post