Rocky Gerung Sindir Luhut, Big Data 110 Juta Orang Minta Jokowi Kemping

Jakarta, FNN – Pengamat politik Rocky Gerung menyinyalir kesediaan Presiden Jokowi untuk kemping di hutan Kalimantan, calon Ibu Kota Negara, dilengkapi dengan ritual Kendi Nusantara berdasarkan bisikan lembut Menko Marinves Luhut Binsar Panjaitan.

Dugaan ini disampaikan Rocky kepada Hersubeno Arief dari FNN dalam kanal Rocky Gerung Official, Senin 14 Maret 2022.

"Mungkin ini perubahan drastis perencanaan ibu kota yang harusnya dilakukan melalui teknologi mutakhir supaya dapat predikat smart city, tapi setelah Pak Luhut Panjaitan (mungkin) yang kasih data baru, berdasarkan Big Data diperlukan 110 juta orang yang membicarakan soal kendi ini. Akhirnya Jokowi bilang ok, soal smart city kita lupakan dulu, maka kita balik pada kearifan lokal, berbasis mistis," tutur Rocky.

Apa yang dilakukan Jokowi, kata Rocky merupakan hasil penelitian yang mendalam. “Itu hasil dari deep learning yang dibaca analitic berdasarkan percakapan di sosial media, bahwa semua orang membicarakan tentang kendi, yang kita tidak tahu kendi itu isinya air atau minyak goreng,” tegasnya.

Mengapa ada kendi, mengapa ada tanah? “Kita tidak tahu maknanya, tapi bisa dikira-kira air maknanya ada kejernihan. Lalu gumpalan tanah yang menunjukkan, manusia asal usulnya dari tanah,” paparnya.

Tapi menurut Rocky sangat mungkin ada tafsir lain, bahwa orang menafsirkan jangan-jangan yang disebut air itu pengganti minyak goreng dan tanah adalah simbol lahan sawit.

“Semua tafsir bisa terjadi justru karena kita tidak bisa menangkap apa sebetulnya maknanya. Dan saya lihat di gambar-gambar ada tenda-tenda di tengah hutan, supaya lengkap seperti mahasiswa kemping, harus ada mie instan. Ini tafsir saya pengalaman di negeri wakanda,” paparnya.

Di Kalimantan menurut Rocky memang harus dikombinasi dengan kearifan lokal, jangan sampai ada kesan jawanisasi. “Itu sebetulnya sinyal utamanya orang menganggap bahwa jawanisasi bagus saja, kalau itu dimaksudkan untuk menghasilan pengertian-pengertian sublim kehidupan. Tapi ini kan ibu kota, proyek nasional. Namanya Nusantara tetapi ngapain pakai simbol-simbol dari satu etnis saja. Itu bahaya. Dan orang tetap menilai, kalaupun itu simbol kultural, jangan presiden yang lakukan, karena presiden simbol politik,”katanya.

Presiden kata Rocky, setiap kali bicara yang dibicarakan selalu uang. “Apakah kalau nanti kendi nusantara tumpah lalu seluruh hutan Kalimantan daunnya berubah jadi uang.  Ini siasat yang agak ajaib karena orang bicara tentang sumber daya pendukung ibukota yaitu teknologi dan APBN, tetapi tiba-tiba kok pindah simbolnya dengan kemping di tengah hutan bersama mistisisme,” papanya.

Mistisisme itu lanjut Rocky seharusnya ada petinggi adat datang ke situ mengundang orang-orang. Presiden Jokowi sekarang popularitasnya rendah sekali, ngapain harus di-baill out dengan ritual semacam itu. Itu juga ajaib. Bagaimana pun dia tokoh politik, maka sinyal politik mendahului lokal wisdom dari publik Kalimantan.

Adanya tenda di tengah hutan, kata Rocky itu tenda-tenda rekayasa, ada kehidupan di situ, dan ada ritual. “Kalau kita betul-betul ingin menyatu dengan alam, ya jangan pakai listrik, datang ke pinggir sungai, bukan semua peralatan pakai mesin,” sarannya.  

Menurut Rocky, Presiden tidak mengerti, bahwa yang disebut menyatu dengan alam mencari wangsit itu harus dalam kesunyian bukan dengan hiruk pikuk mesin. “Sebetulnya sejak awal ritual, itu tidak ada gunanya lagi karena sudah dipamerkan sekadar infotainmen saja. Energi batinnya tidak keluar dari ritual itu. Itu bahaya. Kebiasaan ritual harus keluar dari habit of the heart. Kebiasaan dalam hati. Tidak ada keteduhan bathin untuk ritual di hutan Kalimantan itu,” tegasnya.

Yang juga aneh adalah dua hari menjelang kemping, tepatnya Jumat (11/03/2022) investor Soft Bank cabut dari proyek IKN. Itu yang saya maksud, kekhusukan itu tidak akan terjadi, karena semua orang membicarakan mundurnya Soft Bank. Bagaimana kita bicara masa depan kalau semua rencana berantakan. Tak hanya Soft Bank, Rusia juga mundur dari proyek kereta di Kalimantan. Negera-negara Teluk juga mundur. Akhirnya orang menjadi kaku, lalu saling menguatkan batin.

“Presiden lalu meminta para pembantunya untuk membangun optimisme, padahal itu sebetulnya pertemuan pesimistik. APBN yang bolong masih harus dibebani membangun ibu kota, coba bayangkan. Investor asing kasih sinyal bahwa Indonesia tidak layak investasi,” katanya.

Ini semacam parodi yang berupaya untuk saling menguatkan, padahal di depan, dia sebetulnya tragedi. Ini kemping yang tragis. “Membangun ibu kota cuma butuh dua hal satu adalah uang yang kedua adalah kegembiraan rakyat. Uang tidak ada, kegembiraan batin rakyat juga tidak ada karena sedang fokus antri minyak goreng. Mereka gak peduli ada presiden kemping,” paparnya.

Kecuali kemping yang diajak meilenial, tokoh adat, dan masyarakat luas bikin jambore nasional. “Ini kemping yang diajak cuma menteri. Ngapain kemping dengan gerombolan yang saat ini sedang dihujat rakyat sebagai perusak bangsa,” pungkasnya.  

Prosesi sakral penyatuan air dan tanah di Titik Nol Kilometer pembangunan Ibu Kota Negara tersebut juga dilakukan oleh 33 gubernur se-Indonesia yang diambil dari lokasi sesuai dengan kearifan lokal masing-masing daerah.  Air dan tanah di dalam kendi dan wadah itu kemudian dimasukkan ke dalam Kendi Nusantara secara bersama-sama oleh Jokowi dan para gubernur di seluruh Indonesia. (ida, sws)

330

Related Post