Si Manis Jembatan Ancol
Oleh Ridwan Saidi, Budayawan
BANGUNAN pada litho di atas adalah villa Bintang Mas di Ancol milik Oei Tambasia yang mati digantung pada tahun 1851.
Oei membeli villa ini dari seorang pedagang Amrat (Oman). Di balik villa Muara Emrat. Posisi bangunan ini dalam kacamata sekarang di seberang utara gedung Alexis. Daerah sekitar Alexis pun disebut kampung Bintang Mas.
Film Si Manis Jembatan Ancol menceritakan kuntil anak yang jelita, namanya Aria. Ada juga yang sebut Maria.
Menelusuri jejak Ariah, nama aslinya, tidak mudah. Cerita Ariah berkembang di komunitas Betawi Kemayoran, Sawah Besar, Petojo. Sejak 1960-an sampai 1970-an saya lakukan pelacakan mengorék data revelata penduduk berumur di kampung-kampung tersebut.
Ariah dan kakaknya Rogaya anak-anak yatim. Bersama ibunya mereka diajak berdiam di rumah seorang juragan sawah yang tinggal berdua dengan bininya di Paseban Kampung Sawah. Ariah berdiam di émpéran rumah, pavilion. Sejak itu ibu si Ariah dipanggil Mak Émpér.
Ariah membantu ekonomi ibunya dengan mencari telur ayam hutan, kayu bakar, dan kangkung.
Ariah tumbuh sebagai gadis dewasa dan sexy pula, yang dalam bahasa Betawi disebut bahénol nérkom.
Cilaka! Juragan naksir. Cinta juragan ditolak Ariah. Ariah berkata pada ibunya: Mak, biar katé kité miskin, kité musti jagé kehormatan orang laen juga diri sendiri.
Satu perkaré mpok Rogayé blon duduk niké, masa' dilangkahin. Dué perkaré Mak (Ariah menahan tangis), bini juragan baék Mak ama Ariah, gimané Mak caré nyakitin hatinye, gimané Maaak.
Ariah pegi ajé Mak dari sini, Mak gak usah nyari.
Ariah berjalan sepembawa kakinya ke arah Sunter, pas di Bendungan Démpét Ariah dicegat Pi'un dan Sura, talent scouter, pemburu wanita kalau Oei Tambasia lagi berkehendak.
Ariah yang sempat dibekali ilmu silat oleh almarhum ayahnya melalukan perlawanan. Bahkan Pi'un dan Sura ketétér mundur sampai jembatan Ancol. Ariah memburu dua lelaki itu, sayang dia keserimpet kaénnya sendiri, dan jatuh. Ariah dibunuh. (*)