SKK Migas Tambah Fitur Baru di Sistem IOC

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrachman (kiri) bersama Direktur Operasi Julis Wiratno (kanan) di ruangan sistem Integrated Operation Center (IOC) yang berlokasi di Kantor SKK Migas, Jakarta. (ANTARA/HO-SKK Migas)

Jakarta, FNN - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menambah fitur baru analitik data pada sistem Integrated Operation Center (IOC) untuk pengelolaan data produksi dan lifting.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrachman mengatakan penyempurnaan IOC tersebut akan membantu upaya SKK Migas dalam menangani unplanned shutdown.

"Harapannya dengan data analityc yang bisa diperoleh dari IOC dapat dilakukan upaya pencegahan sedari awal, sehingga kejadian unplanned shutdown bisa ditekan secara bertahap agar pelaksanaan produksi migas kedepannya menjadi semakin excellent," kata Fatar dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Beberapa modul baru yang SKK Migas tambahkan ke sistem IOC, di antaranya dasbor lanjutan operasi produksi, dasbor pengeboran (eksplorasi dan pembangunan), dasbor badar udara, dasbor terminal, dasbor HSE level satu, dasbor kesehatan, dasbor keamanan, dasbor keadaan darurat, dasbor lingkungan, dasbor manajemen proyek, hingga dasbor pemeliharaan fasilitas operasi.

Fatar optimistis kebutuhan energi fosil akan terus meningkat seiring pertumbuhan data beli dan jumlah populasi manusia, meski persentase energi minyak dan gas bumi akan berkurang pada bauran energi nasional.

Saat ini, produksi minyak per hari masih belum mencukupi kebutuhan nasional yang mencapai 1,5 juta barel dan diperkirakan kebutuhan minyak di tahun 2030 bisa meningkat di atas 2 juta barel per hari.

"Untuk memenuhi kebutuhan minyak secara keseluruhan masih belum, setidaknya upaya peningkatan produksi minyak di tahun 2030 dapat mengurangi gap, sehingga mengurangi impor. Ini peran lain hulu migas dalam mendukung perekonomian agar anggaran negara dapat dipergunakan untuk membangun sektor yang dibutuhkan oleh masyarakat," terang Fatar.

Lebih lanjut ia menyampaikan data yang paling mudah dicari saat ini berbentuk digital. Transformasi oleh SKK Migas, menurutnya adalah transformasi untuk mengejar ketertinggalan produksi dengan tantangan adanya energi transisi.

"Digitalisasi sebagai enabler memegang peranan yang penting dalam upaya mencapai target 2030. Kecepatan menjadi sangat penting dengan adanya IOC yang terus diperbaharui modul-modulnya, maka proses-proses pengambilan keputusan di hulu migas bisa menjadi lebih cepat dan akurat," pungkas Fatar. (mth/Antara)

 

423

Related Post