Soal Ruhut Rasis, Komandan Patriot Revolusi: Saya Akan Kejar, Jujur Saya Marah, Saya Tersinggung
Jakarta, FNN - Politisi PDIP Ruhut Sitompul tengah ketiban sial. Ia dihardik warganet setelah mengunggah foto Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengenakan pakaian adat Papua (Koteka) dengan caption menertawakan "Ha ha ha kata orang Betawi usahe ngeri X Sip deh".
Dalam foto yang diunggah Ruhut Sitompul itu, Anies Baswedan tampak tersenyum dengan latar belakang pepohononan.
Politisi yang juga artis sinetron itu kini telah dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh Komandan Patriot Revolusi (Kopatrev), Petrodes Mega Keliduan karena dinilai telah menimbulkan kebencian antar-suku, ras, dan golongan melalui unggahannya tersebut. Patriot Revolusi merupakan organ sayap Paramiliter Partai Rakyat
Ruhut dilaporkan dengan tuduhan telah melanggar Pasal 28 ayat (2) juncto Pasal 45A ayat (2) UU RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik (ITE).
Unggahan Ruhut tersebut dianggap telah memberikan stigma buruk terhadap warga Papua.
Kini berbagai kecaman terhadap politisi yang dijuluki kutu loncat itu telah memenuhi Twitter.
"Ini betul-betul rasisme yang ga lucu. Selain menghina pak @aniesbaswedan, pak Ruhut juga menghina saudara kita orang Papua," cuit akun @berlianidris.
"Inilah sampah politik yang mesti dimusnahkan di Republik ini. Nyari makan dari ngejilat penguasa pasti akan bertingkah semaunya," kata akun @akarrum30758044.
Petrodes mengaku kaget dan marah terhadap postingan yang diunggah Ruhut.
“Saya kaget tiba-tiba dapat postingan dari Ruhut Sitompul. Dalam kondisi rakyat Papua yang sedang berkonflik dan ketidakpercayaan rakyat Papua terhadap pemerintah, adanya gerakan-gerakan yang cukup masif, lalu ada gerakan penolakan DOP, tiba-tiba ada seorang yang mencoba mengacaukan keadaan. Ini sangat mengacaukan, karena ini, walapun sederhana, tetapi ini akan berefek meluas dan akan memicu konflik,” katanya kepada wartawan senior FNN, Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Hersubeno Point, Jumat, 13 Mei 2022.
Petrodas menganggap apa yang dilakukan Ruhut membahayakan rakyat Papau.
“Menurut saya ini sesuatu yang konyol dan salah. Saya tetap akan kejar. Saya jujur saya marah. Saya tersinggung, karena saya aktivis sosial, mantan pimpinan mahasiswa. Walaupun berpartai sampai hari ini saya masih aktivis sosial. Saya masih aktif dalam perkumpulan rakyat Papua,” tegasnya.
Petrodas semakin marah karena Ruhut dianggap orang yang tahu adat bagirakyat Papua.
“Saya marah karena ketika Pak Jokowi, benar-benar mencoba menaruh fokus membangun Papua dan mengembalikan hati rakyat Papua, tiba-tiba seseorang yang tidak tahu adat, seseorang yang tidak tahu menghargai pemerintah, seseorang yang tdak paham kondisi, tiba-tiba langsung mengupload hal seperti itu. Ini kan sebetulnya salah. Beliau salah,” paparnya.
Oleh karena itu, ia akan mengambil sikpa tegas terhadap Ruhut.
“Saya harus mengambil sikpa tegas, saya akan tegur dia, dan supaya tidak terjadi lagi hal-hal semacam ini. Ini sifatnya rasis dan melecehkan budaya Papua. Walaupun malam hari, makanya saya langsung laporkan ke Polda MetroJaya,” paparnya.
Petrodas mengaku bahwa pelaporan ini tidak ada kaitan dengan Anies Baswedan yang digadang-gadang menjadi presiden.
“Ini tidak ada kaitan dengan Anies Baswedan. Siapapun yang diperlakukan seperti itu, melakukan lelucon seperti itu, saya tetap akan proses. Ini bukan persoalan Anies Baswedan. Mungkin dia terget Anies, tapi saya tidak persoalkan Anies. Kenapa disematkan busana adat papua lau kemudian gambar Anies Baswedan mengenaan busana adat Papua yang ada taring babinya lalu pakai mahkota lalu dijadikan bahan lelucon. Itu kan sesuatu yang nilainya sakral, kenapa dijadikan bahan lelucon. Itu adat turun temurun panjang hubungan Tuhan, manusia, dan alam,” tegasnya.
Petrodas mengaku sudah dipertemukan dengan Ruhut dan Ruhut minta maaf, akan tetapi dia tidak dalam kapasitas memberi maaf.
“Ini sifatnya universal, saya hanya sebagai person. Persoalan dia minta maaf ke saya, saya bukan siapa-soapa. Kita bicara tentang rakyat Papua,” paparnya.
Namun dalam tradisi di Papua bahwa minta maaf itu tidak serta merta hanya minta maaf di depan media lalu kemudian selesai.
‘Saya memang tidak mampu menjawab itu, karena saya bukan siapa-siapa. Ini langusng kepada rakyat Papua, apalagi suku Dani. Ini ornamen adat dari suku Dani di Papua. Saya tidak bisa mewakili Suku Dani atau mewakili rakyat Papua untuk menerima permintaan maafnya beliau. Nanti malah bisa merusak nama saya karena saya punya tujuan baik,” tegasnya.
Petrodas mengaku mendapat dukungan dari Koordinator mahasiswa seJawa Bali, ada beberapa aktivis di kampus Uncen, mendoakan dan mendukung saya, termasuk Majelis Rakyat Papua.
“Ada juga statamen tegas tentang apa yang dilakukan Ruhut. Saya maunya cepat supaya cepat diproses polisi. Saya cegah supaya tidak ada konflik horizontal,” katana. (sof, sws)