Soft Bank Hengkang dari IKN, Investasi Rp 1.400 Triliun Lenyap
Jakarta, FNN - Presiden Jokowi Senin (14/03/2022) direncanakan akan berkemah di titik nol ibukota baru yakni di Paser, Penajam, Kalimantan Timur. Kegiatan ini dikemas secara besar-besaran karena seluruh pimpinan lembaga tinggi negara, 34 Gubernur dari seluruh Indonesia juga diundang hadir. Dikabarkan sudah 33 orang gubernur yang konfirmasi akan hadir. Demikian dipaparkan Hersubeno Arief dalam kanal Hersibeno Point, Ahad (13/03/2022) di Jakarta.
Hersu menegaskan, yang akan menemani presiden berkemah, hanya lima orang Gubernur se-Kalimantan yakni Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor, Gubernur Kalbar Sutarmidji, Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor, Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran, dan Gubernur Kaltara Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang.
Kemah ini bisa diduga sebagai upaya presiden untuk meyakinkan publik dan komunitas internasional, khususnya para investor bahwa pembangunan ibukota negara baru akan terus berlanjut di tengah harus arus penolakan dari masyarakat yang sangat besar dan juga di tengah krisis ekonomi karena pandemi.
Sayangnya acara yang dipersiapkan jauh-jauh hari dan mengalami beberapa kali terjadi penjadwalan ulang. Ini mendapat pukulan yang sangat berat. Soft Bank sebuah perusahaan investasi asal Jepang yang digadang-gadang akan menjadi investor besar, bahkan kemungkinan yang terbesar karena jumlahnya seperti disebutkan oleh Menko Marinves Luhut Panjaitan sampai 100 Milyar Dollar atau 1.400 Triliun lebih hari Jumat lalu mengumumkan menarik diri dari proyek IKN.
Penarikan diri Soft Bank muncul di media ekonomi Jepang yang sangat berpengaruh Nekkei. Nikkei menyebut Soft Bank mundur dari proyek IKN, namun akan tetap melanjutkan investasinya di Indonesia melalui berbagai proyek rintisan atau star up.
Tidak ada penjelasan lebih jauh apa alasan Soft Bank mengundurkan diri. Pengunduran diri dari Soft Bank ini kemudian dibenarkan juga oleh Menko Marinves Luhut Panjaitan. Tidak ada lagi cerita tentang Masayoshi dia keluar, itu kata Luhut sebagaimana dikutip oleh CNBC.
Niat Soft Bank ke IKN itu sebenarnya disampaikan sendiri oleh Masayoshi Sound kepada Presiden Jokowi ketika dia bertemu di istana negara pada tanggal 10 Januari 2020.
Kalau kita lihat dari tayangan video yang dilansir oleh Channel YouTube Sekretariat Presiden, Presiden Jokowi wajahnya sangat berbinar-binar. Ia menyambut Masayoshi dengan tim lengkap sejumlah menteri di kabinet termasuk Pratikno Menesneg, lalu Menko Marinves Luhut Panjaitan hadir mendampingi Presiden Jokowi. Jadi, ini memang disambut secara resmi formal di Istana Presiden.
Wajar bila wajah Presiden itu berbinar-binar sebagaimana dikemukakan oleh Luhut, Soft Bank ini akan menanamkan dana yang sangat besar 100.000.000.000 USD atau kalau dalam kurs rupiah saat ini sekitar Rp 1.428 triliun. Jumlah itu hampir 300 persen dari biaya pembangunan ibukota baru yang dianggarkan sebesar Rp 51 triliun atau atau sekitar 35 milyar US Dollar.
Luhut sendiri waktu itu mengaku dia terkejut dengan komitmen dari Soft Bank itu, sebab menurut Luhut mereka itu hanya butuh dana sekitar 20 milyar US Dollar. Ini to good to be true, itu kata Luhut pada waktu itu. Dan menurut Luhut, bukan dia yang mengejar-ngejar Masayoshi, justru sebaliknya Masayoshi yang mengejar dia.
Sampai sejauh ini tidak jelas apakah benar ada komitmen semacam itu. Atau ini hanya berupa klaim dari Luhut saja, namun yang jelas setelah pertemuan tersebut CEO Soft Bank Masayoshi Son itu diangkat menjadi steering committe alias Dewan Pengarah pembangunan ibukota baru bersama dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Sebagai Ketua Dewan Pengarah itu ditunjuk oleh Jokowi yakni Putra Mahkota Uni Emirat Arab yakni Pangeran Muhammad bin Zayed.
Pangeran Putra Mahkota dari Uni Emirat Arab ini bahkan kemudian dijadikan nama jalan layang elevated Cikampek dan sebagai timbal baliknya nama Presiden Jokowi juga akan diabadikan di salah satu ruas jalan di UAE. Sebagai anggota Dewan Pengarah Masayoshi bersama dengan Tony Blair pada tanggal 26 Feb 2022 atau hanya hampir kurang dari dua bulan setelah itu pada tanggal 28 Februari 2022 itu kemudian dia kembali juga bertemu dengan Presiden Jokowi.
Sebagai sebuah perusahaan investasi Soft Bank ini memang nggak bisa dipandang rendah. Ini bukan investor abal-abal yang senang bluffing alias omong besar mau berinvestasi di ibukota negara baru.
Tentu saja mereka punya kalkulasi tersendiri mengapa kemudian mereka memutuskan untuk menarik diri berinvestasi di ibukota negara yang baru ini.
Di Indonesia Soft Bank ini sudah melakukan beberapa kerjasama dengan beberapa perusahaan rintisan. Mereka memberikan dan meng-inject investasi yang sangat besar. Mereka misalnya menjadi investor di Tokopedia kemudian masuk lagi ke Indonesia melalui Grab bahkan Soft Bank itu bertekad menjadikan lebih second headquater atau kantor pusat kedua dari Grab setelah Singapura.
Kemudian Soft Bank juga masuk melalui merger antara Tokopedia dengan dengan Go-jek. Jadi namanya menjadi GoTo. Ketika memutuskan untuk masuk ke Grab dan bertekad menjadikan Grab sebagai sebagai Unicorn kelima itu, Masayoshi juga bertemu dengan Presiden Jokowi. Jadi pada tanggal 29-07-2019.
Mundurnya Soft Bank ini jelas menjadi pukulan yang sangat serius bagi rencana Presiden Jokowi untuk mewujudkan ibukota negara baru. Kepastian lanjutan masa depan IKN saat ini menjadi tanda tanya besar di tengah penolakan partai-partai pendukung pemerintah dan masyarakat luas untuk memperpanjang masa jabatan Jokowi.
Para investor international pasti bertanya-tanya bagaimana kelanjutan dari proyek ibu kota baru ketika Jokowi tidak lagi menjadi presiden. Ini penting karena situasi Indonesia memang tidak sedang baik-baik saja, ekonomi kita juga sedang berat, APBN kita juga mengalami defisit yang sangat besar.
Nah, walaupun sebenarnya ketua MPR Bambang Soesatyo menjamin kelangsungan pembangunan ke ibukota baru ini, karena katanya MPR akan segera menetapkan pokok-pokok haluan negara atau PPHN. PPHN ini kata Bambang Soesatyo penting diterbitkan untuk memberikan kepastian bahwa siapapun presidennya, nanti sebagai pengganti Presiden Jokowi akan melanjutkan pembangunan ibukota baru ini.
“Namanya PPHN, nanti kalau presiden baru muncul dan mereka merasa bahwa ekonomi pemerintah sangat sulit mencari investor sangat sulit dan kemudian dihadapkan pada pilihan kesejahteraan rakyat atau prioritas-prioritas pembangunan lain di luar ibukota, saya kira lalu memang wajar kalau kemudian banyak ditanya tentang masa depan dari ibukota negara baru ini pasca Jokowi. “ tegasnya.
“Jadi PPHN ini saya duga tidak akan cukup memberikan kepastian kepada para investor di tengah-tengah krisis ekonomi global sendiri karena memang ekonomi global juga saya memburuk dan tentu saja yang paling penting adalah dinamika politik di dalam negeri Indonesia,” papar Hersu.
Menko Marinves Luhut Panjaitan belum lama ini juga bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad Bin Salman dan dia melobi agar Muhammad bin Salman agar berinvestasi di Indonesia dan sebagaimana kita lihat diklaim oleh Luhut bahwa Muhammad bin Salman juga berkomitmen untuk yang berinvestasi di ibu kota baru. Namun sekali lagi itu baru sebatas komitmen yang disampaikan kepada Luhut. Masayoshi kan sudah bolak-balik wara-wiri ke istana bertemu dengan Presiden Jokowi bahkan kemudian sampai diangkat menjadi Ketua Dewan menjadi anggota Dewan Pengarah atau steering committee pembangunan kota baru, tiba-tiba bisa memutuskan untuk mundur dari IKN, apalagi Muhammad Bin Salman.
Arab Saudi sendiri sekarang ini tengah mengalami krisis keuangan juga mereka selama sepuluh tahun terakhir ini anggaran belanja mereka juga defisit. Baru pada 2022 ini mereka mengalami surplus, tetapi Arab Saudi belakangan ini, juga sedang mencoba melakukan reformasi baru di sektor perekonomian. Dari sektor perekonomian mereka mereka tidak lagi ingin bergantung pada penghasilan dari sektor Migas. Dan kelihatannya mereka mulai melirik investasi, diiringi target menggenjot semacam pariwisata ritual. Ini dikaitkan dengan soal haji dan umrah.
Mereka berencana menggenjot haji dan umrah setiap tahun itu sampai 50 juta jamaah. Sebagai upaya agar devisa dari lebih wisata spiritual ini juga semakin meningkat, mereka sekarang ini sedang membangun dua buah kota baru yakni, Kota Al Ula, sebuah kota yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia dan satu lagi ini ada kota mengapung ini di Neom, dekat tepi laut merah.
Jadi ini investasi yang sangat besar karena di dua kota ini saja terutama di Neom investasinya hampir lebih mencapai Rp7.000 triliun. Tentu saja Arab Saudi atau Muhammad bin Salman punya prioritas-prioritas, kalau dari tadi dengan dua kota dan menggenjot jemaah haji dan umrah.
Ini segmennya sudah terlihat dan kita tahu salah satu yang terbesar segmennya itu adalah jamaah dari Indonesia disusul dari India dan baru dari Turki. Dan selama ini banyak sekali para tetap pelaku wisata ritual ini terutama dari yang umroh tetapi di Indonesia itu menjadikan Turki, Istanbul dan Dubai itu sebagai salah satu paket itu bersama dengan Mekkah dan Madinah.
Kelihatannya Muhammad bin Salman mencoba menggesernya itu dari Istambul dan Dubai menjadi Al Ula kemudian ke kota Menom. Jadi kembali lagi dengan rencana Presiden Jokowi berkemah di titik nol IKN Senin.
Alih-alih diharapkan dapat meyakinkan investor asing, ini tampaknya lebih sebagai upaya dari Jokowi untuk meyakinkan sendiri, meyakinkan dirinya sendiri, memastikan bahwa pembangunan ibukota baru ini akan tetap berlanjut. Dan ini bisa menjadi semacam legacy atau warisan yang ditinggalkan untuk bangsa Indonesia.
Apakah keinginan Jokowi ini bisa terwujud atau tidak, ini sangat bergantung pertama tentu saja bagaimana operasi-operasi politik yang dilakukan oleh dia dan timnya yang dipimpin oleh Luhut Panjaitan untuk memperpanjang masa jabatannya. Yang kedua juga situasi perekonomian dunia membaik dan mereka kemudian berhasil meyakinkan investor tetap internasional untuk membenarkan dananya di ibukota negara yang baru.
Kalau mau dengar dari investor dalam negeri apalagi kemudian dari APBN biasanya sangat berat kita ingat pada kemarin kan Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah mencoba mengutak-atik APBN untuk disalurkan ke ibukota baru, yakni dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional), tapi kemudian ditolak oleh DPR.
Jadi, dengan upaya pemerintah mengotak-atik APBN dan dan memperbesar porsi APBN di pembangunan ibukota baru ini saja, saya kira membantah klaim dari Presiden Jokowi dalam rapat kabinet ketika baru saja dia melantik kepala Otorita dan wakil kepala Otorita ibukota baru bahwa banyak sekali investor yang berminat baik dari dalam dan luar negeri, ini patut dipertanyakan. Iida, sws)