Survei Litbang Kompas: Dukungan Sangat Rendah terhadap Jokowi, Cuma 15,1 Persen
Jakarta, FNN- Survei Litbang Kompas terbaru menunjukkan seberapa berdampaknya pengaruh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam mendukung sosok calon presiden (capres) untuk maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Demikian pembahasan wartawan senior FNN Hersubeno Arief dalam kanal YouTube Hersubeno Point, Senin (14/11/22) di Jakarta.
Hersubeno panggilan akrab Hersu menyampaikan judul yang dipublikasikan oleh Survei Litbang Kompas: 15,1 Persen Warga Pilih Capres yang Didukung Jokowi.
Survei Litbang Kompas ini diselenggarakan pada 24 September-7 Oktober 2022 secara tatap muka.
“Jadi ini masih hangat-hangatnya ya,” ungkap Hersu.
Diketahui, Litbang Kompas bertanya kepada responden, "Apakah Anda akan memilih sosok calon presiden yang disarankan oleh Presiden Joko Widodo?".
Rupanya, hanya 15,1 persen responden yang yakin memilih sosok capres yang mendapat dukungan dari Jokowi.
Sementara itu, 35,7 persen responden menjawab masih mempertimbangkan, 30,1 persen tidak akan memilih sosok yang disarankan Jokowi itu, dan 19,1 persen sisanya tidak tahu. l
Itu artinya, jumlah warga yang sudah yakin memilih capres yang disarankan Jokowi memang masih terpaut jauh dari sepertiga publik yang menyatakan akan mempertimbangkan.
Adapun menurut Hersu yang dapat dibaca dalam survei terbaru Litbang Kompas tersebut adalah:
Pertama, Kompas adalah media pendukung pemerintah. Jadi tidak mungkin Kompas mempublikasikan hasil survei yang sudah difabrikasi.
Kedua, angka 15,1 persen adalah angka yang sangat rendah dan menunjukkan rakyat tidak percaya lagi dengan pilihan Jokowi.
Ketiga, jelas ini kabar buruk bagi para capres yang berlomba-lomba meminta dukungan Jokowi.
Keempat, publik akan memilih calon yang tidak terafiliasi dengan Jokowi.
Kemudian, Hersu menyebut konsekuensi dari hasil survei ini yakni Jokowi akan ditinggalkan para capres yang semula berkerumunan di sekitar Jokowi.
“Kalau tidak ingin mendapatkan dampak buruknya, para capres harus pelan-pelan memutuskan afiliasi dengan Jokowi, karena sangat merugikan mereka,” pungkasnya. (Lia)