Tamasya Kota Inten
Oleh Ridwan Saidi - Budayawan
Foto di atas adalah kota Inten sebelah utara dimana terdapat jembatan gantung yang aslinya disebut Engelse Brug, anno 1828. Indah.
Belok kanan arah timur jalan ke SKA Beos. Lurus ke selatan arah ke Roa Malaka. Belok kiri ke arah barat jalan kaki 20 meter Warung Borong. Di sini dijual barang import dan lokal juga ikan-ikan segar. Dari sini ke utara jalan ke Pasar Ikan.
Kota Inten disebut juga boom baru, karena boom lama yaitu Pelabuhan Sunda Kalapa Kali Adem diterjang rob.
Sejak 1540 pindah ke Kota Inten dan Pasar Ikan yang ada Menara Miring. Namanya menara Syahbandar, karena makin lama makin miring disebut Menara Miring. ini dibangun 1530-an, tentu belum ada konstruksi beton.
Di ujung selatan-timur Kota Inten disebut Kampung Daleman. Orang-orang Betawi elit seperti Ki Alang tinggal di sini. Ia yang menghadapi Jayakarta pada debat tahun 1610. Jayakarta yang minta pada Ki Alang mengajar monyetnya membaca kitab, Ki Alang.minta waktu tiga bulan. Dalam tenggat waktu tersebut Ki Alang melatih monyat gaya dan gerak gerik orang membaca.
Pas jato tempo Ki Alang pertontonkan kebolehan monyet itu depan Jayakarta dan penonton. Penonton bertepuk, Jayakarta marah, baca kitab suaranya mana?
Dulu Tuan tidak minta suara, kalau mau suara kasih saya waktu 30 tahun, kata.Ki Alang.
Jayakarta seraya menghunus parang, usir Ki Alang dari pondoknya. Demikian petikan Hikayat Tumenggung Al Wazir. Hikayat ini diserahkan oleh ahli waris bernama Gebar Naman pada tahun 1920 kepada Volkslectuur. Besar kemungkinan penulis Al Wazir itu Ki Alang sendiri. Dari cerita ini dapat disimpulkan bahwa kaum Betawi tak minat dengan "pangeran" Jayakarta.
Mesjid dibangun di kompleks Daleman, Kota Inten.
Saya tak tau kenapa boom baru dinamakan Kota Inten. Mungkin maksudnya ini permata Jakarta. Kesan itu masih "dapet" kalau kita lagi di Kota Inten.
Setelah melintas jembatan di selatan Kota Inten memasuki Roa Malaka. Roa artinya penanda. Ini hunian luas orang2 Melayu yang mulai migrasi ke Andunisi diperkirakan XIV M. Pada masa2 inilah ke-Melayu-an orang2 Betawi mengkristal.
Sunda Kalapa sejak di Kali Adem sampai pindah ie Pasar Ikan dan Kota Inten tak pernah dikuasai orang luar, bahkan tidak VOC. Pengamanan Sunda Kalapa kuat, bahkan pada akhir abad XVI mereka sudah pakai senpi, senapan. Lu mau lawan? (*)