ASEAN Cup 2024,  Sepak Bola dan Strategi Sponsorship

Oleh Sabpri Piliang | Wartawan Senior

 SAYA tidak menyarankan Anda berbuat "kriminal".  Berpikir kriminal, tidak sama dengan  berbuat "kriminal".

"Memata-matai" kekuatan,  kelemahan,  dan membajak CEO kompetitor selanjutnya,  "approach" kepada distributor agar menolak memasarkan produk kompetitor, itu bisa disebut, cara berpikir kriminal.

Pelatih sepak bola Vietnam (2019-2024) Park Hang-seo, pernah "memata-matai" matchday Timnas Indonesia versus Kamboja dalam Piala AFF 2020 (sekarang ASEAN CUP) di Stadion Bishan (Singapura).

Cara  wasit  Ahmed Al Kaf (Oman), memimpin "matchday" Indonesia vs Bahrain, bisa saja publik menyebut sebagai cara berpikir "kriminal", agar Bahrain tidak kalah.

Juga gol Diego Maradona (Piala Dunia 1986/Meksiko) ke gawang Peter Shilton (Inggris), yang dikenal dengan "Tangan Tuhan", suka atau tidak, bisa juga disebut cara berpikir, atau meniru pemikiran "kriminal".

Berpikir "kriminal" juga berhembus saat Piala Dunia 1978, di Argentina (Argentina juara). Ia harus memiliki selisih 4 gol, agar Tim Tango bisa maju ke babak gugur dan menyisihkan pesaing terdekatnya (Brasil). Argentina mengalahkan Peru 6-0, persis selisih 4 gol. Karena, di pertandingan sebelumnya, Brasil mengalahkan Polandia 3-1.

Hasil ini membuat kondisi perbatasan Brasil-Peru tegang. Berpikir 'lateral', karena sepak bola adalah "nabinya" olahraga di Amerika Selatan. Santer saat itu, akan ada peperangan antara Brasil dan Peru gara-gara Timnas Brasil merasa "dikriminalisasi".

Semalam saya menyaksikan gol ke-3 P. Phanthavong (Laos) ke gawang Daffa Fassya (Indonesia) pada ASEAN CUP 2024. Dalam gerakan lambat, bola yang digiring (sebelum diumpan), jelas tipis telah keluar garis. Namun VAR menyatakan gol itu sah.

Saya pernah mendengar (1988), ada satu perusahaan media yang panik dengan "booming" kompetitornya,  hingga muncul satu ungkapan: "Omzet kita boleh turun. Namun keberadaan mereka di pasar,   harus hilang"!

Menghilangkan keberadaan kompetitor di masyarakat sama juga "menceraikan" sebuah produk dengan habit dan kebiasaan publik. ASEAN Championship, atau lebih mudah disebut "Misubishi Electric Cup 2024", menarik ditilik dari sisi sponsorship. Sponsorship menjadi hal yang vital untuk penyelenggaraan satu even. 

Terlebih even regional seperti ASEAN CUP. Baik Mitsubishi, maupun Suzuki, atau mungkin industri otomotif lain seperti: Hyundai (Korea Selatan), Honda (Jepang), Toyota (Jepang), Wuling (China), punya pangsa pasar besar yang fanatis di ASEAN.

Memiliki jumlah penduduk 680 jutaan (2023) di seluruh ASEAN, dimana Indonesia menyumbang 40 persennya (277 juta), bagi Mitsubishi, Suzuki, atau lainnya sponsorship akan melahirkan "feedback" "extraordinary".

 ASEAN CUP (2024),  yang sebelumnya bernama AFF Suzuki Cup sejak tahun 2008 hingga 2020 (enam even),  di-sponsori oleh perusahaan otomotif Jepang (Suzuki). Salah satu kompetitor Misubishi di regional ASEAN.

Tercatat, penjualan mobil di tujuh negara ASEAN (2024) dari Januari-Agustus mencapai 2.000.000 (dua juta unit lebih). Dari jumlah itu, mobil produksi Jepang mendominasi penjualan.

Menurut catatan, per tahun 2017 saja. Jepang menguasai pangsa pasar Indonesia sebanyak 98 persen. Jumlah tersebut tidak banyak bergeser dari tahun ke tahun. Meskipun mobil Korea, seperti Hyundai juga populer dan diminati. Jepang tetap nomor satu.

Bisnis dan olahraga, terutama sepak bola. Selalu menggiurkan untuk menciptakan kohesifitas, atau dipadukan. "Simbiosa mutualisme" antara keduanya, akan melahirkan persaingan dan kompetisi.

Persaingan, saling berlomba dengan berbagai strategi, tidak ada yang salah. Paul Sloane dalam bukunya "Lateral Thinking: For Every Day" menyebutkan.
 "Lindungi Bisnis Anda dengan berpikir, bagaimana seorang kriminal. Atau kompetitor (pesaing), akan memanfaatkan kelemahan dan melibas Anda". Berkompetisi, dengan pendekatan masing-masing, cara masing-masing. Tidak salah!

Apa yang dikatakan Paul Sloane. "Memasarkan produk, perlu kelihaian dan berpikir di luar kebiasaan (lateral), serta licik di dalam pendekatan. Berpikirlah seperti kriminal, tapi tetap taat hukum.

Sepak bola ASEAN, akan semakin maju dengan banyaknya sponsorship yang saling bersaing. Berkompetisi, saling berlomba antara industri otomotif dalam sepak bola ASEAN, akan melahirkan prestasi inklusif. Tidak sebatas regional saja.

Kemarin Suzuki, hari ini Mitsubishi. Mungkin, dua tahun lagi Hyundai, Toyota, Honda, atau Wuling.  Ayo ASEAN CUP. Maju! (*).

166

Related Post