BRIN Cegah Replikasi Pusat-Pusat Unggulan Riset
Jakarta, FNN - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencegah terjadinya replikasi pusat-pusat unggulan riset di berbagai daerah di Indonesia.
"Kita tidak perlu punya di banyak tempat tetapi cukup di satu atau dua tempat tetapi benar-benar 'excellent' (unggul) yang memiliki kapasitas yang luar biasa karena hasil riset di satu tempat itu bisa langsung dipakai semuanya," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam webinar Sinergi Memperkuat Riset dan Inovasi Nasional di Jakarta, Sabtu.
Menurut Handoko, lembaga riset bukan merupakan lembaga teritorial dan tidak seperti polisi atau tentara yang harus ada di semua tempat, tetapi cukup ada satu unit tertentu yang benar-benar unggul di satu bidang riset dan menjadi rujukan bagi semua pihak.
"Di BRIN nanti pun kita akan membuat setiap unit kita meskipun itu ada di lokasi-lokasi di daerah itu adalah unit satu-satunya yang memang memiliki sesuatu bidang kompetensi, pusat unggulan di satu bidang tertentu yang tidak ada di daerah lain di Indonesia," tuturnya.
Pusat unggulan riset tersebut bisa tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan menjadi tempat acuan bagi siapa pun yang ingin melakukan riset di bidang tertentu sehingga tidak akan terjadi replikasi pusat unggulan.
Handoko menuturkan replikasi pusat unggulan di beberapa tempat hanya menjadi pemborosan yang luar biasa, dan itu harus dicegah.
Dengan mengembangkan pusat unggulan riset yang memiliki keunggulan yang berbeda-beda dan tidak ganda, maka akan meningkatkan kompetensi dan sumber daya riset di pusat tertentu sehingga bisa berkompetisi secara global.
Tersebarnya berbagai sumber daya riset di banyak tempat telah membuat suatu unit atau pusat riset menjadi kurang mampu berkompetisi karena seolah-olah tampak kekurangan sumber daya padahal jika ditotalkan, sumber daya riset itu banyak baik dari segi manusia, anggaran dan infrastruktur.
Namun, karena sumber daya risetnya diecer-ecer di berbagai tempat sehingga tampak kurang berdaya saing. Oleh karena itu, BRIN akan mengintegrasikan sumber daya riset tersebut untuk menciptakan "critical mass" yang tinggi. (mth)