Buku Elegan dan Proporsional tentang Anies Baswedan dan Kerja-kerja Terukurnya

Oleh Rif'an Wahyudi *)

SAAT menerima buku ini, kesan pertama menggoda, mengundang selera. Sedikit mengincip, sudah terasa gurih dan renyahnya. Tak Tumbang Dicerca, Tak Terbang Dipuja. Anies Baswedan dan kerja-kerja terukurnya adalah buku terbaru Ady Amar, judul yang mirip dgn kredo Anies Rasyid Baswedan, tak jatuh-terjerembab karena dicerca, tak melayang-terbang karena dipuja. Kredo tersebut diungkap Eep Saefulloh Fatah sahabat Ady (yang sekaligus pembuat sketsa wajah Anies yang dijadikan cover buku), memberikan tahniah atas terbitnya buku ini, bersama-sama sahabat-sahabat lainnya: Prof. Dr. M. Baharun, Prof. Daniel M. Rosyid, Fachry Ali, Dr. Dhimam Abror Djuraid, Hersubeno Arief, Anwar Hudijono, Ustadz Fahmi Salim, dan nama-nama lainnya.

Buku setebal 263 h (termasuk h kecil) berupaya memotret tokoh nasional yang konsisten di papan atas lembaga-lembaga survei, bahkan namanya mendunia di berbagai forum global: Anies Rasyid Baswedan. Buku ini diterbitkan oleh Ikon Teralitera. Tampilan buku ini jernih, apalagi dipercantik dengan halaman full colour pada berbagai foto Anies dan lainnya dalam berbagai pose.

Meskipun berupa kumpulan tulisan yang telah di-publish tersebar di berbagai media online, namun benang merahnya terlihat jelas. Sebuah rangkaian puzzle yang memunculkan potret tentang kerinduan Ady, dan kita semua tentunya, kepada seorang pemimpin berkualitas, yang pada era pencitraan saat ini menjadi barang langka.

Pembelaan Ady tanpa pretensi kepada Anies ditulis secara elegan dan proporsional. Kualitas emosional seorang Anies yang membuatnya mampu bertahan dari bulan-bulanan framing media. Bahkan dapat membuat salah tingkah dan mati gaya bagi para penggonggong, pendengung, dan haters Anies. Terhadap buzzer fotografer Arbain Rambey dan Ferdinand Hutahean, atau tokoh/influencer Romo Benny Soesetyo, Anies tetap cool memilih tidak merespons. Bahkan saat diperhadapkan dengan Ganjar Pranowo atau Tri Rismaharini, no comment.

Dalam pengantarnya sebagai penulis, Ady Amar mengklasterkan bunga rampainya ke dalam 3 bagian besar :

- Tarian Sunyi Anies Baswedan di Seputar Fitnah dan Pembusukan Sistemik memuat 17 tulisan;

- Manusia Merdeka, Bekerja dalam Senyap berisi 14 tulisan; dan

- Hal-hal lain yang Berkaitan dengan Anies Baswedan terdiri dari 11 tulisan.

Figur sentral dalam buku ini yaitu Anies Baswedan adalah seorang akademisi (merampungkan studi S-3, peneliti dan sempat menjadi Rektor), kepala keluarga (istri dan empat anak) serta pejabat publik (Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar-Menengah; dan Gubernur DKI Jakarta).

Dalam salah satu bab-nya, Ady menulis tentang apresiasi TUMI (Transformative Urban Mobility Initiative) kepada Anies dengan menjadikannya sebagai 21 heroes 2021 disertai reasoning keterpilihan Jakarta sebagai kota yang mampu menciptakan transportasi yang adil, terjangkau dan inklusif bagi semua kalangan. Di belakang award internasional, terkumpul berpuluh penghargaan dari instansi pemerintah (antara lain KPK, BPS, Kemendagri, Kemenaker dll) dan penghargaan dari kalangan swasta.

Sebutan netizen kepada Anies sebagai good-bener, atau julukan keseleo lidah oleh Tjahyo Kumolo (saat itu Mendagri), tidak membuat Anies besar kepala.

Berbagai kegaduhan yang sengaja dihembus-tiupkan kepada Anies, mulai pilihan bacaan (buku "How Democracies Die") sampai berkaitan dengan banjir, HRS, reklamasi, Covid-19, sampai kontestasi 2024, tetap tidak memalingkan kerja-kerja terukurnya dalam memenuhi janji-janji politiknya sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Sebuah buku karya Ady Amar yang disampaikan dengan bahasa sejuk, renyah, nakal dan sebagaimana diungkap Dr. Dhimam Abror Djuraid dalam tahniahnya, "Ady Amar adalah seorang staunch supporter terhadap kebenaran dan keadilan. Ia tidak mendukung Anies Baswedan secara membabi buta. Ady menunjukan pembelaannya dengan logika dan argumen yang jernih dan sederhana, tetapi masuk di akal sehat.

*) Peresensi, Redaktur Kaffah Channel, tinggal di Surabaya.

678

Related Post