Buzzer Pusing, Mahasiswa Kadrun atau Terpapar Radikalisme?

Asyari Usman, Jurnalis Senior FNN

Oleh Asyari Usman - Jurnalis Senior FNN, Pemerhati Sosial Politik.

SAAT ini tampaknya sedang berlangsung diskusi berat di kalangan gerombolan buzzer (Rombuz) penguasa. Ada satu hal yang sangat merepotkan mereka. Yaitu, demo mahasiswa yang berlangsung di banyak kota: Makassar, Jakarta, Bogor, Semarang, Cirebon, sampai Tasikmalaya.

Sangat menegangkan. Sebab, demo masif mahasiswa itu bisa saja menjalar ke seluruh pelosok Indonesia. Bila ini terjadi, para penguasa dipastikan akan ambil posisi siaga satu.

Sampai hari ini masih terkendali. Tapi, situasi bisa berkembang sangat cepat. Yang tak terduga dan yang tak diinginkan, bisa saja terjadi.

Rombuz adalah salah satu sayap penguasa yang ditugaskan untuk menyerang lawan dengan berbagai stigma. Biasanya, stigma yang selalu manjur itu adalah “radikalisme”, “terorisme”, “kadrun”, dll.

Nah, mau disebut apa para mahasiswa yang turun ke jalan sekarang ini? Terpapar radikalisme? Tak masuk akal publik. Apalagi harus dikaitkan dengan rencana aksi terorisme, semakin ngawur.

Bagaimana kalau mereka disebut “kadrun”? Sebutan ini kalau disematkan ke mahasiswa mungkin sebagian mereka akan merasa terpojok. Persoalannya kapan pula mahasiswa kemasukan “kadrun”? Tak pernah terdengar selama ini.

Bisa saja dilabeli “kadrun”.  Tapi “kadrun” untuk singkatan “Kesatuan Aksi Desak Dia Turun”. Senjata makan tuan. Mau ejek mahasiswa dengan “kadal gurun”, malah menjadi keren.

Rombuz harus berpikir keras. Mereka sudah dibayar untuk segera mencap mahasiswa senegatif mungkin agar tidak lagi turun ke jalan.

Sekarang ini Rombuz sedang buka-buka arsip untuk mencari kalau ada seorang mahasiswa yang pernah bertemu dengan Munarman. Atau kalau ada yang pernah mampir ke Petamburan.

Kalau mereka tak punya ‘file’ seorang mahasiswa yang pernah jumpa Munarman atau mampir di Petamburan, minimal mahasiswa yang pernah pergi umrah. Yang pernah menginjakkan kaki di gurun Arab Saudi. Supaya bisa disebut “kadrun”.

Ketua Rombuz, Denny Siregar, mungkin akan memutuskan bahwa mahasiswa yang pernah ikut pegajian kampus, bisa dilabeli “terpapar radikalisme”. Lumayan!

Yang penting, ada satu-dua yang bisa disebut “kadrun” dan “terpapar radikalisme”. Sehingga, bisa dicap seluruh mahasiswa yang ikut demo di berbagai kota itu sebagai mahasiswa radikal dan kadrun.

Bagaimana, bung Denny? Bisa dicoba ini kayaknya. Siapa tahu, para mahasiswa menjadi malu tampil demo setelah dicap kadrun dan terpapar radikalisme.[]

09 April 2022

543

Related Post