Ganjar Pranowo Bukan Anak Kemarin Sore, Pembela Wong Cilik dari Gunung Lawu

Jakarta | FNN - Ganjar Pranowo tak mudah menyerah, sikap dan karakter yang telah terpatri sejak kecil dalam dirinya. Kuncinya, ia ikhlas menjalani setiap tugas yang diamanahkan kepadanya.  Terlahir sebagai anak seorang polisi dan dari ibu yang sederhana, Ganjar kini menjelma menjadi sosok yang sangat tepat memimpin Indonesia. Terlebih, pengalaman Ganjar juga sudah lengkap. Dari anggota DPR tiga periode, Gubernur Jawa Tengah dua periode, hingga kini sedang berjuang merebut RI-1.

Kepemimpinan Ganjar yang lahir pada 28 Oktober 1968 di desa lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah, ini semakin komplit usai menyunting Siti Atikoh, seorang istri berdarah pesantren. Sebagai putri anak pemilik pondokan di Banyumas Jawa Tengah, Siti Atikoh sudah jelas menjunjung tinggi etika, adab, dan tatakrama. Perintah agama menjadi patokan utama dalam menandingi suami dan mendidik anak.

Pertemuan Ganjar dan Atikoh sendiri terjadi pada 1994 ketika Ganjar melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), saat ingin menyelesaikan Sarjana Hukum dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. 

Uniknya, Ganjar yang mendalami ajaran Bung Karno lewat organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), malah sangat cocok dengan Atikoh yang berlatarbelakang NU dan PPP. Keduanya pun menikah pada tahun 1999 dan memiliki satu orang anak laki-laki yang bernama Muhammad Zinedine Alam Ganjar, yang lahir pada 2003.

Alam Ganjar, seiring pendidikan dan bimbingan orangtuanya, juga tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, tangguh, dan paling penting menjunjung adab dan etika. Alam Ganjar tak pernah menunjukkan dirinya sebagai anak pejabat dengan segala kemudahannya. Ia justru tampil apa adanya,  sederhana dan menjauhi sifat-sifat hedonis.

Kembali ke Ganjar Pranowo. Bagaimana Ganjar berubah menjadi sosok yang dikenal dekat dengan rakyatnya sejatinya tidak terjadi secara instan. Tetapi sudah dipupuk sejak lama, bahkan ketika Ganjar masih aktif sebagai mahasiswa di UGM Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan ketika ia secara resmi bergabung dengan PDI (kini berubah PDI Perjuangan) pada 1996.

Sejak saat itulah Ganjar kian gencar membela wong cilik. Awal karir politik Ganjar di DPR RI dimulai sejak 2004 hingga terpilih kembali pada 2009. Kemudian, menjadi Gubernur Jawa Tengah pada 2013 dan terpilih kembali pada 2018. Dengan kata lain, pengalaman Ganjar di legislatif dan eksekutif tercatat cukup lama yakni 20 tahun.

Semasa Gubernur Jawa Tengah, salah satu aksi yang sangat menyita perhatian publik Indonesia adalah ketika ia memergoki petugas Dishub yang melakukan pungutan liar (pungli) di Jembatan Timbang Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada 27 April 2014. Ganjar melihat langsung kernet truk memberikan uang mulai Rp 10.000 sampai Rp 20.000 atau di bawah denda resmi tertinggi sebesar Rp 60.000 kepada petugas Dishub yang berjaga.

Aksi Ganjar yang memergoki petugas nakal ini pun viral di media massa dan media sosial. Ganjar menegaskan tak ingin rakyatnya diperas oleh petugas pemerintah sendiri. Aksi membela wong cilik yang diperlihatkan Ganjar kemudian menjadi sangat fenomenal hingga menempatkan dirinya sebagai salah seorang kepala daerah yang sangat peduli terhadap rakyat kecil. (Ida)

666

Related Post