Hendri Satrio: Mustahil Pipres Satu Putaran
Jakarta, FNN – Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor utut 02 Prabowo – Gibran berambisi untuk bisa menang Pilpres satu putaran. Menanggapi hal tersebut, Hendri Satrio, Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina dan founder Kedai Kopi, sebuah lembaga yang ikut melakukan survei dalam Pilpres kali ini, menyatakan bahwa mustahil Pilpres satu putaran..
“Per hari ini, saya harus mengatakan mustahil satu putaran. Walaupun memang ini sering sekali saya ungkapkan, saya (sampai saat kita bicara ini) masih gagal menemukan alasan buat Pak Jokowi dan pasangan 02 Prabowo - Gibran untuk tidak memaksakan satu putaran,” kata Hendri dalam diskusi bersama Abraham Samad di kanal You Tube Abraham Samad Speak Up edisi Kamis (4/1).
Menurut Hendri, buat Jokowi, kemenangan satu putaran ini garansi buat dia untuk melanjutkan kekuasaannya. Dia ingin sekali cepat-cepat mendapatkan hasil itu. Demikian juga Prabowo -Gibran. Padahal, sampai saat ini belum ada alasan bagi Jokowi untuk memaksakan bahwa jagoannya akan menang di satu putaran.
Kalau alasannya karena kalau MK, bukankah MK sudah dibuat kocar kacir. Jokowi juga sudah mendapat penghargaan alumni terburuk, anaknya disebut belimbing sayur, dan segala macam. Itu kan tekanan buat dia. Harusnya tidak ada alasan buat dia untuk memaksakan Pilpres harus satu putaran.
Sekarang sudah masuk bulan Januari yang artinya sebentar lagi Bansos dan BLT akan digelontorkan secara masif. Biasanya dia akan bilang bahwa Bansos dari Jokowi.
“Dengan fenomena ini, artinya rakyat Indonesia, pasangan nomor 01 maupun pasangan nomor 03, harus bersiap untuk menghalangi supaya tidak satu putaran. Karena, kalau satu putaran, per hari ini saya katakan mustahil. Beberapa hasil survei juga mengatakan mustahil,” ujar Hendri.
Menurut Hendri, kalau memang betul-betul rakyat Indonesia mendukung Prabowo - Gibran atas nama Jokowi yang tingkat kepuasannya di atas 70%, harusnya 70% itu cepat. Tetapi, per hari ini, kita pakai data Kompas-lah, tidak perlu Kedai Kopi, hasil survei menunjukkan baha angka 40% saja sulit.
Ini artinya, lanjut Hendri, rakyat Indonesia sudah punya daya kritis untuk menahan supaya tidak bisa Pilpres satu putaran, supaya tidak bisa menang mudah, dan membiarkan demokrasi saja. Fenomena ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia tidak semudah itu menerima Prabowo - Gibran sebagai penerus Jokowi.
Mereka menyadari bahwa Prabowo bukan Jokowi dan Gibran bukan Jokowi. Walaupun ketika Pilpres 2014 ada jingle “Salam dua jari, jangan lupa pilih Jokowi” sekarang juga masih ada, tapi agak berubah sedikit, “Salam Dua Jari, Awas ada anak Jokowi”.(ida)