Apakah Indonesia Akan Menyerah?
Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih
PRABOWO Subianto menjelaskan tentang Indonesia akan bubar 2030 saat berpidato di peresmian dan bedah buku "Nasionalisme Sosialisme dan Pragmatisme Pemikiran Islam yang Ekonomi Politik Soemitro Djojohadikusumo" di UI pada 18 September 2017 di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok.
Mengulang kembali cerita Novel "'Ghost Fleet' sebelumnya menggambarkan sebuah skenario perang antara China dan Amerika tahun 2030. Mereka meramalkan saat itu, Republik Indonesia sudah tidak ada lagi.
Fakta mulai membuktikan lain, Indonesia akan bubar bukan karena perang China dan Amerika tetapi kecepatan RRC menguasai Indonesia.
Proses kolonisasi RRC berjalan sangat cepat, keras dan kejam, sasaran utama adalah penaklukan Ibu Kota negara Jakarta dan wilayah sekitarnya harus bisa di kuasai secepatnya.
Sukses pembangunan di PIK 1 dan 2 itu sama saja dengan menyerahkan bagian wilayah kedaulatan kita kepada RRC yang ambisius menguasai Asia-Pasifik di balik agenda OBOR (One Belt One Road).”
Pembangunan PIK 1 dan 2, kasat mata akan menyergap Ibu Kota Jakarta sudah dan akan terus dibangun hunian dengan fasilitas mahal baik rumah hunian land house, apartemen, kondominium, gedung-gedung komersial dan lain sebagainya sebagai hunian etnis Tionghoa, tidak akan bisa dijangkau secara finansial oleh orang-orang pribumi.
PIK 2 dan PIK lainnya sedang di bangun diatas tanah dengan macam - macam rekayasa pemaksaan, kekerasan, intimidasi, mengusir untuk menguasai tanah rakyat, diduga kuat dipersiapkan sama untuk hunian imigran etnis China daratan, itu adalah perintah Xi Jinping yang menjadi tanggung jawab Taipan Oligarki untuk mewujudkannya hunian bagi mereka, persis sama terjadi di PIK 1.
“Proposal dan agenda RRC sesuai agenda taipan China overseas, warga RRC yang telah keluar dari negaranya tidak boleh pulang kembali ke negaranya harus menetap di Indonesia. RRC akan tetap menjamin kehidupan dan keamanannya karena etnis China seumur hidupnya harus tetap berkiblat ke tanah leluhurnya RRC negara komunis
Imigran etnis Tionghoa untuk bisa menguasai di Indonesia secara penuh politik dan ekonomi apabila imigran dari RRC telah mencapai 200 juta. Prosesnya sangat mengerikan karena dalam waktu bersamaan harus mengurangi kaum pribumi kalau perlu di musnahkan.
Merampas tanah daratan, mematok lautan bukan semata untuk perluasan hunian mereka sekaligus sebagai lintasan tentara Cina mendarat kalau ada situasi kritis dan kritis warga etnis Tionghoa terancam
Ketika PIK 1 yang sudah terwujud dengan simbol Naga sudah aman tanpa gangguan dan disusul dengan PIK 2 dengan simbol Naga sudah berdiri itu sama saja secara de facto kedaulatan negara telah dilumpuhkan.
Jadi ramalan Ghost Fleet Indonesia bubar bisa terjadi lebih cepat dan terjadi bukan karena perang AS dan Cina, tetapi penjajahan RRC yang bergerak sangat cepat untuk menguasai Indonesia.
Kalau Presiden Prabowo Subianto terus begini tanpa tindakan tegas tanpa ampun mengentikan Program Strategi Nasional ( PSN ) dan melakukan pembersihan Kabinet Merah Putih yang yang telah menjadi budak oligarki sama saja artinya Prabowo telah menyerah dengan kolonialisasi RRC. (*)