Jejak Perjuangan di Selembar Jaket KOKAM
Oleh Edy Mulyadi - Wartawan Senior FNN
RABU, 27 September 2022. Hari masih terbilang pagi, pukul 10 lewat sedikit, ketika saya menjabat erat tangan Mudrick SM Sangidu. Senyum khasnya terkembang lebar begitu melihat saya menaiki anak tangga kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah, Jl. Cik Ditiro 23, Yogyakarta.
Hari itu kami memang berjanji ketemu di markas pusat organisasi Islam yang punya sejarah panjang di negeri ini. Muhammadiyah didirikan oleh KH. Dahlan pada 18 November 1912, di Yogyakarta. Mudrick politisi senior yang banyak malang-melintang di jagat perpolitikan nasional, bermaksud menemui Ketua Umum PP Muhammadiyah, Profesor Haedar Nashir.
Buat Mudrick, ini bukan sekadar pertemuan silaturahmi biasa. Dia punya hajat penting, menyerahkan seragam KOKAM pertama milik ayahnya kepada PP Muhammadiyah. Niat tersebut sebenarnya sudah lama beremayam di hatinya. Maklum, dia sudah lama menyimpan seragam tadi sejak ayahandanya, Malkan Sangidu, wafat.
Bagi Muhammadiyah, penyeraham seragam ini juga punya penting. Dari sini para pengurusnya bisa mengumpulkan kepingan sejarah kontribusi Muhammadiyah dalam perjalanan sejarah bangsa, khususnya dalam konteks perjuangan melawan PKI dan komunis di Indonesia.
Mega Bintang
Mudrick yang sebentar lagi berusia 79 tahun adalah sosok yang dikenal kritis terhadap berbagai penyimpangan yang dilakukanpenguasa. Di ujung jatuhnya kekuasaan Orde Baru, dia bersama Megawati Soekarnoputri mendirikan Mega Bintang.
Sedikit kilas balik. Mega Bintang muncul pasca peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli). Setelah Kudatuli 1996, Megawati bertransformasi menjadi simbol perlawanan terhadap Orde Baru dan Soeharto.
Pada Pemilu 1997, Megawati dengan PDIP-nya tidak bisa ikut berlaga. Pasalnya penguasa tidak mengakui kepengurusan PDIP yang dipimpinnya.
Mega Bintang disebut muncul setelah ada pertemuan antara Megawati dan Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Surakarta, Mudrick Sangidu. Pertemuan digelar di rumah Megawati,di kawasan Kebagusan, Jakarta Selatan. Mega didampingi Sutarjo Suryoguritno. Saat itu Mudrick diberi foto Megawati yang ditandatangani dan tulisan mencolok "Teruskan Perjuanganmu Membela Wong Cilik."
"Mega Bintang bertujuan melawan Presiden Soeharto dan Golkar. Jargon Mega Bintang dimaknai sebagai isyarat agar pendukung Megawati mengalihkan suaranya untuk PPP yang berlambang Bintang," ujarnya.
Hajat Terpenuhi
Kembali ke penyerahan seragam KOKAM. Mudrick menjelaskan, setelah ayahnya meninggal, sang ibu menyerahkan baju Kokam itu kepadanya untuk disimpan. Tapi belakangan dia berpikir seragam itu akan jauh lebih bermanfaat bila diserahkan kepada PP Muhammadiyah, untuk Musium Muhammadiyah.
Dia sendiri sudah lama mencoba membangun komunikasi dengan pengurus PP Muhammadiyah. Dia bahkan minta tolong sejumlah tokoh untuk merealisasikan niatnya. Namun sejauh ini niat tersebut belum bisa diwujudkan.
Beberapa hari silam, via wa Mudrick mengatakan kepada saya tentang niatnya yang sudah lama tersebut. Saya kemudian sampaikan hal itu kepada Profesor Anwar Abbas, mantan Sekjen PP Muhammadiyah yang kini Waketum MUI.
Atas jasa Buya Anwar, dan tentu saja kehendak Allah SWT, penyerahan seragam Kokam kebanggaan keluarga besar Sangidu terealisasi. Penyerahan diterima langsung oleh Haedar Nasir, didampingi sejumlah pengurus PP Muhammadiyah, antara lain
Ahmad Dahlan Rais. Sedangkan Mudrick ditemani KH Syukri Fadholi, beberpa sahabatnya, dan saya.
Menjawab Provokasi PKI
Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah atau lebih dikenal sebagai KOKAM punya sejarah panjang. Ia lahir sebagai jawaban atas keprihatinan segenap kader persyarikatan Muhammadiyah pada awal 1965. KOKAM bisa disebut wujud peran konkrit Muhammadiyah dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman bagi kedaulatan NKRI, khususnya PKI.
Menjelang peristiwa Gestapu PKI, kaum komunis kian gencar mempersiapkan kadernya. Mereka dilatih untuk memprovokasi umat Islam dan tentara, khususnya Angkatan Darat.
Menyadari gelagat berbahaya itu, Pimpinan Muhammadiyah membentuk Kesatuan Perjuangan di Muhammadiyah Jakarta Raya. Maka pada 1 Oktober 1965, lahirlah KOKAM.
Adalah Prodjokusumo yang punya peran penting di balik berdirinya KOKAM. Nama lengkapnya Haji Sudarsono Prodjokusumo. Tapi pria kelahiran 31 Agustus 1922 Sleman, Yogyakarta itu lebih populer disebut Pak Prodjo.
Untuk mengenang jejak sejarah KOKAM, kader Muhammadiyah Mulkan Sangidu membuat seragam pertama KOKAM. Oya, Mulkan Sangidu adalah pengusaha konfeksi terkenal di kota Solo. Sebagai kader Muhammadiyah, Mulkan dan istrinya banyak berkontribusi untuk Muhammadiyah. Antara lain IKIP Muhammadiyah dan klinik di Purworejo, panti asuhan yatim piatu Aisiyah dan Gedung Ummat Islam di Solo, serta bekas pabrik tekstil di Sragen, Jateng.
Pada kesempatan itu, Haidar menyatakan, sesuai rencana seragam berbentuk jaket tersebut akan disimpan di Museum Muhammadiyah di Universitas Ahmad Dahlan. Musiumnya sendiri baru akan diresmikan menjelang dibukanya Muktamar Muhammad, 18 - 20 November 2022, di Solo.
Kelak, keluarga besar Sangidu boleh merasa bangga. Selembar jaket KOKAM melengkapi bukti kontribusi mereka dan jejak perjuangan Muhammadiyah bagi negeri. (*)
Yogyakarta, 27 September 2022