JOKOWI MASIH DIGDAYA, REFORMASI POLRI HANYA FORMALITAS DAN SANDIWARA?
Oleh Sholihin MS (Pemerhati Social dan Politik)
INDONESIA tengan dilanda kegelapan yang mungkin berkepanjangan.
Hampir seluruh kekuatan negara berada dalam kendali para penjahat pimpinan Jokowi.
Sepertinya belum ada pihak yang berani untuk memulai membenahi persoalan bangsa dan negara. Prabowo selaku Presiden ternyata bukan orang yang tepat untuk menyelesaikan persoalan bangsa dan negara. Selain dia seorang pengecut, Prabowo juga merupakan bagian dari kejahatan Jokowi.
Sebenarnya jika lembaga-lembaga penegakan hukum seperti KPK, Kejaksaan, MA, dan Kepolisian berani melawan arus kekuatan jahat, mungkin masih ada harapan. Apakah MK masih bisa diharapkan setelah membuat keputusan berani melarang pejabat Polri Aktif menduduki jabatan Sipil ?
Salah satu problematika bangsa adalah penyimpangan fungsi Polri yang semula sebagai pembela negara dan pengayom rakyat, kini telah berubah menjadi alat kekuasaan Jokowi dan oligarki taipan.
Sepertinya Polri sampai saat ini masih jadi die hard Jokowi. Ini terbukti dari cara-cara Polri menangani semua persoalan yang menyangkut Jokowi akan selalu pasang badan
Upaya reformasi Polri yang dibentuk Prabowo tak lebih hanya formalitas dan permainan sandiwara. Reformasi ala Prabowo ini dipenuhi dengan orang-orang Jokowi. Hampir mustahil tim reformasi ini bisa merubah paradigma dan mampu mengatasi persoalan internal Polri sendiri.
Belum juga tim reformasi bekerja, Ketua Tim Jimly Ashshidiqy sudah meminta kompromi terhadap tuntutan ijazah palsu Jokowi. Bukannya malah mendorong Jokowi untuk menunjukkan ijazah aslinya, agar persoalan tidak berlarut-larut. Jika Ijazah itu ada, tunjukkan, tapi jika tidak ada, akui saja secara _gentle_, tidak muter-muter ke sana kemari yang tidak berujung (penyelesaian)
Tim reformasi Polri piminan Prof. Jimly Ashiddiqy hampir dipastikan gagal.
Ada banyak indikator kalau Tim Reformasi ini tidak akan berhasil. Alasannya :
Pertama, Komposisi anggota Tim masih diisi para jenderal dan kaki tangan Jokowi.
Kedua, Ketua Tim dijabat oleh Prof Jimly Ashiddiqy yang, tidak tegas, sangat kompromistis (termasuk dengan kejahatan) dan merupakan pendukung Jokowi, hampir dipastikan tidak akan mampu bertindak tegas dan netral.
Ketiga, Kapolri lebih tunduk kepada perintah Jokowi daripada kepada atasannya, Presiden Prabowo*
Keempat, langkah Polri yang tetap mentersangkakan Roy Suryo dkk secara membabi buta tanpa mempertambangkan kebenaran keaslian ijazah Jokowi adalah langkah yang tidak profesional dan gegabah.
Kelima, dengan ditolalaknya Rou Suryo dkk untuk audensi dengan Tim Reformasi, tapi membiarkan pengacara Jokowi ikut audendi, menunjukkan Tim Reformasi sudah memihak dan tidak netral.
Rakyat harus terus berjuang untuk mendapatkan keadilan, kebenaran demi menegakkan kedaulatan negara tanpa intervensi Asing (China dan Amerima) serta mencari pemimpin yang nasionalis sejati, kompeten, jujur, cakap, berjuang membela bangsa dan negara, serta peduli rakyat.
Dari manakah kita harus membenahi bangsa dan negara ini? (*)