Keren Ning Imaz
Oleh Ady Amar | Kolumnis
TIDAK banyak sebelunya yang kenal Ustadzah Imaz Fatimatuz Zahra, biasa dipanggil Ning Imaz. Ning itu sebutan yang biasa dikenal di kalangan pesantren khas Nahdliyin. Ning itu istri kiai muda, atau gus. Maka, ning punya kedudukan istimewa. Khususon Ning Imaz, yang tidak sekadar istri dari kiai muda, tapi juga seorang hafidzah. Ia juga ustadzah lebih pada ilmu tafsir.
Tidak banyak yang tahu tentang Ning Imaz, kecuali kalangan Nahdliyin, terkhusus di kalangan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Karenanya, ia sampai perlu digebuk Eko Kuntadhi, buzzer yang kerap mencela sampai tingkat fitnah segala pada beberapa ulama ternama. Ustadz Abdul Shomad dan Ustadz Adi Hidayat pun pernah dicelanya.
UAS dan UAH tentu lebih populer dibanding Ning Imaz. Jadi Eko persis tahu tentang keduanya. Dan siap saat "mengganyangnya". UAS difitnahnya saat akan tampil dakwah di Madura. Katanya, warga Madura akan menolak UAS datang ke Madura, seperti Singapura menolaknya. Ternyata tidak demikian, safari dakwah UAS disambut antusias warga Madura.
Sedang UAH difitnah korupsi dana Palestina. Katanya, yang direrima Rp 30 miliar, tapi yang disalurkan ke Palestina Rp 14,3 miliar. Memang UAH menyalurkan lewat MUI senilai itu. Tapi lewat saluran lain, tentu Eko tidak tahu. Eko asal mangap menghina UAH. Umat ribut, dan Eko yang memang sementara ini kebal hukum tenang-tenang saja.
Tapi Ning Imaz pastilah tidak dikenal Eko dan gerombolannya, yang ikut me-mention hinaan Eko itu. Tidak mungkin Eko berani kalau tahu Ning Imaz itu berlatar belakang nahdliyyin, yang memang punya hubungan "silaturahim" yang baik, kalau tidak mau disebut hubungan intim. Maka, murkalah para petinggi NU, baik struktural maupun yang berlatarbelakang pesantren. Semua menyayangkan ocehan Eko itu, yang menghina seorang ustadzah berlatar belakang nahdliyyin.
Tidak terkecuali sang suami, Rifqil Muslim Suyuthi, akrab dipanggil Gus Rifqil, yang juga selaku pengajar di Ponpes Lirboyo, yang marah. Pengurus PW Ansor DKI Jakarta, dan pengurus PB NU pun juga menyayangkan sikap Eko itu. Mereka minta Eko meminta maaf. Ya, minta maaf saja, itu sudah cukup. "Saya sudah meminta maaf via WA pada suaminya." Tambahnya, saya tidak cermat, hanya bercanda," kata Eko.
Eko Kunthadi jadi manusia yang bisa berbuat apa saja. Seperti tidak ada yang bisa memenjarakan atas ujaran kebencian dan fitnah yang ditebarnya. Eko seperti manusia terlindungi, tidak tersentuh hukum. Maka tingkahnya jadi banyak polah. Kasus Ning Imaz ini bukan sekadar Ning Imaz, tapi lebih dari itu. Penghinaan atas Surat Ali Imran ayat 14. Bisa dinilai narasinya lebih kurang ajar dari kasus Ahok yang lalu.
Ning Imaz dilecehkan, dan kawan-kawan nahdliyyin menunjukkan kemarahan, meski tampak kemarahan setengah hati. Kemarahan minimalis. Dicukupkan hanya permintaan maaf saja, itu sudah cukup. Sedang materi penghinaan Surat Ali Imran ayat 41 tidak disentuh dalam kemarahan. Seolah membela dicukupkan hanya untuk Ning Imaz, sedang ayat Tuhan tidak lalu jadi perlu dibela.
Tapi tidak pada Ning Imaz yang memang keren. Saat nahdliyyin lainnya ribut agar Eko meminta maaf padanya. Ning Imaz malah punya pandangan sendiri tentang permintaan maaf itu. Karenanya, permintaan maaf jika itu ingin diberikan, katanya, itu lebih pantas ditujukan pada umat Islam yang disakit hati dengan agamanya dihina.
"Minta maafnya jangan ke saya. Ke Imam Ibnu Katsir. Ke umat se-Indonesia yang sakit hati agamanya dihina-hina," ucapnya melalui akun Twitternya.
Eko Kuntadhi memang super kurang ajar. Dan jika suatu saat umat Islam menyerangnya, itu bukan sekadar emosi kemarahan. Tapi lebih pada pembelaan atas ayat Tuhan yang dihina-lecehkan. Saat Ning Imaz menyampaikan tausiahnya berkenaan dengan Surat Ali Imran ayat 41, merujuk pada Tafsir Ibnu Katsir.
Katanya, kelak di surga kehidupan laki-laki dan perempuan muslim itu berbeda. Katanya, orientasi kenikmatan laki-laki di surga kelak adalah perempuan. Sedang perempuan orientasinya adalah perhiasan.
"Makanya nanti hadiahnya bagi laki-laki di surga adalah bidadari. Tapi tidak pada perempuan. Perempuan kenikmatan di surga nanti bukan laki-laki. Makanya di surga nanti tidak ada bidadara, tidak ada. Perhiasan, perempuan itu menyukai perhiasan," ujar Ning Imaz, yang lalu dilabeli "tolol" oleh Eko.
Dalam statusnya, Eko Kuntadhi mengunggah video berjudul, 'Tolol tingkat kadal. Hidup kok cuma mimpi selangkangan' merujuk video tausiah Ning Imaz. Ayat Tuhan dilecehkan dengan disebut cuma sekadar selangkangan. Astaghfirullah. Ning Imaz--seperti juga pendapat "Ning Imaz"--tidak menjadi sesuatu yang penting untuk dibela. Ning Imaz tampaknya tidak menghendaki untuk dibela. Tapi jika kata maaf yang dimintakan, itu sebaiknya tidak untuk dirinya. Tapi untuk Imam Ibnu Katsir dan umat (Islam) se-Indonesia yang merasa agamanya dihinakan.
Ning Imaz memang keren, tanpa sadar ia mengoreksi atau bahkan mempermalukan pendukungnya sendiri yang seperti cari panggung "menyerang" Eko Kuntadhi ala kadarnya. Belum sampai maqam membela agama yang dinistakan. Setidaknya itu yang tampak. Konon, besok Eko Kuntadhi akan sowan menemui Gus Rifqil dan Ning Imaz di Ponpes Lirboyo untuk meminta maaf langsung padanya. Kalau tidak datang, maka PW NU Jawa Timur akan melaporkan Eko ke kepolisian.
Hanya cukup minta maaf pada Ning Imaz dan keluarga, atau Ning Imaz akan tetap tampil keren. Meminta pada Eko agar permintaan maafnya itu setidaknya pada umat Islam se-Indonesia, tidak penting untuk dirinya. Maka, kisah pelecehan agama oleh Eko Kuntadhi ini entah akan berakhir seperti apa. Meski banyak yang menduga akan berakhir saling bermaafan sambil berpelukan layaknya kawan yang lama tak bertemu. Selesai. (*)