KTT G20, Indonesia di Simpang Jalan?
Oleh Raden Baskoro Hutagalung - Forum Diaspora Indonesia
KECOLONGAN dalam perang Rusia-Ukraina, menjadikan Amerika berhitung ulang dalam hal memainkan hegemoni politiknya di wilayah Asia Pasifik.
Kenapa ada kata “kecolongan” Amerika dalam perang Rusia - Ukraina? Karena kalau kita menyimak perang Uni Soviet dengan Afghanistan di masa perang dingin yang lalu, Amerika berhasil menggalang Taliban sebagai proxy Amerika dalam melawan Uni Soviet sehingga Uni Soviet kalah perang, hengkang, ekonominya terpuruk dan selanjutnya negara super power itu runtuh.
Berbeda dengan saat ini. Rusia di bawah kepemimpinan Vladimir Putin, lebih dahulu merangkul Cechnya bergabung dan memerangi Ukraina. Dan kita sesama ketahui bahwa Cechnya adalah salah satu negara Islam pecahan Uni Soviet yang cukup disegani di kawasan Balkan bahkan oleh Rusia itu sendiri.
Saat ini, boleh dikatakan, dunia Islam ibarat bandul dari perseteruan dua kutub kekuatan global Amerika Cs versus Rusia-China dkk. Artinya kalau dipahami, dunia Islam saat ini mempunyai posisi penentu dari persiteruan dua kekuatan ini. Siapa yang lebih dulu merangkul Islam, maka akan mendapatkan tambahan kekuatan positif yang signifikan.
Untuk itulah, Amerika menggalang sebuah resolusi dengan menjadikan 15 Maret sebagai “Hari Anti Islamphobia”. Amerika bersama dunia akan memerangi siapa saja yang menyebarkan Islamphobia berupa kebencian, ketakutan, kecurigaan kepada dunia Islam.
Tentu, resolusi ini tidak lain adalah berupa sebuah “soft treatment” Amerika dalam membuka pintu konsolidasi bersama dunia Islam. Dimana, untuk wilayah Asia-Pasifik, Indonesia adalah sasaran utama yang akan dirangkul Amerika.
Namun permasalahannya adalah Amerika tentu sudah sangat tahu, bagaimana Indonesia saat ini jauh berbeda dengan era Presiden sebelumnya. Indonesia saat ini, sudah menjadi “Underbow” nya China komunis. Hal ini diperkuat dengan banyak kebijakan baik dalam dan luar negeri Indonesia yang “mengekor” dan menguntungkan China komunis. Atau lebih sederhananya adalah berafiliasi kepada China.
Makanya, perhelatan KTT G20 yang akan di laksanakan di Indonesia akan menjadi batu ujian berat bagi diplomasi luar negeri Indonesia.
Karena Amerika, melalui juru bicara kementrian luar negerinya telah menyatakan tidak akan hadir di KTT G20, kalau Rusia ikut hadir. Sedangkan Rusia saat ini sedang mendapatkan hukuman sanksi-sanksi dari Amerika dan sekutunya atas invansi militer Rusia ke Ukraina.
Permasalahan ini jangan anggap sepele. Ketidakhadiran Amerika di KTT G20 akan berdampak besar dan mungkin saja bisa berakibat KTT G20 batal atau malah bubar jalan. Sedangkan kita tahu KTT G20 ini, salah satu event bergengsi negara besar di dunia dimana saat ini, Indonesia mendapat giliran menjadi presidensianya selama 2 tahun.
Ini akan menjadi masalah besar, karena Menteri Investasi dan Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, menyatakan bahwa event KTT G20 ini adalah kegiatan ekonomi bukan politik. Artinya dari gestur politik Indonesia berdasarkan statemen “Lord Opung” ini jelas tampak bahwa, Indonesia akan enggan untuk menolak kedatangan Rusia. Sedangkan Rusia adalah sekutu kuatnya China komunis dimana Indonesia sejak pemerintahan hari ini terafiliasi.
Dampak seandainya Amerika memang tak hadir dalam KTT G20 dimana Rusia hadir, pasti akan diikuti oleh negara lainnya sekutu Amerika seperti Inggris, Prancis, Italy, Kanada, Jepang, India, Korsel, di luar Turkey.
Kalau ini terjadi, berarti Indonesia siap-siap akan “dicap” negara pendukung invansi militer Rusia ke Ukraina. Yang tentunya akan berdampak kepada pergaulan internasional dan sanksi global. Bisa-bisa Indonesia diisolasi, disisihkan, dan setelah itu pasti dijatuhi sanksi khas ala Amerika.
Dan bisa tidak mungkin, Amerika akan memainkan pengaruhnya untuk menjatuhkan pemerintahan hari ini. Seperti Pakistan baru-baru ini. Yang dianggap terlalu pro China, akhirnya ditumbangkan Amerika melalui proxynya di Pakistan.
Begitu juga sebaliknya, kalau Indonesia menolak Rusia. Tentu juga akan berdampak terhadap hubungan bilateral dan China komunis. Sudah tentu China komunis akan tersinggung berat kalau sekutu utamanya Rusia diperlakukan seperti itu. Dan China komunis pasti juga punya cara untuk menekan pemerintahan Indonesia.
Kesimpulannya adalah. Di sini akan dilihat kemampuan diplomasi luar negeri, wibawa, dan kepemimpinan pemerintahan hari ini. Apakah mampu melewati batu sandungan ini. Mari kita lihat apa yang bisa dilakukan pemerintahan hari ini. Apakah sejago mengobok-obok rakyatnya selama ini ? Atau memang jago kandang? Wait and see.
Perth-Australia, 8 April 2022