Makin Jelas, Jokowi Siapkan Erick Thohir Jadi Sekoci Penyelamat
Oleh Hersubeno Arief dalam Hersubeno Point
Relawan pendukung Jokowi atau Projo (Pro Jokowi) Sabtu 21 Mei 2022 menggelar Rakernas atau Rapat Kerja Nasional di kawasan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Rakernas di tahun politik ini tentu sangat menarik untuk kita cermati, apalagi Presiden Jokowi beserta istrinya Iriani, didampingi Kepala Staf Presiden Moeldoko, juga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo tampak hadir.
Di hadapan sekitar 5000 pendukungnya, Jokowi kembali meminta agar mereka bersabar dalam penentuan siapa capres yang akan mereka dukung. Dalam Bahasa Jokowi, ojo kesusu, jangan tergesa-gesa. Apa yang bisa kita baca dalam pesan tersirat dan tersurat dalam pidato Jokowi itu?
Pertama, wajah Jokowi tampak sangat segar, sumringah dan bersemangat. Berbeda sekali dengan beberapa waktu lalu ketika dia mengumumkan soal pelarangan ekspor minyak goreng dan CPO. Ini mungkin bertemu dengan ribuan relawannya, jadi tampaknya memberikan semacam energi positif bagi Jokowi.
Kedua, Jokowi tampaknya sudah mulai percaya diri lagi menghadapi berbagai persoalan krisis politik maupun ekonomi. Kalau dari sisi ekonomi kelihatannya harga minyak goreng seperti yang dikatakan Jokowi akan turun lagi menjadi 14.000 rupiah perliter. Ini saya kira sebuah keyakinan yang perlu kita pertanyakan? Jangan terlalu optimistis dulu, ini karena mengingat Pak Jokowi ini dikenal sangat senang memberikan semacam harapan angin surga atau ada orang yang menyebutnya juga semacam harapan palsu. Sebab banyak yang memperkirakan kalau dari indikator ekonomi, termasuk berbagai faktor produksi lainnya, misalkan sebentar lagi pemerintah harus menaikkan harga bahan bakar minyak. Angka seperti itu berat untuk dicapai. Tapi Pak Jokowi kemarin menyampaikan bahwa 1-2 pekan ini, akan turun kembali menjadi Rp14.000 per liter. Kita tunggu saja. Dan kalau kemudian tidak tercapai, ya gak usah marah-marah, gak usah kaget, kan biasanya juga gak terbukti.
Jokowi juga tampak segar ini karena berkaitan tekanan politik utamanya kelangkaan minyak goreng. Tadi itu mulai sedikit mengendor, Anda harus perhatikan, ada krisis ekonomi, krisis yang berkaitan dengan krisis politik, lalu persoalan minyak goreng, ini ada tekanan dari publik berupa antrian panjangan selama berbulan-bulan dan emak-emak.
Ketiga, akhirnya Jaksa Agung menetapkan 4 orang yang disebut-sebut sebagai mafia minyak goreng. Salah satunya waktu itu adalah Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementrian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardana dan setelah kita terkejut-kejut pada waktu itu, dia menyatakan akan ada kejutan baru lagi. Akan tetapi setelah itu kita tunggu-tunggu ternyata Jaksa Agung hanya mengumumkan nama yakni Lin Che Wei sebagai tersangka baru.
Lin Che Wei ini bukan tangkapan besar, apalagi yang kita harapkan adalah menyerempet nama-nama besar dalam istana atau kalau tidak lansung ke sekitar Istana setidaknya-tidaknya para menteri-menteri di kabinet karena orang butuh kepercayaan panjang. Mana mungkin sih seorang Dirjen bisa membuat krisis semacam itu, bisa menjadi mafia yang mengakibatkan krisis minyak goreng sampai berbulan-bulan kemudian sampai menteri Perdagangan sendiri mengaku dia tidak mampu menghadapi para mafia minyak goreng ini?
Jadi, wajar kalau mereka berharap akan ada nama besar lain. Pada waktu itu Jaksa Agung juga ditanya oleh media apakah itu sampai ke level menteri? Dia menyatakan jika ada bukti yang kuat dia tidak akan segan-segan sampai menangkap sampai ke level menteri.
Sementara ini bisa bernafas lega karena yang disasar levelnya Lin Che Wei. Media menampilkan reset, itu foto Lin Che Wei bersama dengan Jokowi dan menyebutnya sebagai salah satu timses dari Presiden Jokowi.
Tapi dapat dipastikan ibarat memakan bubur panas, ini keliatannya Jaksa Agung menerapkan langsung makan ke tengah-tengah ke bubur yang panas, karena dia bisa terjeblos, kalau gak salah ini.
Jadi keliatanya dia sekarang sedang kenceng dengan menankap Dirjen dan 3 orang dari perusahaan minyak besar. Sekarang mulai pinggiran lagi mulai makan dari pinggiran yang ditangkap adalah Lin Che Wei.
Keempat, ini kalimat ojo kesusu itu multi tafsir. Ojo kesusu jangan terburu-buru atau presiden Jokowi menerjemahkan dalam bahasa Indonesia jangan tergesa-gesa. Itu bisa diartikan bahwa Jokowi tetap membuka opsi untuk melanjutkan masa jabatannya 3 periode, karena itu dia tak ingin terburu-buru menyatakan priverensi politiknya mau mendukung siapa?
Kelima, Jokowi juga menyebut kalimat ojo kesusu itu dalam satu rangkaian dengan kalimat-kalimat lengkapnya begini, “meskipun mungkin yang kita dukung juga ada di sini.”
Perhatikan kata “mungkin” ketika kita ungkapkan itu asumsi yang hadir termasuk asumsi Anda dan saya mungkin yang dimaksud adalah Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah yang juga hadir di situ. Anda tidak salah sebab banyak relawan Projo yang hadir juga langsung meneriakkan nama Ganjar, walaupun ada juga yang menyatakan ada yang meneriakkan 3 periode.
Setelah pidato Pak Jokowi, banyak juga relawan Projo yang mengelu-elukan Ganjar Pranowo di situ. Tadi Presiden Jokowi sudah mengingatkan Ojo kesusu, jangan tergesa-gesa.
Sekarang giliran saya mengingatkan Anda ojo kesusu juga, jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan bahwa Ganjar yang akan didukung oleh Jokowi. Harus dicatat Jokowi ini seorang politisi yang kata-katanya sulit dipegang. Bahkan ada seorang Professor dari UIN IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sekarang menjadi Ketua Dewan Pers, Professor Azyumardi Azra meminta kita untuk menafsirkan secara kebalik setiap kali apa yang ditafsirkan oleh Presiden Jokowi. Jadi, tolong jangan kesusu mengambil kesimpulan.
Jokowi menyebutkan kata “mungkin” yang akan kita dukung. Mungkin dan ada di sini. Ada dua kata: “mungkin” dan “ada di sini” apa yang kita simpulkan dari kalimat bersayap itu?
1. Bisa saja nama yang dia maksud itu adalah nama dirinya sendiri. Jadi, bukan Ganjar. Jokowi kan juga hadir di situ. Jadi, dia termasuk yang ada di situ. Mungkin ada di situ kata Jokowi. Jadi dia mungkin ada di situ. Dan yang jelas para pendukung Jokowi atau Projo ini sudah sumpah mati, pada tahun 2024 ndherek Pak Jokowi, pejah gesang ndherek Pak Jokowi, hidup mati ikut Pak Jokowi. Jadi, kalau Pak Jokowi memutuskan untik maju kembali, ya mereka pasti akan mendukung.
2. Jokowi dan orang-orang dalam sekitarnya atau lingkar dalam istana terutama tentu saja yang digalang oleh Pak Luhut dan para menteri-menteri ke bawah. Itu kan bagaimana pun juga tetap menyiapkan opsi agar Jokowi bisa kembali maju untuk 3 periode.
Rakernas Projo ini bisa menjadi indikator bahwa opsi itu masih tetap disiapkan dan masih dibiarkan hidup. Kehadiran Jokowi dan pernyataannya yang menggantung dalam kalimat ojo kesusu tadi merupakan sebuah syarat kuat. Jadi ini juga bisa disebut sebagai semacam tesit berapa dalamnya air atau audit the water. Kalau ternyata tidak terlalu dalam, mungkin opsi itu akan terus jalan. Sekarang pertanyaanya bagaimana caranya Jokowi bisa mewujudkan niatnya tetap memperpanjang masa jabatan selama 3 periode dan bagaimana dengan nasib Ganjar?
Secara proses politik di DPR proses legislasi, benar bahwa pintu amandemen yang memungkinkan dia mejabat selama 3 periode itu telah tertutup. Apalagi partai-partai pendukungnya semua sudah balik badan. Yang paling keras itu sikap PDIP dan Nasdem.
Pembahasan di DPR mengenai amandemen ini juga dipastikan akan ditutup sampai tahun 2024.
Tolong perhatikan perkembangan politik terbaru saat ini pasca terbentuknya koalisi, saya menyebutnya koalisi "Golkar, PPP dan Partai Amanat Nadional".
Saya sarankan Anda memperhatikan timing pembentukan koalisi ini. Koalisi ini muncul tak lama setelah bocornya informasi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto bakal dikudeta. Dan dalam pernyataannya setelah mereka bertemu dengan Zulkifli Hasan, Airlangga menyatakan bahwa mereka ingin melanjutkan pembangunan di era pemerintahan Jokowi karena sudah merasakan manfaatnya.
Kita akan mengawal pembangunan sampai dengan 2024 dan tentunya melanjutkan apa-apa yang dilakukan dan yang baik untuk periode selanjutnya. Itu kata Airlangga ketika dia melakukan acara halal bihalal dengan seluruh pengurus Golkar di Jakarta Rabu 8 Mei 2022, tolong dipegang saja kata Airlangga itu.
Mengawal pembangunan sampai 2024 dan tentunya melanjutkan apa-apa dan yang baik untuk periode selanjutnya, catat kata periode selanjutnya.
Jangan terlalu percaya pada para fungsionaris Golkar bahwa opsi mendukung Airlangga sebagai Capres itu merupakan harga mati. Jadi apa maksudnya? Artinya koalisi ini akan mengusung Airlangga sebagai calon Presiden, saya kira itu hanya basa-basi politik kalau Anda menyebutnya sebagai penyesatan politik, penyesatan opini politik.
Posisi Airlangga sendiri di Golkar sangat rentan. Dia rawan sekali digoyang oleh tim istana, media menyebutnya bahwa yang menjadi mediator saat ini adalah Luhut Panjaitan. Elektabilitasnya juga katakanlah kalau dia gak digoyang dari Golkar elektabilitasnya hanya di bawah 1 persen walaupun sudah didongkrak dengan berbagai baliho dan kampanta yang masif. Ternyata gak naik-naik juga. Gak mungkinlah misalnya PPP dan PAN ini mendukung Airlangga Hertanto menjadi Capres dengan potensi menang yang sangat berat.
Mereka ini sebenernya koalisi terpaksa karena ada sandera politik jadi memang 3 partai ini disiapkan untuk skoci dari Jokowi. Siapa yang menggunakan, nanti kita bicarakan.
Yang sangat mungkin ini kan koalisinya digunakan oleh Jokowi. Sebab dari sisi presentase perolehan kursi di DPR mereka ini sudah memenuhi sysrat Presidential Theeshold 20 persen, tinggal dicari bagaimana caranya menerobos barier Ketentuan Perundang-Undangan bahwa seorang presiden tidak boleh menjabat sampai 3 periode.
Kalau memang tidak bisa diterobos ketentuan 3 periode karena sudah digembok mati oleh PDIP dan Nasdem plus partai-partai oposisi seperti PKS dan Demokrat, maka sesungguhnya masih ada 2 opsi yang tersedia;
1. Jokowi berpasangan dengan Prabowo. Loh itu kan artinya 3 periode? Gak kali ini beda, tapi Jokowi kali ini sebagai calon Wakil Presidennya. Boleh dong kalo Jokowi menjadi calon wakil presidennya dan Prabowo menjadi presidennya. Itu tidak melanggar Undang-Undang Dasar. Saya mendengar opsi ini dari berbagai sumber. Opsi ini termasuk yang dipertimbangkan secara serius oleh timnya Jokowi.
2. Kalau semua upaya tadi 3 periode buntu, Prabowo - Jokowi juga gagal barulah di sini kartu Ganjar dimainkan sebagai pintu darurat atau emegency exit sebagai sekochi penyelamat bagi Jokowi.
Yang penting pemerintahan berikutnya harus tetap dipegang oleh orang yang bisa dikendalikan oleh Jokowi. Dikendalikan bukan hanya oleh Jokowi tapi dikendalikan oleh kepentingan-kepentingan yang selama ini ada di balik Jokowi dan itu dikendalikan oleh Ganjar.
Anda pasti bertanya mengapa di judul saya menyebut kemungkinan Ganjar berpasangan dengan Menteri Negara BUMN Erick Tohir? Bagaimana hitung-hitungannya, siapa saja yang akan di gandeng? Termasuk bagaimana masa depan Prabowo-Puan? Atau nama Anies-Andika?
Yang terakhir ini seru dan santer juga disebut-sebut akan berpasangan.