Melayu Bahasa Serumpun (2), Kosa Kata Pra-Melayu di Jakarta
Oleh Ridwan Saidi - Budayawan
Kronologi pembentukan bahasa di Andunisi, khususnya négeri Betawi:
1. Era Cave live - river basin community (Bernard Grunn) 9000 tahun lalu: bahasa tutur sendiri
2. Kontak dengan bangsa pendatang Maya (Prof Kern, Majalah Indonesia edisi khusus tahun 1952) 3000 tahun lalu. Pengayaan kosa kata.
3. Pengayaan kosa kata lanjut dengan Egypt, Swahili, Melani, Inca sampai dengan IX M
4. Melayu masuk via zona econ. Kemudian Malbari. Pengaruh Melayu membentuk lingua.
5. Migrasi Melayu dari Champa, Malai Ur, Kompong Chom, Melayu Malaka di Jakarta dan sekitar, mereka membangun perkampungan Kampung Melayu Mester, Kampung Melayu Tangerang, Roa Malaka. Roa atau Rua = penanda, kemudian Rorotan Malaka, keturunan Malaka.
Proses dari medio XIII M sampai XVI M, pembangunan labuhan Sunda Kalapa II. Sampai dengan time frame ini bahasa Melayu terbentuk. Karya sastra Melayu Betawi tahun 1610-an Hikayat Tumenggung Al Wazir ditulis Ki Alang. Pernah diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Bahasa Sansekerta itu bahasa tulis. Pengagumnya mengira orang2 Andunisi dulu ngobrol-ngobrol dengan bahasa tersebut. Orang Arya yang bawa bahasa itu baru masuk Jakarta XVI M. Bahasa ini tak ada jejaknya di Jakarta. Tokohnya Arya Rana Manggala: orang Arya Rabi berkalung tasbih. Ia pernah Syahbandar Kalapa. Gen dia Arya, berhuni di batas Asia minor dan India. Orang-orang Arya di Jakarta jalankan ritual Zion. Di kawasan Kota ada situs tembok ratapan yang disebut Tongkol. Ada arkaeolog dungu akuut menyebut situs ini benteng Batavia.
Kata puasa dan sembayang (tawajuh) ada dalam kitab Masail yang ditulis Abu Nashr al Samarkandi alias Mualim Teko. Ia wafat 983 M dan dimakam di Kapuk Teko, JakBar. Dua kitabnya Masail dan Baca2an (doa) ada di British Library.
Dengan pra Melayu yang dimaksud time frame cave life sampai dengan pembentukan zona econ IX M.
Suatu saat mungkin anda bersua dengan kata-kata berikut:
Ngegending, bernyanyi sambil pukul-pukul apa saja Tangerang, hymn
Gaga unggul
Poris dari Polis, kota
Onoh, sana
Prak, sejak
Tir, gawat
Sunter, air
Ancol, genangan air
Pamulang, titik balik
Meruya, tempat berlindung
Priyuk, U-turn
Ngeroyan, sakit berlarut
Blandongan, tempat singgah
Unur, situs
Drompal, palang dada dinding papan
Ayer, gen
Édam, mercu suar
Duri, kampung
Kepa, ingin tau
Bowés, bekas luka atas bibir
Saya, insan
Pengéjék, ibu2 penghibur pesta kawin
Téng loléng, lampu jalan
Bluntas, gudang logistik
Brok, nama tempat di Majakatera
Langgar, penerangan
Petiman, peti kecil penyimpan barang berharga
Senayan, pemakaman
Teraman, bukan Matraman, tenang
Batéré, harusnya bacéré, hunian orang Peru
Padi lulut si padi mayang
Padi céré tangké lada'nya
(Padi merunduk padi yang bagus, padi kosong tangkainya lada - saya tak tau arti lada di sini)
Hong, ketauan
Inglo, sampai
Mateyari matahari
Habek, makan habis
Kemela-kemelu, tak tentu arah
Pétak, rumah tanpa halaman
Céngkaw, wanita pedagang mas
Cengkaréng, minor power system
Maja, power
Busu', gypsi (lokasi pengadilan Jakarta Pusat di Jl Gajah Mada, hingga Jl Pembangunan II disebut Jembatan Busuk, Jamba Tana Busu', hunian Gypsi)
Lolo, cantik
Siké, senandung non verba
Gong, paquita uchicus Incanan
Go'ong, instrumen gamelan
Condét, jenis ulat bahan sutera
Glodok, batu bukit
Béos, hunian orang Turki
Angké, tanah kosong
Kemang, pyramid
Mangga, tanjakan
Ngepal, nekad
Si Jenat, almarhumah
Gegeni, berdiang.
Inilah sebagian kata-kata yang digunakan di Jakarta dalam percakapan bahasa pra Melayu. (*)