Memalukan, Jawaban Ganjar Terhadap Pertanyaan Dubes Jepang Tidak Nyambung
Jakarta, FNN – Tampaknya, antusiasme mahasiswa terhadap perubahan sangat luar biasa. Perubahan dalam konteks ini bukan berarti kampanye Anies, karena perubahan memang sunatullah dan harus kita lakukan. Mahasiswa tidak butuh pemimpin yang hanya pencitraan, pasang baliho, dan tidak ada otak. Mahasiswa ingin Indonesia dituntun dengan kemampuan berpikir.
“Itu yang jadi tema mahasiswa sekarang, yaitu perubahan, dan mulai didasarkan pada argumentasi bahwa Indonesia ini harusnya dituntun dengan kemampuan berpikir. Jadi, bagi mereka, sudahlah, mau pencitraan, mau pasang baliho, kalau otak tidak ada, ya sudahlah,” ujar Rocky Gerung dalam diskusi di kanal You Tube Rocky Gerung Official edis Sabtu (11/11/23) menanggapi antusiasme mahasiswa terhadap perubahan.
Mereka menyebut hal itu sebagai kegagalan Presiden Jokowi untuk memuliakan kebebasan akademis, lanjut Rocky, sehingga orang tidak terlatih untuk berargumentasi. Jadi, semua orang mengikuti kanal-kanal FNN, Refli Harun, dan lain sebagainya.
Mereka justru bercerita pada Rocky bahwa mereka kehilangan semacam role model. Bagi mereka role model itu tidak ada di kampus, tapi justru di tempat-tempat lain. Mereka menganggap bahwa pemimpin-pemimpin yang ada sekarang juga kurang pengetahuannya.
“Bahkan, mereka melihat bagaimana Ganjar Pranowo tidak mengerti persoalan, lalu berusaha menjawab dan tidak ada satu pun poin yang substansial yang dia jawab. Sudah pakai bahasa Indonesia pun masih tidak bisa menjawab. Kan gila,” ujar Rocky menanggapi jawaban Ganjar Pranowo terhadap pertanyaan Duta Besar (Dubes) Jepang, Kenji Kanasugi, dalam acara CSIS pada Selasa (7/11/23) lalu.
Jawaban Ganjar tersebut dapat dilihat di video yang sedang sangat viral dalam acara yang digelar di forum CSIS. Dalam acara tersebut, pihak panitia mengundang tiga calon presiden, yaitu Anies Baswedan, Ganjar Prnaowo, tapi Prabowo kelihatannya belum tampil. Selain ketiga capres, panitia juga mengundang para duta besar dari beberapa negara sahabat. Forum-forum semacam ini akan menunjukkan seperti apa kualitas dari para calon presiden kita.
Jika melihat jawabannya, memang tidak terlalu salah, tapi tidak substansial. Itu persoalannya. Ganjar menjawab sesuatu yang poinnya tidak nyambung dengan pertanyaannya. Dia seperti tidak bisa menerangkan atau tidak bisa mengerti apa yang ditanyakan. Sepertinya dia sudah tahu bahwa penanya adalah orang Jepang sehingga dia mulai membuat semacam gimik soal Jepang. Tetapi, bukan itu yang ditanya. Bahkan, diterangkan di dalam bahasa Indonesia pun itu tidak substansial.
“Jadi, dia enggak ngerti inti persoalan. Bayangkan mau jadi presiden, sebentar lagi Indonesia akan diseret di dalam proksi-proksi di kawasan Asia Pasifik ini, dan presiden kita (kalau Ganjar jadi presiden) dia enggak paham mau ngapain. Kan gila tuh. Ini ditonton dan menjadi viral. Ini memalukan betul,” ungkap Rocky.
Jadi, lanjut Rocky, itu yang sering saya tegur dan dari awal saya kasih kritik bahwa PDIP itu didesain untuk menjadi semacam kemuliaan atau kemewahan kita dalam politik luar negeri, karena Bung Karno adalah tokoh politik luar negeri. Dia dikenal di internasional, lebih dari sekadar ide Sukarnoisme. Nah, ini Ganjar adalah kader PDIP, tapi buta huruf tentang global politics.
“Jadi, sudahlah, kita anggap saja bahwa ini ada yang memang tidak pas pada Ganjar, begitu kira-kira,” tegas Rocky.
Dari video viral itu juga terlihat bahwa persoalannya bukan masalah bahasa karena dia memakai earphone, yang berarti ada penerjemah. Jika dia menjadi presiden nanti, dalam forum internasional dia memang juga harus memakai bahasa Indonesia, tapi dia harus paham dengan konteksnya.
“Itu bahayanya kalau orang itu terlalu picik. Ini jadi konyol. Tetapi, sudahlah, itu pelajaran buat Ganjar supaya belajar lebih banyak. Kira-kira begitu,” ujar Rocky lagi.
Hal yang sama mungkin akan terjadi juga pada Gibran. Ironis memang. Presiden Jokowi selalu mengingatkan agar jangan salah pilih pemimpin karena situasi geopolitik global sekarang sedang memburuk. Ternyata, semua yang disampaikan itu hanya retorika kosong belaka, karena Ganjar juga semula orang yang digadang-gadang jadi the next Jokowi.
“Iya, ini bagian dari the next Jokowi yang justru lebih buruk dari Jokowi sebetulnya. Bagaimanapun Jokowi masih kasih-kasih sinyal walaupun nyontek-nyontek di laptop. Ini bahaya betul Saudara Ganjar ini, dan akan diperlihatkan pada dunia internasional,” ujar Rocky.
Dalam pandangan Rocky, Majalah Times sedang mengintai Indonesia, majalah-majalah Eropa juga sedang mengintai. Ini ada kasus baru seperti ini, bahwa Indonesia buta huruf terhadap global politics. Bukan sekadar buta huruf, tapi tidak paham pertanyaan inti yang disampaikan oleh wartawan asing.
“Jadi, berbahaya betul bagi kita bangsa besar ini, tetapi pengetahuan dari pemimpin-pemimpin ini sangat kerdil,” ujar Rocky.(sof)