Palestine: Liberte, Fraternite, Detruire
Oleh M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan
HAMPIR 16 bulan perang Gaza Israel-Hamas berlangsung tidak ada tanda-tanda Hamas kalah atau menyerah. Serangan kejutan 7 Oktober 2023 membuat Israel hancur moral. Bantuan Amerika tidak menolong. Ratusan trilyun digelontorkan hanya jadi bahan tertawaan mujahid Gaza. Daya tahan adalah bentuk kemenangan.
Berbeda dengan perang 6 hari Israel-Arab tahun 1967 dan 16 hari perang Yom Kipur tahun 1973 yang berujung pada kekalahan koalisi Arab, maka perang Israel-Hamas di luar dugaan ternyata Hamas Gaza tidak bisa dikalahkan. Gencatan senjata akhirnya dibuat setelah Israel Besar Amerika Serikat di "bombardir" balls of fire, kebakaran dahsyat di Los Angeles California.
Dalam beberapa hari kerugian Amerika sepuluh kali lipat bantuan dana ke Israel, 15.000 rumah mewah hangus, 160.000 warga dievakuasi, dan 40.000 hektar area telah terbakar. Artis-artis Hollywood seperti Paris Hilton, Mandy Moore, Whopy Goldberg, Mel Gibson, Steven Spielberg, Tom Hanks, James Wood dan lainnya terpaksa menangis. Presiden Trump sendu menyebut keadaan ini seperti gempuran senjata nuklir.
Berdampak pada kelelahan perang Israel-Hamas. Israel kalah meski tidak mengakui. Netanyahu dan Gallant dihukum ICC atas crime against hummanity. Pasukan Hizbullah dan Houthi membantu menggempur Tel Aviv sekedar untuk membuat IDF Israel frustrasi. Oktober 2023 Israel terkejut dan Januari 2025 Israel masih terkejut.
Palestina sudah semestinya merdeka dan menjadi negara berdaulat, dunia berada di pihaknya. Slogan "Free Palestine" terus menggelora, begitu juga dengan "birruh biddam nafdiika yaa aqsho". Mei 2024 Palestina mendapat kursi setara anggota dalam Sidang Majelis Umum PBB. Secara bertahap Palestina bergerak menuju kebebasan "Liberte".
Putusan keanggotaan Palestina PBB didukung 143 anggota dan ini mayoritas. Menunjukkan persaudaraan dan perhatian serius atas penderitaan warga Palestina. Persaudaraan Indonesia-Palestina juga erat. Pemimpin bangsa sejak masa Soekarno sudah sangat mendukung kemerdekaan Palestina. Persaudaraan "Fraternite" adalah tonggak dari kekuatan.
Penghukuman ICC atas Netanyahu dan Yoav Gallant mengingatkan Israel memang negara biadab yang tak pantas eksis di muka bumi. Gerakan penghancuran Israel berbasis moral, politik, dan perdamaian. "Detruire" menghancurkan Israel adalah missi mulia. Penjajahan harus dihapuskan. "Go to hell IsraHell" menjadi slogan dan aspirasi dari dunia yang beradab.
"Liberte, Fraternite, Detruire" layak menjadi penyemangat perjuangan bangsa Palestina untuk meraih kemerdekaan. Israel harus dikalahkan dan dikucilkan. Israel adalah kumpulan makhluk yang bukan manusia. Mereka itu sejenis binatang buas yang selalu haus dan lapar.
Bangsa Indonesia wajib memperkuat persaudaraan sesama negara yang peduli akan kemerdekaan dan kebebasan, berkeyakinan bahwa pasukan dan tentara Allah itu yang akan menang, serta meningkatkan militansi melawan kebiadaban Zionis Israel di manapun berada. Liberte, Fraternite, Detruire ! (*).