Presiden Prabowo Kembalilah kepada Jati Dirinya (Negara dalam Kondisi Gawat Darurat)
Oleh Sutoyo Abadi | Koordinator Kajian Politik Merah Putih
Mencederai kesepuluh jari tidaklah seefektif memutuskan salah satunya. (Mao Tse-tung - 1983 - 1976).
Mantan Presiden Jokowi akan melakukan gangguan, menghambat Presiden Prabowo Subianto, kalau pesan dari Jokowi di Solo, diabaikan "jangan mengganti menteri titipannya, jangan mengganggu oligarki". Strategi penghambatan yang tidak tampak di permukaan Jokowi "memberikan ancaman",
Ancaman yang disampaikan bahwa oligarki akan menimpakan balasan yang lebih kuat seolah - olah akan membahayakan negara dan dirinya. Kalau mengganggu dan atau mengingkari janjinya akan mendatangkan kerusakan ekonomi negara yang hebat. Oligarki diserupakan seperti sarang lebah yang tidak boleh di ganggu".
Tampaknya mantan Presiden Jokowi dengan back up Oligarki merasa masih berkuasa, masih menghantui dan membayangi dirinya.
Pakaian baju putih lengan panjang masih melekat seolah - olah masih sebagai Presiden, melakukan kunjungan ke beberapa daerah untuk memenuhi impiannya masih berkuasa dengan pengawalan layaknya seorang Presiden.
Jokowi menyamarkan kelemahannya ingin tetap mengendalikan Prabowo Subianto, dengan strategi penyesatan, memanipulasi penampilan, membangun reputasi seolah olah masih tangguh, layak di hormati dan meminta agar disegani dengan menakut nakuti Presiden Prabowo Subianto.
Merasa dirinya masih berkuasa, merekayasa akan menghambat, bahkan akan menjegalnya kalau Prabowo mengingkari janjinya dengan tindakan perlawanan "Pasif Agresif" diam diam akan menghambat kerja Kabinet Merah Putih.
Tampaknya Presiden Prabowo Subianto mengetahui betul apa yang sedang dilakukan Jokowi, tetap bersikap ramah, seperti mencoba mengendalikan persepsi Jokowi tentang dirinya akan memenuhi janjinya "tidak akan mengganti para menteri titipannya dan tidak akan mengganggu kerja Oligarki"
Presiden Prabowo Subianto sebenarnya memiliki karakter seperti John Boyd (1927 - 1997) : pilot pesawat tempur paling dihormati di basis Angkatan Udara Nellis di Nevada, "berkeyakinan bahwa reputasi adalah kuncinya. Permainan politik tampak menyenangkan dan memuaskan, namun di saat berbahaya, sulit, politik yang hanya menyenangkan jauh lebih berbahaya akan merusak semuanya"
Bisa saja Prabowo Subianto selama ini bersikap ramah tetapi sesuai sumpahnya sebagai tentara (Jenderal) tidak boleh terus bersikap ramah dan penurut kepada Jokowi, sebagai pengkhianat yang telah menggadaikan kedaulatan negara.
Kembalilah pada "jati dirinya" , negara dalam kondisi gawat darurat, kembalilah pada sikapnya sebagai patriot sejati membela rakyat dan negara. Adili Jokowi (potong salah satu jarinya), sikat Oligarki dan semua penghianat negara,
Ketika sikap itu sudah muncul pada Presiden Prabowo Subianto, Jokowi tidak akan berani main-main mengancam atau mengintimidasi. Seperti kata Machiavelli, "Anda lebih baik ditakuti daripada dikasihani". Kembali pada jati dirinya. (*)