Rebutan Jaksa Agung Berikutnya di Balik Mundurnya Airlangga Hartarto (Bagian-1)

foto : reqnews.com

Oleh Kisman Latumakulita | Wartawan Senior FNN

SABTU,10 Agustus 2024, Airlangga Hartarto resmi mundur dari Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar. Melalui rekaman video yang bererdar di media sosioal, Arilangga Hartarto mengumumkan keputusan mundur itu. Publik tidak banyak yang tahu alasan paling mendasar di balik pengunduran diri Airlangga tersebut.   

Ada dua alasan basa-basi yang disampaikan Airlangga Hartarto sebagai pertimbangan mundur. Pertama, untuk menjaga keutuhan Partai Golkar. Kedua, menjaga stabilitas transisi kekuasaan terjadi dalam waktu dekat. Airlangga bilang pengunduran dirinya dari Ketua Umum DPP Partai Golkar berlaku efektif sejak Sabtu 10 Agustus 2024. 

Jika mengacu pada alasan pertama Airlangga, maka pertanyaannya apakah Partai Golkar saat ini sedang sikut-sikuitan di antara sesama pengurus, sehingga berakibat Golkar tidak sedang solid? Kelihatannya tidak tuh. Bahkan Golkar saat ini pada kondisi yang sangat solid. Bisa juga paling solid atau lagi solid-solidnya. 

Buktinya, dari hasil Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres), Partai Golkar adalah pemenang yang sebenarnya. Mau lihat bukti? Untuk DPR, Golkar berhasil menambah 17 kursi dari sebelumnya hanya 85 kursi menjadi 102 kursi.

Untuk DPRD Provinsi, Golkar menambah 50 kursi dari sebelumnya 309 kursi, menjadi 359 kursi. Akibatnya, Golkar berhasil menempatkan 14 kadernya sebagai Ketua DPRD Provinsi. Jumlah tersebut, lebih dua pertiga atau 36,8% dari total 38 provinsi yang ada di Indonesia sekarang ini. 

Bukan itu saja. Partai Golkar juga berhasil menempatkan 20 kadernya sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi. Secara keseluruhan, Partai Golkar di bawah Airlangga Hartarto berhasil menempatkan kadernya di 34 unsur pimpinan DPRD Provinsi atau 89,5%. Suatu keberhasilan yang sangat membanggakan setiap kader Partai Golkar.

Untuk DPRD Kabupaten-Kota, Partai Golkar masih menjadi pemenang juara satu. Golkar menempatkan kadernya sebagai Ketua DPRD di 120 Kabupaten-Kota. Partai Golkar juga menempatkan 220 kadernya sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten-Kota. 

Dengan demikian, Partai Golkar gemilang menempatkan sebanyak 340 kadernya sebagai unsur Pimpinan DPRD di Kabupaten-Kota atau 65%. Saat ini jumlah total Kabupaten-Kota di Indonesia adalah 508. Suatu capaian yang sangat fantastis.

Mengacu pada Pemilu 2024, hanya Airlangga Hartarto yang berhasil mengimbangi Akbar Tanjung sebagai Ketua Umum DPP Golkar di era reformasi. Akbat Tanjung berhasil mengantarkan Partai Golkar sebagai pemenang Pemilu 2004. 

Tiga Ketua Umum DPP Partai Golkar lainnya, yaitu Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie dan Setya Novanto tidak berhasil ketika menjabat. Saat dipimpin Jusuf Kalla, Partai Golkar malah melorot di posisi ketiga. Aburizal Barie yang mengembalikan Golkar di posisi kedua pemenang Pemilu 2014. 

Posisi kedua pemenang Pemilu ini tetap bertahan saat Satya Novanto menjabat Ketua Umum Partai Golkar. Kemudian dilanjutkan oleh Airlangga Hartato sejak 2017 lalu. Namun pada Pemilu 2024 lalu, Partai Golkar kembali meraih sukses besar di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto.   

Alasan kedua yang menjadi pertimbangan Airlangga Hartarto mundur tidak cukup untuk dipercaya publik. Transisi kekuasaan dari Prasiden Joko Widodo ke Presiden Prabowo Subianto pada 20 Oktober 2024 nanti diperkirakan bakal aman-aman saja. Hingga kini tidak tampak ada gejolak dan pertentangn yang berarati di akar rumput. 

Silaturahmi Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahamd dengan Imam Besar Habib Rizieq silaturahmi berakhir ini dengan happy ending. Publik membaca bakal terjadi saling menghormati antara pemerintahan Presiden Prabowo dengan IB Habib Rizieq nanti.

Kemungkinan masih ada alasan ketiga yang perlu untuk dicemati oleh publik ketika Airlangga Hartarto membaca pernyataan pengunduran diri. Terlihat Airlangga Hartarto berada di posisi yang tertekan. Kondisi yang tertekan itu bisa terlihat dari pembacaan pernyataan yang diulang-ulang Airlangga Hartarto. Bahkan terdengar ada suara yang memandu atau meminta Airlangga Hartarto membaca ulang pernyataan.

Masa untuk membaca pernyataan tertulis, Airlangga Hartarto bisa salah? Jika demikian, maka pertanyaannya adalah siapa atau kelompok mana yang diduga telah berhasil menekan Airlangga Hartarto agar mundur dari jabatan sebagai Ketua Umum DPP Golkar? Publik menduga penguasa Istana Negara Mukidi yang paling berperan penting dalam menekan Airlangga Hartarto. 

Namun dugaan juga mengarak ke kelompok atau tim yang telah berhasil melahirkan Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90 tahun 2023. Biasanya tim ini disebuat dengan nama “Tim MK 90 2023”. Kebetulan ketika itu di dalam tim ini, samar-samar terdengar melibatkan petinggi Kejaksaan Agung yang berperan di balik layar. 

Nah, petinggi Kejaksaan Agung inilah yang diduga sedang disiapkan atau digadang-gadanng “Tim MK 90 2023” untuk menggantikan Jaksa Agung sekarang Prof. Dr. Sanitiar Buharhanudin. Sayangnya, cahaya atau hilalnya petinggi Kejaksaan Agung tersebut, dari hari ke hari terlihat semakin redup, bahkan hilang di Jalan Kertanegara dan Hambalang. Wallaahu ‘Alam Bishawab. (bersambung).

750

Related Post