Reshuffle Para Menteri KW3 Bermuka Tembok, Harapan para Pebisnis Nasional dan Investor Asing
Oleh Jon A. Masli, MBA. | Diaspora USA & Corporate Advisor
Sinyal reshuffle Kabinet Merah Putih akhirnya datang juga ketika Presiden Prabowo menyampaikan dalam pidatonya alam acara Hari Ulang Tahun Nadhatul Ulama Minggu (9/2/25) kemarin.
Seruan banyak kalangan masyarakat ber IQ 80an selama ini agar Presiden Prabowo mereshuffle para anggota kabinet yang tidak berprestasi, terutama mereka tim kunci bidang Ekonomi Keuangan Industri (Ekuin) seperti Kemenko Ekuin yang membawahi Kementerian Keuangan, Perdagangan, Perindustrian, Kelautan, ESDM dan lain lain. Selama 10 tahun mereka menjalankan pemerintahan tanpa GBHN yang jelas, terkesan reaktif dan auto pilot. APBN konon terkuras 30% untuk "anggaran program -program konyol"; mengutip Pak Hasyim Djojohadikusumo yang membongkar pemangkasan APBN 2025 sampai Rp 306 Triliun oleh Presiden Prabowo.
Kalau di dunia korporasi ada istilah "Management Revamp" sebagai corporate action untuk menyingkirkan para executive KW3 yang kurang berprestasi. Biasanya pasar dan ekonomipun akan merespons positif langkah ini.
Kebijakan konyol Menteri ESDM Bahlil Lahadalia minggu lalu jelas telah membuat susah rakyat dan berpotensi meniadakan peran ratusan ribu UMKM
pengecer LPG. Untunglah Presiden Prabowo sigap menginstruksikan pembatalan kebijakan konyol tersebut.
Rekam jejak Bahlil selama ini kerap penuh kontroversial. Bermula dari menggagas ide kekuasaan 3 periode Presiden Jokowi; penggusuran penduduk asli Pulau Rempang; proses lihai ia menjadi ketum Golkar; kebijakan penataan izin-izin pertambangan di bawah kekuasaannya; proses perolehan kilat gelar dokternya di Universitas Indonesia; dan selfie viralnya bermiras whisky super mahal.
Contoh-contoh buruk ini membuat banyak orang menilai sebagai sosok yang terkesan kurang mementingkan rakyat tapi hanya cuan. Kalau kita jeli, memang ada selusinan atau lebih menteri di Kabinet Merah Putih yang berkualitas KW3 terutama mereka eks kabinet Jokowi. Mereka berada di comfort zone dekat dengan Presiden Jokowi.
CELIOS, suatu lembaga riset independen nasional menyebut ada 10 menteri yang punya rapor merah. Mayoritas mereka adalah dari 16 menteri eks pemerintahan dulu dengan prestasi amat minim, bahkan konon ada 5 atau 6 orang berpredikat “tersangkut korupsi".
Survei kepuasan Presiden Prabowo sudah lebih dari 80%, namun kebijakan konyol seperti yang Menteri ESDM Bahlil lakukan itu akan merusak citra pemerintahannya. Bahlil memang seorang pebisnis ulung, cerdik, dan kaya sejak dia menjabat Ketum HIPMI dan sempat Menteri BKPM. Ini orang memang hebat, walau tidak sekolah tinggi dan tidak bisa berbahasa Inggris. Para pelaku UMKM sudah mencium arah kebijakan pangkalan Menteri ESDM yang berdalih untuk tepat sasaran yang mengarah ke pola bisnis oligopoli berjamaah. Artinya para kelompok pengusaha yang bermodal kuat yang akan menguasai bisnis gas 3 kg.
Sistim distribusi selama ini memang telah menghidupi para pelaku UMKM dari pengecer, pengojek, hingga usaha angkutan distribusi mengantar tabung gas ke konsumen. Namun apakah Bahlil tidak paham dampak economic multiplier effect?
Sepertinya di Indonesia para menteri sudah terbiasa nyaman bekerja dengan auto pilot, fasilitas mobil, rumah dinas mewah dan pengawalan polisi TET-TOT TET-TOT serta tunjangan-tunjangan lain. Mereka bermoto "kerja, kerja, kerja", hanya retorika asbun belaka. Banyak dari mereka memang tidak mampu membuat kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Motivasi di benak mereka lebih ke cuan belaka, ketimbang kepentingan rakyat.
Lebih miris lagi mereka terang-terangan berpolitik ria, menjilat penguasa selama 10 tahun ini, merangkap petinggi-petinggi partai, mempelototi APBN gemuk dengan membuat program-program konyol. Anehnya Menkeunya terkesan mengiyakan saja selama ini, walau dia harus mencari hutang untuk pembiayaan dan menggenjot pajak.
Sebagian besar mereka sepertinya bermuka tembok tidak tahu diri. Sudah tidak berprestasi di pemerintahan Jokowi dan jarang menelurkan kebijakan stimulus ekonomi, bahkan ada yang sudah 2 periode, sekarang duduk lagi di kabinet Presiden Prabowo. Sepertinya mereka tidak tahu malu. Apakah dari 275 juta orang Indonesia, kita tidak punya orang berkompeten dan berintegritas seperti Anies Baswedan dan putra-putri Indonesia yang lebih kompeten dari mereka?
Gaya auto pilot pemerintahan sebelumnya masih melekat dipola kerja para menteri eks Jokowi. Solusinya Presiden Prabowo harus segera mereshuffle kabinet KW3 ini ASAP, terutama mereka yang tidak berprestasi dan bermuka tembok!
Inilah yang diharapkan para pebisnis nasional dan investor asing/foreign direct investment untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang sekarang masih 5,03%.
Tanpa reshuffle mereka akan menjadi disrupsi pertumbuhan ekonomi 8% yang Presiden Prabowo targetkan. (*)