Seminggu Menjelang Pilkada DKI, 4 Lembaga Survei Rilis Paslon RK-Suswono Jeblok
Jakarta | FNN – Hanya tinggal seminggu menjelang hari pencoblosan dalam Pilkada serentak, 27 November 2024, pasangan Rido (Ridwan Kamil – Suswono) berada di bawah pasangan Pramono-Rano Karno. Padahal saat pertama kali rilis pasangan Rido mencapai 46 persen, sementara pasangan Pramono hanya 38 persen.
Survei tersebut dilakukan pada 20-25 Oktober 2024 atau sebulan sebelum pemungutan suara pilkada pada 27 November 2024. Sebanyak 1.200 responden warga Jakarta berusia 17 tahun atau sudah menikah terlibat
Survei enam lembaga, hanya satu yang merilis Rido unggul, yakni survei LSI Denny JA. Kelimanya menunjukkan pasangan calon gubernur Jakarta Rido (Ridwan-Suswono) berada di bawah pasangan Pramono Anung-Rano Karno. Survei Indopolling Research and Consulting menunjukkan elektabilitas individu calon gubernur nomor urut 01, Ridwan Kamil, sebesar 36,6 persen yang disusul Pramono Anung sebesar 35,6 persen. Sedangkan posisi terakhir, calon wakil gubernur nomor urut 02, Kun Wardana sebesar 2,8 persen.
Kedua, Hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyimpulkan, Pramono-Rano unggul signifikan dari RK-Suswono pada saat survei dilaksanakan pada 31 Oktober-9 November 2024, hanya 18 hari jelang pemungutan suara pada 27 November 2024 mendatang.
Hasilnya, elektabilitas paslon nomor 3, Pramono Anung-Rano Karno mencapai 46 persen. Angka tersebut mengungguli pesaing terkuatnya, paslon nomor 1, Ridwan Kamil-Suswono, yang elektabilitasnya 39,1 persen. Sementara, paslon nomor 2, Dharma Pongrekun-Kun Wardana Abyoto, elektabilitasnya 5,1 persen, dan responden yang tidak tahu atau tidak jawab sebanyak 9,8 persen.
Sementara itu, hasil Survei Litbang Kompas Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 juga menunjukkan persaingan ketat Pramono Anung-Rano Karno dan Ridwan Kamil-Suswono. Hasil survei Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas Pramono-Rano bersaing ketat dengan 38,3 persen. Disusul Ridwan-Suswono dengan elektabilitas 34,6 persen. Sedangkan Dharma Pongrekun-Kun Wardana berjarak cukup jauh dengan elektabilitas 3,3 persen.
Dalam survei LSI Denny JA hasilnya, paslon nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono unggul tipis dari paslon nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno. Hasilnya Ridwan Kamil-Suswono: 37,4 persen
Dharma Pongrekun-Kun Wardana: 4 persen, Pramono Anung-Rano Karno: 37,1 persen, Tidak Tahu/Tidak Menjawab: 21,5 persen, Survei LSI Denny JA pada Pilgub DKI Jakarta 2024 ini dilakukan periode 16 hingga 22 Oktober, dengan jumlah responden sebanyak 800 orang.
Lembaga Survei Indonesia menggunakan sampel survei sebanyak 1.200 orang diambil dengan menggunakan metode multistage dengan toleransi kesalahan atau margin of error +- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei ini menggunakan asumsi simple random sampling, dan hasilnya Pramono-Rano Karno: 41,6 persen, Ridwan Kamil-Suswono: 37,4 persen, dan Dharma-Kun: 6,6 persen
Katadata Telco Survei melakukan survei elektabilitas di Pilgub DKI Jakarta 2024 terhadap 800 responden di Jakarta yang memiliki hak pilih dan menggunakan nomor handphone Telkomsel.
Pengumpulan data dilakukan pada 4-9 September 2024 melalui survei telepon dengan toleransi kesalahan (Margin of Error) sekitar 3,5 persen.
Hasilnya elektabilitas Ridwan Kamil-Suswono paling tinggi, mengungguli Pramono-Rano Karno dan Dharma-Kun. Ridwan Kamil-Suswono: 48,4 persen, Pramono-Rano Karno: 22,1 persen, dan Dharma-Kun 2,1 persen.
Charta Politika melakukan survei pada 19 hingga 24 September 2024. Populasi survei merupakan warga Jakarta dengan jumlah responden 1.200. Metode survei multistage random sampling dengan margin of error +/- 2,8 persen dan hasilnya: Ridwan Kamil-Suswono 48,3 persen, Pramono Anung-Rano Karno 36,5 persen, Dharma Pongrekun-Kun Wardana 5,6 persen.
Pemerhati politik dan kebangsaan Rizal Fadillah mencatat ada 7 penyebab kekalahan Ridwan Kamil, antara lain: pertama, RK banyak penolakan dari warga Jakarta karena warga menginginkan mantan Gubernur DKI Anies Baswedan ikut dalam kompetisi akan tetapi rezim Jokowi menghalangi dengan merekayasa partai-partai agar tidak ada yang mengusung Anies. KIM mampu menarik atau membujuk PKS untuk bergabung. Pasangan pengganti Anies sodoran KIM adalah RK-Suswono. RK boneka rezim sekaligus pembunuh Anies. Warga Jakarta faham akan hal ini, karenanya mereka menolak RK.
Kedua, di samping itu RK adalah mantan Gubernur Jabar dan Walikota Bandung. Persib adalah musuh bebuyutan Persija. Jakmania sensitif pada boss bobotoh. Aspek historis dan psikopolitis ini menyebabkan RK menjadi musuh rakyat Jakarta khususnya pendukung Persija. RK ditolak dan hanya berharap menang dengan modal dukungan atau permainan kekuasaan Prabowo dan Jokowi. RK terasing dari masyarakat Jakarta. Ingin berakrab-akrab dengan panggilan Betawi "Bang" gagal karena panggilan Sunda adalah "Akang atau Teteh".
Ketiga, RK pernah menghina warga Jakarta dengan bokep atau malas dan hedon adalah gaya propaganda membangun spirit warga Jawa Barat atau Bandung. Padahal pola menghina tidak bagus sebagai pemimpin negarawan. Semestinya membangun spirit itu dengan optimalisasi potensi dab karakter, bukan melakukan pemojokan, peminggiran atau penghinaan.
Keempat, dampak sikap egois dan tidak dewasa seperti itu tentu berdampak pada elektabilitas RK-Suswono. Pasangan ini tidak mendapat dukungan sebagaimana harapan dan kesumringahan awal. RK menjadi figur yang tak disukai. Belum lagi informasi gencar pula bahwa RK gagal memimpin Jawa Barat. Ada pemberi raport merah atas kepemimpinan yang dominan atas pencitraan ketimbang prestasi.
Kelima, Suswono PKS blunder besar "menodai agama" lewat ucapannya. Suswono dikenal sebagai Menteri dari PKS era SBY dan terseret kasus suap kuota impor daging dan terima uang SKRT saat menjadi anggota DPR. Rekam jejak Suswono tidak sebersih moto PKS. Menjadi pasangan RK dinilai kontroversial karena beralasan pada threshold. MK telah mengubah threshold Pilkada yang memungkinkan PKS tidak tergantung.
Keenam, RK-Suswono tidak akan menang. Gerakan coblos semua menggerus suara, demikian juga pilihan lain rezim KIM yang bukan kepada pasangan "serba salah" ini. RK bakal keok. "Keok kawas hayam loba nu macok" (Kalah seperti ayam, banyak yang mematuk). RK-Suswono tampak semakin frustrasi dan bergoyang sendiri. (ayun).