Tidak Perang Tidak Damai, Biden-Jin Ping 3,5 Jam

Oleh Ridwan Saidi

APA yang kurang dari Indonesia, punya Mandalika, yang kata buzzer terhebat di dunia. Tapi hampa penonton. Lalu muncul stadion di Sunter, tak kalah hebat dengan Madrid. Madrid Sunter lokasi dekat Gedong Rubu, goa yang roboh karena erosi sodetan Kali Sunter. Sunter artinya air.

Madrid Sunter sebulan lagi klaar. Tapi akses ke stadion masih dalam pergulatan pemikiran escatologis dan teknis.

Apa yang kurang dari kita? Tabib Prof. Fachrudin ahli herbal Sawah Besar, Jakarta Pusat, sejak 1950-an telah berkata: Nafsu besar tenaga kurang, ibarat bubuk makan kayu. Minumlah pil Jarianol.

Kok Amerika beda sih? Seorang gadis téngténg gitar berdiri di tepi jalan dan ia lantunkan sebuah hit dari Gloria Gaynor I will survive. Lalu orang satu-satu menghentikan langkah. Akhirnya ratusan. Itu setiap hari. Itulah Allie Sherlock, street singer. Cantik jangan ditanya, tapi warna vokalnya tiada dua. Ia keliling Eropa. Buka YouTube, tak ada panel tanpa Allie. Musisi beken gantian ke jalan mendampingi Allie. Itulah spirit of frontier yang bersemi di dada Allie. Sedangkan kebanyakan kita asyik berayun-ayun bersama dongeng dan sekali-sekala membaui aroma kemenyan di kuburan orang yang sakti gak kira-kira.

VOA melaporkan pertemuan virtual Presiden USA Biden dan Presiden China Jin Ping selama 3,5 jam beberapa hari lalu, dan tidak menghasilkan kesepakatan apa-apa yang tetkait soal-soal dasar yang dipertikaikan dua negara, melainkan keduanya sepakat tidak gunakan senjata pemusnah massal.

Situasi tidak perang tidak damai, sesuai spirit of frontier, tidak disukai USA. Empirik tahun 1967, dia dobrak juga Mesir. Tentu ini tak mengenakkan dunia Islam.

Perang Amerika vs China tentu meletus, be sure of this. Perang akan nengimbas negara sekitar, termasuk Indonesia. Copras capres? Better U forget it. Whether U like it or not.

It can be understood kalau beberapa orang beken Indonesia pergi ke USA. Mungkin urusan berobat, mungkin ada yang bertobat, mungkin ada juga yang eratkan bersahabat.

Saya ingat Chairil Anwar, kami sempat tinggal bersebelahan rumah di Sawah Besar. Saat itu aku masih kecil. Kukutip sebait sajaknya;

Cemara berderai sampai jauh//Terasa hari menjadi akan malam//Ada beberapa dahan ditingkap merapuh//Dipukul angin yang terpendam.

*) Budayawan

241

Related Post