Unboxing Kertas Suara di Taiwan Mempertontonkan Secara Nyata Awal Kecurangan Pemilu

Jakarta, FNN – Mungkin tahun 2023 menjadi tahun terburuk bagi Indonesia pasca-reformasi. Korupsi makin menggila, nepotisme dipertontonkan terang-terangan di depan mata, kepatutan dan kewarasan dihilangkan, dinasti politik diserahkan langsung di atas meja, dan lain sebagainya. Bahkan, pesta demokrasi (Pemilu) yang tinggal beberapa hari pun sudah dinodai dengan berbagai kecurangan yang dipertontonkan terang-terangan.

“Anehnya, pelakunya menganggap hal ini biasa-biasa saja dan perlu diteruskan walaupun harus melalui fenomena demokrasi yang pura-pura,” ujar Hendri Satrio dalam diskusi bersama Abraham Samad di kanal You Tube Abraham Samad Speak Up edisi Kamis (4/1).

Hendri mengatakan demokrasi pura-pura karena dia tidak menemukan alasan buat Jokowi dan pasangan nomor dua untuk tidak memaksakan kemenangan satu putaran lewat Bansos, BLT, dan lain-lain. Hendri bersyukur Tuhan Yang Maha Esa mempertontonkan awal dari semua kecurangan itu.

Unboxing kertas suara di Taiwan yang kata Jokowi takut kantor posnya tutup, itu kan fenomena alam yang menggerakkan orang yang menerima kertas suara itu unboxing dengan difoto dan mengatakan, horee… saya sudah dapat kertas suaranya, coblos nomor dua. Itu semesta, Bang,” ujar Hendri kepada Abraham Samad.

Walaupun KPU sudah mengatakan tidak sah, lanjut Hendri, sampai hari ini kita tidak pernah tahu kertas suara sudah dikirimkan ke mana saja. Sebuah kebetulan jika ada yang terbuka di Taiwan. Kita tidak tahu di negara-negara lain. Kita juga tidak pernah tahu bagaimana distribusi ke pelosok-pelosok negeri. Atau jangan-jangan sudah semua terdistribusi ke tempat-tempat yang tidak bisa kita pantau. Kecurangan yang terjadi di Taiwan baru baru satu tempat.

“Saya tidak menuduh KPU melakukan kecurangan, ini harus digaris bawahi, karena pemilu harus jadi. Tetapi, kita tidak pernah tahu berapa kertas suara yang sudah dikirimkan oleh KPU. Apakah di Taiwan saja? Walaupun KPU mengatakan itu surat suara tidak sah, apa yang dilakukan? Dikirim balikkah, dibakarkah? Kita tidak pernah tahu,” tambah Hendri.

Pertanyaannya kemudian adalah apakah ini hanya terjadi di Taiwan? Bagaimana dengan yang terjadi di Singapura dan Malaysia? Lima tahun lalu juga terjadi skandal di Malaysia. Apa yang terjadi dengan kertas suara yang dikirimkan ke Thailand, negara-negara Eropa, Amerika kita tidak pernah tahu. Karena Jokowi kepala negara sendiri mengatakan takut kantor posnya tutup.

“Jadi, artinya memang ada pengiriman yang diketahui oleh Presiden, Bang. Karena presiden yang membela KPU, takut kantor posnya tutup. Presiden mengetahui bahwa sudah ada kertas suara yang dikirimkan duluan,” tegas Hendri.

Hendri juga curiga jangan-jangan bukan hanya ke luar negeri saja, tapi sudah sampai juga di daerah-daerah terluar Indonesia.

“Ini kalau Jokowi tidak komentar, Bang, nggak apa-apa. Maksud saya itu akan berhenti di level KPU. Tetapi, pada saat Presiden mengatakan takut kantor posnya tutup karena Natal dan Tahun Baru, artinya presiden mengetahui ada pengiriman kertas suara dan penguasa tahu,” ujar Hendri.(ida)

580

Related Post