Anies dan Buku yang Dibaca: Menggelitik Kebijakan dengan Caranya
Oleh Ady Amar - Kolumnis
Lewat buku yang diunggahnya itu pula sejatinya ia tengah mengeritik kebijakan salah dengan caranya.
ANIES Baswedan piawai dalam menggelitik nalar publik. Bagi yang tak berdekatan secara pemikiran, atau boleh pula disebut mereka yang berjarak dalam sikap dan pilihan politik, biasa jika mesti merespons dengan tak sedap. Menggelitik ala Anies, itu tak perlu gunakan celotehan usil, atau apalagi sumpah serapah, yang itu jauh dari tabiatnya.
Persoalan muncul di ruang publik, persoalan apa saja, yang tak disikapi Anies dengan narasi berbantahan menjadi polemik. Tentu akan menyakitkan para pihak yang berada dalam pusaran persoalan, atau para pihak yang turut andil menghadirkan persoalan. Anies memilih cara lain, tapi cukup menyentak.
Menggelitik Anies itu mengeritik, dan itu cara yang dipilihnya. Tentu tidak sekadar kritik tapi juga memberi solusi apa yang mesti dilakukan. Menjadi biasa jika yang dilakukan Anies itu mengeritik lewat buku yang sedang dibacanya.
Anies kerap mengunggah buku yang tengah dibacanya. Dipampangkan dengan jelas judul buku itu, memang tampak disengaja. Bisa dengan pose buku sedang dibacanya, atau buku diletakkan dipangkuannya. Judul buku jadi tampak jelas, sekaligus dengan nama penulisnya.
Itulah style menggelitik Anies dengan buku yang diunggahnya. Menggoda mereka yang terbiasa bicara tanpa basic ilmu dalam mengambil dan memutuskan kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Dan, yang muncul kebijakan grusa-grusu tanpa pemikiran matang.
Membaca buku Anies, itu lebih pada "membaca" Anies lewat buku yang dibacanya. Tidak sekadar Anies yang terlihat tengah membagi momen sedang membaca buku, tapi lebih pada buku yang dibacanya seperti punya korelasi dengan kondisi bangsa. Sengaja diunggah untuk diketahui khalayak luas, utamanya para pengambil kebijakan. Gaya Anies yang menggelitik, itu bisa dilihat sebagai solusi dari persoalan yang muncul. Itu lah cara santun Anies, cukup hadirkan buku, yang itu bisa jadi sumbangsih mengurai persoalan yang tengah dihadapi.
Menjadi aneh jika cara Anies membagi momen itu disalahpahami seolah sekadar pamer akan buku yang sedang dibacanya. Padahal itu cara berbagi sekaligus memberi solusi, bagaimana negeri ini bisa keluar dari persoalan yang membelit.
Setidaknya, seingat penulis, Anies pernah mengunggah dua buku yang tengah dibacanya, tapi mampu menimbulkan kehebohan tersendiri. Bukan saja karena Anies yang menghadirkan buku itu, tapi lebih pada situasi negeri yang pas digambarkan oleh isi buku yang diunggahnya. Buku pertama yang diunggah, Minggu (22 November 2020) berjudul How Democracies Die (Bagaimana Demokrasi Mati). Buku karya Prof. Steven Levitsky dan Prof. Daniel Ziblatt.
Anies mengunggahnya di media sosialnya, Facebook dan Twitter, dengan foto diri ia sedang serius membaca buku di ruang baca rumahnya. Tampak ia duduk santai di kursi dengan baju putih lengan pendek, mengenakan sarung motif kotak-kotak warna maron. Menghadirkan suasana serius tapi santai. Anies duduk di kursi dengan latar belakang rak buku yang berjejer rapi buku di situ. Di sampingnya terdapat meja panjang, yang diatasnya diletakkan foto-foto, dan kaligrafi menempel di dinding ruang yang bercat putih. Sapanya, "Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi." Tak ada perkataan lain. Tapi pesan kuat yang muncul, bahwa Anies tengah berbicara lewat buku yang dibacanya.
Buku yang diunggah Anies itu berkisah tentang munculnya pemimpin yang lahir dari proses demokrasi (Pilpres), tetapi dalam perjalanan kepemimpinan dan kekuasaannya berubah menjadi otoriter.
Ada ungkapan menarik dari Prof. Steven Levitsky, yang menjelaskan isi buku:
"Institusi menjadi senjata politik, digunakan secara paksa oleh mereka yang berkuasa melawan kelompok yang tidak berkuasa. Begitulah cara otokrat tampil meruntuhkan demokrasi, memenuhi dan 'mempersenjatai' peradilan dan badan negara netral lainnya, membeli media dan sektor swasta (atau menekan mereka untuk diam), dan menulis ulang aturan main politik agar membuat arena pertandingan jadi tak adil bagi lawan."
Anies pastilah sengaja mengunggah buku menggelitik itu, bahkan terkesan demonstratif. Jika lalu ada yang tersengat, itu sah-sah saja. Tanda tersadar bahwa demokrasi memang sedang tidak dijalankan dengan semestinya.
Sedang buku kedua yang diunggah Anies, itu berjudul Principles for Navigating Big Debt Crises (Prinsip-prinsip Menavigasi Hutang Besar), karya Ray Dalio, Rabu (26 April 2023). Ray Dalio adalah seorang investor kesohor dunia. Kali ini Anies berpose santai duduk di kursi pantai sambil menghadap ke laut lepas. Seperti menikmati suasana sunsite, menghadirkan panorama indah. Satu kakinya ditekuk sedang kaki satunya diselonjorkan memanjang. Buku yang diunggahnya itu seperti baru akan dibacanya. Karenanya, judul dan penulisnya bisa terlihat jelas.
Buku yang diunggah Anies seperti menggelitik pengambil kebijakan utama negeri, sembari menghadirkan solusi bagaimana negeri ini bisa terepas dari gurita lilitan hutang. Buku Big Debt Crises, berisi gagasan Ray Dalio bagaimana kebijakan publik merespons masalah krisis utang. Juga menyajikan penjelasan cara mengatasi krisis agar tak terulang.
Buku ini lebih pada studi kasus, di mana Ray mengangkat peristiwa Depresi Hebat disekitar 1930-an, dan krisis keuangan tahun 2008 yang mengguncang dunia. Pula dipaparkan sejarah krisis, dan mengapa krisis itu bisa terjadi.
Tak ketinggalan pula Ray menjelaskan bagaimana perusahaan miliknya, Bridgewater Associate, dalam mengatasi dan melewati krisis yang terjadi. Ungkapnya yang lain dalam bukunya itu, bahwa krisis bisa terulang, tapi polanya bisa terbaca, dan karenanya akan mudah diatasi.
Anies di Twitter-nya memberikan caption sebagai keterangan gambar, dan seperti biasanya menyapa dengan narasi membangun optimisme yang menyejukkan.
"Matahari yang terang itu, kini mulai meredup terbenam. Teduh, semilir dan tenang untuk membaca dan bersiap. Sebelum esok menyambut hari yang baru dan lebih baik.
Bagi yang telah mengakhiri masa liburan, selamat bersiap kembali bekerja dan berkarya esok hari."
Anies Baswedan yang Bakal Calon Presiden (Bacapres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), yang diusung Partai NasDem, Partai Demokrat dan PKS, ini mampu menggelitik dengan caranya, memberi kesadaran baru lewat buku yang diunggahnya. Lewat buku yang diunggahnya itu pula sejatinya ia tengah mengeritik kebijakan salah dengan caranya. Anies memang keren.**