Bahagia Bersama di Hari Raya
Oleh Muhammad Chirzin - Guru Besar UIN Jogjakarta
Ibadah puasa sebulan lamanya mengolah raga, jiwa, dan rasa; mencerahkan rohani, meningkatkan mutu aqidah, ibadah, dan mu’amalah.
Puasa menyuburkan iman di dalam dada, mendorong untuk giat bekerja; bergaul dengan sesama secara benar: tepo-seliro, santun, ikhlas, jujur, dan adil.
Allah swt mendidik manusia dengan puasa, agar mereka merdeka dari penjajahan hawa nafsu, dan menjadi orang yang bertakwa.
Takwa ialah melaksanakan perintah-perintah Allah swt dan memelihara diri dari maksiat kepada Allah swt, dan dari berbuat buruk kepada makhluk-Nya.
Orang beriman meyakini dua dimensi kehidupan: dunia dan akhirat. Setiap orang mendambakan kehidupan yang baik pada keduanya.
Allah swt menuntunkan doa paling indah dan sempurna dalam Al-Quran,
Tuhan, anugerahilah kami segala yang baik di dunia, dan segala yang baik di akhirat, serta peliharalah kami dari azab neraka. (Al-Baqarah/2:201).
Orang beriman mempunyai dua dimensi hubungan yang harus selalu dipelihara dan dilaksanakan: hubungan dengan Allah swt, dan sesama manusia.
Hubungan vertikal dengan Allah swt dilaksanakan dengan menjalankan perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya, berdzikir, dan tafakur, serta tawakal kepada-Nya.
Hubungan horizontal dengan sesama dibina dengan memperteguh lima matra persaudaraan:
(1) persaudaraan sesama manusia - ukhuwah insaniyah-basyariyah;
(2) persaudaraan suku-bangsa - ukhuwah sya’biyah-wathaniyah;
(3) persaudaraan pemeluk agama - ukhuwah diniyah;
(4) persaudaraan seiman - ukhuwah imaniyah; dan
(5) persaudaraan nasab-perkawinan - ukuwah nasabiyah-shihriyah.
Pertama, seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena berasal dari satu ayah-ibu: Adam dan Hawa.
Hai anak-anak Adam, jangan biarkan setan menggodamu, seperti perbuatannya mengeluarkan ibu-bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian supaya mereka memperlihatkan aurat. Ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat, dan kamu tak dapat melihat mereka. Kami jadikan setan sekutu orang tak beriman (QS Al-A’raf/7:27).
Kedua, persaudaraan kebangsaan.
Hai manusia, Kami ciptakan kamu dari satu pasang laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu beberapa bangsa dan suku bangsa, supaya kamu saling mengenal, bukan saling membenci dan bermusuhan. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah yang paling bertakwa. Allah Mahatahu, Maha Mengenal (QS Al-Hujurat/49:13).
Kemuliaan seseorang di hadapan Allah swt bukan karena pangkat, jabatan, kekuasaan, dan kekayaan, serta kesukuan atau kebangsaan, akan tetapi karena ketakwaan.
Ketiga, persaudaraan pemeluk agama.
Katakanlah, “Wahai Ahli Kitab, marilah menggunakan istilah yang sama antara kami dan kamu: bahwa kita takkan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Dia; bahwa kita takkan saling mempertuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling, katakanlah, “Saksikanlah bahwa kami orang-orang yang tunduk bersujud kepada Allah. (QS Ali Imran/3:64).
Keempat, persaudaraan seiman.
Orang-orang mukmin sesungguhnya bersaudara; maka rukunkanlah kedua saudaramu yang berselisih, dan bertakwalah kepada Allah, supya kamu mendapat rahmat (QS Al-Hujurat/49:10).
Berpeganglah kamu semua pada tali agama Allah, dan jangan bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, maka jadilah kamu karena nikmat Allah bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran/3:103)
Kelima, persaudaraan keturunan dan perkawinan.
Allah menjadikan buat kamu pasangan dari kodratmu sendiri, dan Ia menjadikan dari pasangan itu anak-anak, laki-laki dan perempuan, serta cucu, dan Ia memberikan kepadamu rezeki yang baik. Apakah mereka masih percaya kepada yang batil dan tidak mensyukuri nikmat Allah? (QS An-Nahl/16:72).
Orang-orang beriman niscaya memelihara perilaku diri-sendiri, keluarga, dan mereka yang dekat atas dasar habungan darah maupun perkawinan.
Wahai orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu, dijaga para malaikat yang keras dan tegas, tak pernah membangkang apa pun yang diperintahkan Allah kepada mereka, serta melaksanakan segala yang diperintahkan. (QS At-Tahrim/66:6).
Allah Swt mengajarkan aneka kebajikan yang mengantarkan manusia pada ketakwaan kepada-Nya.
Kebaikan itu bukan menghadapkan muka ke timur atau ke barat; tetapi kebaikan ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi; memberikan harta benda yang dicintai kepada para kerabat, anak-anak yatim, fakir-miskin, orang dalam perjalanan, dan orang-orang yang meminta-minta, serta untuk memerdekakan hamba sahaya; mendirikan shalat dan menunaikan zakat; memenuhi janji bila berjanji, dan sabar dalam penderitaan, kesengsaraan, dan dalam suasana kacau. Mereka itulah orang yang benar; dan mereka itulah orang yang bertakwa. (Al-Baqarah/2:177)
Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang melepaskan muslim dari kesusahan dunia, niscaya Allah melepaskannya dari kesusahan pada hari kiamat; siapa yang memudahkan orang yang mengalami kesusahan, niscaya Allah swt memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan siapa yang menutup aib muslim, niscaya Allah swt menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah swt senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (HR Muslim).
Rasulullah saw berpesan, “Gunakan yang lima sebelum yang lima: muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, luang sebelum sibuk, dan hidup sebelum mati.”
Tak ada baiknya ucapan tanpa pengamalan.
Pengetahuan tanpa ketakwaan.
Sedekah tanpa ketulusan.
Dan kekayaan tanpa kedermawanan.
Siapa yang bertakwa dilindungi Allah.
Siapa yang bertawakal dicukupi kebutuhannya.
Siapa yang bersyukur ditambah nikmat-Nya.
Siapa yang bersedekah dilipatgandakan balasannya.
Allah swt adalah tujuan pencarian.
Setiap amal yang tidak dimaksudkan karena Allah sia-sia.
Setiap hati yang tidak dihubungkan dengan Allah menderita.
Keseimbangan antara keinginan dan kebutuhan itulah yang membawa pada kepuasan pribadi.
Kebahagiaan adalah dambaan setiap insan.
Setiap orang menentukan kebahagiaannya sendiri.
Kebahagiaan dirasakan oleh orang yang puas terhadap diri sendiri.
Kebahagiaan yang sebenarnya adalah hidup dengan rendah hati.
Kebahagiaan tak mungkin terwujud tanpa dukungan ketabahan.
Keadilan, kebenaran, dan kebebasan, itulah pangkal kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah keharmonisan pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Raja ataupun petani bahagia bila damai dalam rumah tangga.
Jalan menuju kebahagiaan: bebaskan hatimu dari rasa dendam dan rasa takut; hidup sederhana, sedikit berharap, banyak memberi; isilah penuh harapanmu dengan kasih sayang; pancarkanlah cahaya; lupakanlah dirimu sendiri dan ingatlah orang lain; perlakukanlah sesama manusia seperti engkau ingin diperlakukan.
Berbahagialah atas apa yang kaudapat hari ini, dan berusahalah, serta mohonlah kepada Tuhan untuk kebaikan hari esok.” (Nabi Muhammad saw).