Bung Karno tanpa Gelar Proklamator
Oleh Prihandoyo Kuswanto - Rumah Kajian Pancasila
HARI ini Sabtu, 24 Juni 2023 GBK atau Gelora Bung Karno menjadi ajang show of force PDIP yang ingin menunjukkan kebesaran dan kekuasaan partai berlambang kepala Banteng mata merah dan mulut berbusa.
Selama ini dibuat untuk menunjukkan Nasionalisme, dibuat banyak patung Bung Karno dan jika musim pemilu begini gambar Bung Karno bertebaran dijadikan back drop atau Bahlio calon presiden maupun DPR atau jika Pilkada ya calon Gubernur, Bupati, Walikota memakai gambar Bung Karni di back drop nya.
Banyak yang mengaku Soekarnois tidak mengerti sesungguhnya tentang ajaran Soekarno.
Sejak UUD 1945 diganti dengan UUD 2002.maka negara secara total sudah bukan negara yang diproklamasikan 17 Agustus 1945. Pancasila sebagai dasar negara diganti dengan individualisme, liberalisme, dan kapitalisme .
Kekuasaan tidak lagi dimusyawarahkan melalui permusyawaratan perwakilan tetapi dipertarungkan banyak banyakan suara, kalah menang kuat-kuatan maka butuh show of force jadi terpentalah ajaran Soekarno Persatuan Indonesia. Seakan kalau bukan PDIP tidak ada nasionalisme, padahal jika kita merasakan kedaan hari ini justru ajaran Soekarno dijungkirbalikkan dengan model demokrasi liberal.
Di dalam lintasan sejarahnya Indonesia dibentuk dengan aliran pemikiran anti terhadap penjajahan. Penjajahan lahir dari kolonialisme yang bersumbar pada liberalisme, kapitalisme individualisme.
Oleh sebab itu protes kita sebagai bangsa terhadap individualisme adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Prinsip anti terhadap penjajahan bukan hanya diuraikan didalam pembukaan UUD 1945, tetapi harus diingat Pancasila adalah anti tesis terhadap paham Individualisme.
BPUPKI rapat besar pada tanggal 15-7-1945 dibuka pukul 10.20 mengatakan (cuplikan): Pidato Soekarno....
”Maka oleh karena itu jikalau kita betul-betul hendak mendasarkan negara kita kepada faham kekeluargaan, faham tolong menolong, faham gotong royong, faham keadilan sosial, enyakanlah tiap-tiap pikiran,tiap-tiap faham individualisme dan liberalisme daripadanya.“
Jadi mengapa pendiri negeri ini anti terhadap individualisme, liberalisme, kapitalisme, sebab semua itu sumber dari kolonialisme imperialisme yang menjadi dasar perjuangan bangsa ini untuk melawan dengan mengorbankan harta, darah dan nyawa.
Kita hidup tidak terlalu lama oleh sebab itu, sebagai anak bangsa, kita harus mempunyai kesadaran bersama, bahwa, kerusakan negara (seperti sekarang) ini, tentu, tidak dikehendakai oleh para pendiri bangsa seperti Soekarno, Hatta, Soepomo, Haji Agus Salim, Ki Bagus Hadi Kusumo, KH Wahid Hasym dan pahlawan-pahlawan yang telah berjuang untuk melahirkan negara Indonesia.
Para pengamandemen UUD 1945 rupanya tidak memahami sistem yang mendasari UUD 1945, Akibatnya amandemen yang dilakukan telah merusak sistem bernegara dan bahkan menghancurkan tata nilai negara dengan tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dengan digantinya UUD 1945 dengan UUD 2002 artinya negara yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 telah musnah. Indonesia hari ini bukan Indonesia yang diproklamasikan Soekarno Hatta sebab sudah tidak berdasarkan Pancasila diganti dengan individualisme, liberslisme, kapitalisme.
Artinya gelar Proklamator Soekarno-Hatta sudah tidak ada lagi sebab negaranya sudah diganti.
Padahal Bung Karno mengatakan UUD1945 itu adalah UUD yang keramat.
Jika memang yang sekarang sedang kumpul di GBK itu adalah Soekarnois tulen pasti akan mati matian mempertahankan UUD 1945 yang keramat itu tetapi yang terjadi justru sebaliknya PDIP melalui ketua fraksinya Yakob Tobing sebagai motor penggerak amandemen, bukan hanya amandemen tetapi justru UUD1945.diganti dengan UUD 2002.
Akibat dari amandemen yang ngawur itu telah memporakporandakan negara yang dengan susah payah didirikan Soekarno .
Bahkan ideologi Pancasila dihabisi diganti dengan individualisme, liberalisme, kapitalisme, padahal Pancasila itu antitesis dari individualisme, liberalisme, kapitalisme.
UUD 1945 itu adalah UUD yang dalam pembentukannya memohon petunjuk Allah.
Cuplikan pidato Bung Karno di sidang PPKI.
”Alangkah keramatnja, toean-toean dan njonja-njonja jang terhormat, oendang2 dasar bagi sesoeatoe bangsa. Tidakkah oendang2 sesoeatoe bangsa itoe biasanja didahoeloei lebih doeloe, sebeloem dia lahir, dengan pertentangan paham jang maha hebat, dengan perselisihan pendirian2 jang maha hebat, bahkan kadang2 dengan revolutie jang maha hebat, dengan pertoempahan darah jang maha hebat, sehingga sering kali sesoeatoe bangsa melahirkan dia poenja oendang2 dasar itoe dengan sesoenggoehnja di dalam laoeatan darah dan laoetan air mata.
Oleh karena itoe njatalah bahwa sesoeatoe oendang2 dasar sebenarnja adalah satoe hal jang amat keramat bagi sesoeatoe rakjat, dan djika kita poen hendak menetapkan oendang2 dasar kita, kita perloe mengingatkan kekeramatan pekerdjaan itoe.
Dan oleh karena itoe kita beberapa hari jang laloe sadar akan pentingnja dan keramatnja pekerdjaan kita itoe. Kita beberapa hari jang laloe memohon petoendjoek kepada Allah S.W.T., mohon dipimpin Allah S.W.T., mengoetjapkan: Rabana, ihdinasjsiratal moestaqiem, siratal lazina anamta alaihim, ghoiril maghadoebi alaihim waladhalin.
Dengan pimpinan Allah S.W.T., kita telah menentoekan bentoek daripada oendang2 dasar kita, bentoeknja negara kita, jaitoe sebagai jang tertoelis atau soedah dipoetoeskan: Indonesia Merdeka adalah satoe Republik. Maka terhoeboeng dengan itoe poen pasal 1 daripada rantjangan oendang2 dasar jang kita persembahkan ini boenjinja: “Negara Indonesia ialah Negara Kesatoean jang berbentoek Republik”.
bukan sistem Presidenseil maupun sistem Parlementer. Sistem sendiri atau sistem MPR itu pengejawantahan dari negara semua untuk semua. Pengejawantahan negara Gotongroyong. Oleh sebab itu, sistem keanggotaan MPR adalah keterwakilan. Maka disebut utusan golongan. Bukan keterpilihan dari hasil banyak-banyakan suara. Yang menghasilkan mayoritas yang banyak suaranya, minoritas yang sedikit suaranya.
Model menang kalah, banyak-banyakan suara Pilkada, Pilsung, seperti ini bertentangan dengan Bhinneka Tunggal Ika sekaligus bertentangan dengan Pancasila. Panca Sila itu antitesis dari Individualisme, Librralisme, Kapitalisme. Yang melahirkan kolonialisme penjajahan dan menimbulkan perang dunia kesatu dan perangkatnya dunia keduanya.( *)