Di Balik Paten Anti-Virus Corona: Bisnis Baru China?

Oleh Mochamad Toha

Jakarta, FNN - Dalam tulisan sebelumnya, saya sempat menyinggung soal tidak tertutup kemungkinan virus corona yang tersebar pertama di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, itu adalah uji coba dari senjata biologis yang sengaja diciptakan China.

Indikasi ini terlihat, kini China sedang ajukan Hak Paten untuk Antivirus Corona. Adalah Wuhan National Biosecurity Laboratory atau dikenal dengan nama Institut Virologi Wuhan sebagai lembaga yang meneliti berbagai virus yang berlokasi di Wuhan.

Melansir Detik.com, Kamis (06 Feb 2020 13:45 WIB), Peneliti China mengajukan hak paten obat hasil eksperimen yang mereka yakini bisa memerangi virus corona baru.

Institut Virologi Wuhan yang berada di pusat kota China ini tengah mengajukan permohonan penggunaan obat antivirus yang dikenal dengan remdesivir, untuk mengobati virus corona baru.

Pengajuan hak paten obat itu sudah dilakukan sejak 21 Januari 2020. Temuan para ilmuwan menunjukkan kombinasi remdesivir dan chloroquine ketika diuji coba ke virus corona baru (2019-nCov) di laboratorium sangat efektif untuk memerangi virus corona baru.

Berbeda dengan remdesivir yang merupakan antivirus terbaru, chloroquine adalah obat antimalaria yang sudah dikenal sejak 80 tahun yang lalu. China sudah bisa memproduksi chloroquine sehingga mereka tinggal membutuhkan paten untuk menggunakan remdesivir.

Melansir situs Straits Times, remdesivir saat ini dalam tahap uji klinis terhadap pasien yang menderita infeksi virus corona di China.

Kepala Staf Medis Gilead Merdad Parsey, mengatakan saat ini ada dua pasien dengan gejala infeksi virus corona yang parah dirawat dengan remdesivir.

Gilead mengirimkan obat itu dalam dosis yang diperkirakan cukup untuk merawat 500 pasien dan pasokan itu bisa ditambah jika uji klinis itu berhasil. Hingga Rabu (5/2/2020) ini, Gilead bekerja cepat untuk menghasilkan lebih banyak obat.

Pernyataan Gilead ini justru menunjukkan bahwa Institut Virologi Wuhan sebelumnya sudah menyiapkan antivirus corona yang kemudian diuji-coba ke pasien yang kini dirawat di rumah sakit di China. Hasilnya, 475 pasien dinyatakan sembuh dan sehat.

Seperti ditulis Detik.com sebelumnya, Selasa (04 Feb 2020 18:08 WIB), meski jumlah pasien yang terinfeksi virus corona tipe baru bertambah setiap harinya, angka kesembuhannya pun terbilang meningkat.

Dilaporkan sebanyak 475 pesien virus corona telah dikeluarkan dari RS setelah menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Komisi Kesehatan Nasional China dalam keterangan resminya yang dikutip dari The Star menyebut sekitar 147 orang pada Minggu (2/2/2020) keluar dari RS, 80 diantaranya dari Hubei, setelah benar-benar bersih dan negatif virus corona.

Hingga kini, jumlah total kasus infeksi virus corona dikabarkan mencapai 20.438 dengan total kematian sebanyak 425 jiwa, bahkan data terakhir mencapai 600 jiwa lebih. Di luar China, sedikitnya 180 kasus dilaporkan termasuk data mengenai korban meninggal.

Hingga Selasa, (04/02/2020) WHO mengabarkan virus corona positif tersebar di 27 negara. Diantaranya, Amerika, Australia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Singapore, Nepal, Angola, dan beberapa negara besar di Eropa.

Tercatat 425 orang dinyatakan meninggal dunia, dan 17.825 orang terinfeksi virus corona. Sebanyak 52 negara juga sudah mengumumkan berbagai warning kepada setiap warga negaranya yang berkunjung ke China.

Secara ekonomi, pasar bursa di China juga mengalami kepanikan yang luar biasa. CNBC Indonesia memberitakan, 5.700 triliun rupiah dana bursa diamankan para pemain bursa.

Sehingga Bank Central China harus menyuntikkan dana sangat fantastis yaitu sebesar 178 miliar dolar agar pasar bursa tetap hidup plus berbagai macam instrumen insentif per-bank-kan yang dilakukan otoritas China untuk menjaga stabilitas ekonomi negaranya.

Di dalam tataran masyarakat kepanikan lebih menjadi-jadi. Hampir sudah seluruh daratan China dinyatakan “berbahaya” dan berpotensi terjadi penularan virus corona. Jutaan masyarakatnya dikarantina, diberlakukan jam malam super ketat, tidak boleh bepergian keluar rumah.

Mengapa kondisi China hari ini begitu berbanding terbalik dengan China yang super megah dengan berbagai macam kemajuan dan lompatan teknologi yang mereka capai? Hampir dua dasawarsa ini, ramai kita dengar berbagai rasa takjub.

Dengan geostrategi politik BRI (Belt, and Road Initiative) China menjelma menjadi raksasa baru ekonomi dunia. Secara ekonomi dan lompatan penguasaan teknologi China itu bahkan dianggap setara atau sudah melampaui Amerika.

Produk-produk China membanjiri santero dunia. China pun adalah negara yang mempunyai cadangan devisa negara dalam bentuk dolar terbesar di dunia. Kini kita melihat, kemegahan China mulai meredup, seiring serangan virus corona.

Namun, di balik itu semua bahwa China kini tampaknya sudah menemukan vaksin antivirus corona yang siap dipatenkan. Tentu saja tidak salah kalau kita patut curiga, jangan-jangan virus corona itu memang ciptaan China sendiri?!

Silakan hitung sendiri, sesuai catatan WHO, sekarang ini virus corona positif tersebar di 27 negara. Diantaranya, Amerika, Australia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Singapore, Nepal, Angola, dan beberapa negara besar di Eropa.

Dan ingat, virus corona ini bisa dengan mudah menyebar luas di tengah-tengah masyarakat dunia. Kalau China sudah berhasil mematenkan antivirus corona itu, bisa dibayangkan, berapa nilai keuntungan yang bakal diperoleh dengan “bisnis” vaksin corona ini.

Untuk uji coba itu bagi China tidak masalah meski harus "mengorbankan" rakyatnya sendiri. Bahkan, untuk jumlah korban pun masih ada upaya menutupinya. Ini diungkap oleh media online terbesar China, Tencent, yang menyajikan hasil liputannya.

Tencent menyajikan jumlah data kematian dan yang terinfeksi virus Corona di Wuhan jauh melebihi angka resmi yang dirilis pemerintah China, seperti dilansir oleh Tempo.co, Kamis (6 Februari 2020 19:54 WIB).

Tencent pada 26 Januari 2020 dalam hasil liputannya yang diberi judul Epidemic Situation Tracker menunjukkan jumlah korban infeksi virus corona yang tewas di Wuhan mencapai 24.589 orang dan korban yang terinfeksi di kota itu sebanyak 154.023 orang.

Seperti dilaporkan Taiwan News.com, 5 Februari 2020, Tencent memuat data itu pada 1 Februari 2020 jam 11 malam 39 menit dan 4 detik.

Setelah beberapa saat kemudian, media yang dimiliki konglomerat multinasional China itu, mengganti data tersebut sesuai dengan data yang dirilis pemerintah China, yaitu 304 orang tewas dan 14.446 kasus terinfeksi virus corona di Wuhan.

Seorang netizen Taiwan, Hiroki Lo kemudian melaporkan bahwa sebelum data diubah mengikuti data pemerintah China, Tencent dan NetEase sempat mengunggah kata: statisitik tidak dimodifikasi.

Perbedaan data yang dirilis Tencent dan pemerintah memunculkan berbagai dugaan serta spekulasi. Ada yang menyebut sebagai teori konspirasi tanpa merinci alasannya.

Namun beberapa orang menduga data ini sengaja dibocorkan jurnalis karena berseberangan dengan Beijing. Ada juga yang mengatakan ini semacam rekayasa data digital.

Tencent sendiri tak memberikan data yang jauh lebih tinggi dari data pemerintah China. Daily mail menulis, salah satu pengguna Twitter yang mengklaim sebagai analis politik berkantor di Taiwan menyajikan data yang menunjukkan jumlah angka kematian.

Menurutnya, akibat wabah virus corona di China mencapai 12,781 orang pada 27 Januari 2020 jam 8.30 malam waktu setempat. Saat yang sama, data pemerintah menyebut jumlah yang tewas sebanyak 80 orang.

Situs Secret China juga mengutip laporan Tencent yang menyebut 2.577 orang tewas pada 26 Januari, atau 130 kali lebih banyak dari data pemerintah China. Forum diskusi online yang fokus pada topik-topik yang sensitif, Pincong, menanggapi data Tencent.

“Tidak tahu apakah hal ini benar, tapi data ril lebih tinggi dibandingkan yang resmi. Karena, sebagian besar yang menderita di Wuhan telah mengirim permintaan bantuan mereka melalui WeChat, menuding rumah sakit-rumah sakit menolak menerima mereka setelah mereka dinyatakan terinfeksi.”

Data Tencent pun sesuai perkiraan atas hasil studi modelling ilmiah oleh Univeristas Hong Kong dan dipublikasikan di situs Lancet. Studi ini menyebutkan pada 25 Januari 2020, kemungkinan jumlah orang yang terinfeksi virus Corona mencapai 75.815 orang di Wuhan.

Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan data pemerintah pada tanggal 6 Februari yakni 28 ribu orang.

Dari perhitungan pada 25 Januari hingga 1 Februari 2020, jumlah kasus infeksi virus corona di Wuhan saja menurut studi Universitas Hong Kong telah mencapai 150 ribu kasus. Ini artinya mendekati data Tencent, yakni 154.023 kasus.

Mendekati 12 hari sejak laporan ini dirilis, studi ini memperkirakan jumlah orang yang terinfeksi virus corona di Wuhan mencapai 300 ribu orang.

Hingga Kamis (6 Februari 2020), data resmi pemerintah China menyebutkan jumlah korban tewas akibat wabah virus Corona sebanyak 560 orang dan lebih dari 28 ribu orang terinfeksi. Sebagian besar korban tewas dan terinfeksi ditemukan di Wuhan.

Penulis adalah wartawan senior

904

Related Post