Diaspora Politik Purnawirawan TNI
Oleh : Brigjen TNI Purn Drs. Aziz Ahmadi, M. Sc. - Pemerhati Politik dan Pertahanan
PENDULUM sejarah TNI berubah drastis. Dwifungsi ABRI ditanggalkan. Berganti nama TNI, sebutan ABRI ditinggalkan.
Perubahan arah yang lebih dramatis, terjadi di ranah politik praktis. Searah dengan dinamika perkembangan kebijakan dan situasi sosial politik nasional.
Purnawirawan TNI, terutama perwira tingginya (Pati), merasa masih haus iingin mengabdi. Merasa belum cukup, 30-35 tahun berkarya. Merasa belum puas atau masih bisa produktif, ketika usia 58 tahun dipensiun.
Era demokratisasi seperti saat ini, partai politik adalah segala-galanya. (Partai) politik adalah panglima. Doeloe ada adagium, "jika ingin menjadi lurah masuklah ABRI". Kini berubah total. Dalil terbaru adalah, "mau jadi atau ingin apa saja - termasuk korupsi - bikin atau masuklah partai politik".
Mainstrem kecenderungan itu, melabrak disiplin dan loyalitas purnawirawan TNI. Diaspora politik itu, mewabah dan mengacak-acak sendi-sendi soliditas purnawirawan TNI.
Secara kultural dan stelsel pasif, para purnawirawan tanpa perlu melakukan tindakan hukum/administrasi tertentu, secara generatif dan otomatis, dianggap menjadi Anggota Pepabri = Persatuan Purnawirawan TNI/Polri. Begitu juga menjadi anggota organisasi purnawirawan masing-masing Angkatan, (PPAD, PPAL, PPAU) & PP Polri.
Namun, aaksikanlah kini - terlebih setiap menjelang Pemilu atau mengancik tahun politik, seperti dewasa ini. Mereka, dengan lokomotif purnawirawan Pati, berdiaspora sedemikian rupa. Sesuai kepercayaan dan selera ideologi masing-masing, masuk ke berbagai partai politik. Latah atau rubuh-rubuh gedhang - ikut-ikutan melakukan deklarasi dukungan terhadap Capres tertentu.
Setidaknya, sudah ada 3 (tiga) deklarasi besar para Purnawirawan Pati TNI dan Polri. Masing-masing mendukung Capres Prabowo Subiyanto (PS), Anies Baswedan (AB), dan Ganjar Pranowo (GP).
Akan tetapi, dari tiga polarisasi dukungan itu, purnawirawan pendukung PS yang paling besar, serta lebih militan, solid, dan terorganisasi. Selebihnya bersifat spontanitas, dan reaktif/sporadis.
Banjir dukungan Purnawirawan TNI kepada Capres PS, sudah berlangsung sejak 2012-an silam. Mereka menjadi sayap organisasi bagi Partai Gerindra.
Secara populatif, purnawirawan pendukung PS itu, barangkali mencapai 75% lebih, dari total anggota Purnawirawan TNI. Mereka inilah yang dikenal sebagai, PPIR = Purnawirawan Pejuang Indonesia Raya. (*)