Istana Makin Frustasi

Oleh Sutoyo Abadi - Koordinator Kajian Politik Merah Putih

TERJADI lagi dalam diskusi di kajian politik Merah Putih, peserta banyak yang mendesak agar rakyat segera dan secepatnya diberitahu.

Materi yang mereka paparkan ternyata informasi bahwa pihak istana semakin khawatir dan frustasi dengan elektabilitas bakal capres dari partai NasDem Anies Baswedan (AB) yang makin melejit.

Pihak istana saat ini sangat rajin mengadakan rapat terbatas setiap jam 4 (empat) sore sampai maghrib, selalu di ikuti dua menteri utama, tiga oligarki dan beberapa  lembaga survei yang telah mereka sewa, hanya untuk memantau dan menganalisa perkembangan para calon presiden mendatang. 

Sampai saat ini elektabilitas AB tidak terbendung dan calon presiden AB adalah calon yang tidak dikehendaki oleh rezim oligarki. 

Selain memantau perkembangan elektabilitas AB otomatis dipantau elektabilitas capres lainnya baik Prabowo maupun Ganjar. Selain masalah investasi sebagai andalan nafas mereka juga dalan pantauan yang terus menurun.

Rapat-rapat di istana akhirnya jebol keluar bahwa istana  semakin khawatir dan frustasi, karena elektabilitas Anies Baswedan tidak bisa dibendung sekalipun telah dibendung  baik lewat serangan buzer maupun kekuatan survei yang terus mencoba memanipulasi angka untuk mengubah persepsi masyarakat agar melupakan Anies Baswedan.

Istana khawatir dan frustasi karena elektabilitas Anies Baswedan terus naik, Ganjar terus turun dan investasi drop sama sekali.

Bahkan elektabilitas AB disertai fakta massa yang begitu histeris menyambut AB terjadi di mana-mana. Sementara di mana-mana Ganjar coba memakai model gaya lama menggelar dangdutan dengan beberapa artis, namun massa menghilang seperti ditelan bumi.

Sekitar sembilan survei sewaan terus puter angka elektabilitas untuk mendongkrak Ganjar, harus menelan pil pahit ketika harus berhadapan dengan poolling tanpa rekayasa seperti yang dilakukan oleh ILC, dimana @YoutubeILC menggelar polling dengan pertanyaan bahwa “Seandainya Pilpres diadakan hari ini, siapa pilihan Anda?”

Jawaban netizen yang ikut memilih sebanyak 56 ribu voters berpartisipasi. Hasilnya ada 77 persen memilih Anies Baswedan. Kemudian ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang disusul Prabowo Subianto masing-masing 14 persen, dan 9 persen.

Ferdinand Hutahahean (pengkritik Anies seringnya dengan suara pedas) mencoba  membuat polling sendiri seolah ingin menandingi polling ILC di akun Twitter-nya, @FerdinandHutah4. Awalnya, Ferdinand tak percaya hasil polling ILC itu.

Hasilnya hampir sama. Anies Baswedan tetap unggul dari Ganjar Pranowo bersama Prabowo Subianto. Ada 60.254 warganet yang ikut partisipan yang membuat Anies unggul jauh 63% suara, Ganjar hanya 31% suara dan 6 persen pemilih ke Prabowo Subianto.

Angka di atas tetap pada kisaran yang sama ketika polling tanpa rekayasa dilakukan oleh berbagai elemen yang mencoba melakukan polling.

Dari sinilah dalam kondisi kecewa, khawatir dan frustasi istana akan mencoba menunda pemilu, konon siap-siap akan mengeluarkan Perppu dengan  merekayasa keadaan memaksa  atau membuat rekayasa Anies Baswedan digiring ke KPK.

Rezim oligarki juga mengalami  kepanikan bersamaan dengan situasi yang sedang berubah terjadinya De Jokowisasi sterotype: pembohong, pembual, tukang utang, otoriter, haus kekuasaan dan akan menabrak semua aturan dan UU atau mengganti semua aturan dan UU yang tidak sejalan dengan nafsu mempertahankan kekuasaan telah tercium oleh masyarakat luas.

Istana sudah waktunya menyerah dengan kehendak dan kemauan rakyat tidak perlu lagi neko-neko melawan pemilik kedaulatan negara dengan cara membabi buta. Makin nekad melawan rakyat, istana akan makin terjepit, babak belur dan akan melahirkan resiko politik makin berat dan berbahaya. ****

3183

Related Post